"Hahh!!"
Liz menghembuskan nafasnya kasar melihat ruangan yang ia tinggali selama ini sudah tersusun rapi dan barang-barang miliknya sudah ter-pak dalam kardus yang siap antar ke apartemen barunya.
Ya. Liz akan pindah besok hari dan akan mengambil cuti untuk itu.
Baru saja diterima kerja sudah ingin minta cuti. Dasar Liz.
Bagaimana jika ia langsung dipecat karena prioritas kerjanya yang tidak konsisten? Ia akan urus itu nanti, lagi pula ia masih dalam uji percobaan dan besok hari Minggu, semoga menjadi sekertaris tidak membuatnya harus bekerja full day untuk membantu pekerjaan boss barunya nanti.
Omong-omong masalah boss baru, orang aneh yang kemarin itu beneran bossnya bukan sih?
Dari penampilan sih oke-oke aja, tapi kan yang Liz tahu orang itu meng-interviewnya, dan jelas kedudukannya di perusahaan adalah sebagai HRD.
Ah memikirkan masalah perusahaannya saja sudah aneh, apalagi bossnya nanti.
Kalau diingat-ingat kejadian wawancaranya kemarin, darah Liz sudah mulai mendidih lagi.
Bagaimana tidak, jika yang dikatakan pria setengah-setengah kewarasan nya benar-benar diluar praduga Liz.
"Pak-- bapak ini kenapa sih, ahh!"
Liz masih terus memberontak ketika Rei meremas payudara nya.
"Gue mau elo sekarang juga, Lo mau ya nikah sama gue!"
Plakk
Satu tamparan keras yang membentuk tapakan garis tangan terpampang jelas diwajah seorang Reino Almahendra saat ini.
Dengan cepat Liz mendorong tubuh besar Rei dan memakai cepat bajunya.
Masa bodo dengan wajah pria itu sekarang, mata yang menatap Liz kaget dan tangan yang menyentuh pipinya perlahan.
Langsung saja Liz bergegas keluar dari ruangan itu dan membawa tas beserta dokumen data diri miliknya. mumpung ada kesempatan, kan tidak epik sekali jika terjadi hal-hal yang tak diinginkan bersama orang asing yang baru ditemuinya.
"Beb, Lo mau kemana?!!"
Liz berlari keluar ruangan itu terlebih dahulu dan memencet tombol lift dengan tergesa-gesa, dirasa bunyi Ting sudah terdengar, sontak saja Liz memasukinya dan tak menghiraukan panggilan Rei yang begitu lantang diperdengarannya.
Begitu sampai rumah, Liz agak menyesali kecerobohan dirinya tadi saat dikantor.
Perusahaan besar berlabel internasional yang mengundang nya untuk melakukan wawancara ia lewatkan begitu saja, mengingat betapa tidak sopannya dirinya terhadap HRD perusahaan itu karena pergi seenaknya, Liz tidak benar-benar berharap lagi akan bisa diterima di perusahaan tersebut.
Tapi disini Liz tidak sepenuhnya bersalah, jika orang itu tidak berlaku tak senonoh dan cabul kepadanya, Liz juga akan tahu diri dan tak akan berbuat seperti kemarin. Apalagi mengatakan ingin menikahinya agar bisa melakukan 'itu' dengan nya.
Dasar semprul!
Liz melirik kearah jam dinding yang bertengger di atas kotak tv yang telah dikemasnya. Sudah hampir jam 8 malam, seharusnya jam segini ia sedang mencari makan malam untuk mengisi perutnya, berhubung dia hanya tinggal sendiri, dia jadi tidak perlu repot-repot memasak untuk orang lain.
Cklek
Liz keluar apartemen nya dengan santai hanya dengan memakai kaos oblong dan training serta rambut yang dicepol keatas dan tidak lupa dengan kacamata tebal miliknya.
Lama sekali ia menunggu lift, dengan jengah ia berbalik hendak menggunakan tangga, namun bunyi dentingan membuatnya mengurungkan niat.
Dari dalam lift terlihat segerombolan pria berbaju hitam seperti kurir hendak keluar dengan membawa barang-barang seperti baru pindahan. setelah diintipnya sebentar, ternyata barang-barang tersebut diantar dan diletakkan tepat didepan unit apartemen nya.
Oh mungkin ada orang yang ingin mengisi unit depan apartemennya, pikir Liz.
***
Setelah 30 menit berjalan-jalan di pinggir jalan. Liz memutuskan untuk membeli satu bungkus pecel ayam dan membawanya pulang.
Sedang enak-enak nya menyantap ayam goreng kremes miliknya tiba-tiba saja sebuah ketukan terdengar dari pintu apartemen nya.
Siapa sih yang malem minggu gini cari dirinya?! Ganggu aja lagi makan. Orang jomblo juga, mau ada yang apel pun kecil sekali kemungkinan nya.
"Tunggu sebentar!!"
Dengan gaya ala-ala dan pakaian seadanya Liz membuka pintu unitnya dan hampir saja menyemburkan nasi yang sedang dikunyahnya.
"KAMU!!"
"Eh,, haii?! Ini rumah Lo beb, kebetulan banget gue baru pindah disini!"
Lelaki yang diketahui namanya Rei itu menunjuk unit apartemen didepan milik Liz.
"Sekarang kita tetangga dong, boleh lah gue sering-sering main kerumah Lo, biar lebih akrab aja gitu!"
Liz memicingkan matanya menatap Rei dengan wajah bengis serta mencium bau-bau mencurigakan yang terkuar dari aura dan raut laki-laki tersebut.
Lalu apa tadi katanya, Ingin lebih akrab?! Akrab gundulmu yang ada Liz diterkam kalo ia sering-sering main ke unitnya.
Buru-buru saja Liz hendak segera menutup pintunya, lelaki itu dengan lancang menahannya dengan kaki dan melihat liz dengan tatapan memohon.
"Apa?!"
Liz memasang wajah datarnya.
"Anu, ehm.. gue, gu-gue!"
Liz berusaha sekuat tenaga untuk kembali menutup pintunya, namun dengan sigap Rei memasang badan untuk menghalangi pintu itu tertutup.
"Mau kamu apa?! Saya lagi makan, gak mau diganggu!"
"Nah, itu yang mau gue omongin. Berhubung gue baru pindah, kan gue gatau nih jalan-jalan sini, boleh gak gue ikut makan?!"
Liz mengerutkan alisnya lalu menoleh kearah bungkusan pecel ayamnya yang tinggal setengah. Bagaimana caranya ia membagi makanannya sedangkan perutnya saja belum terisi penuh?
Merasa diabaikan Rei mengikuti atensi Liz yang menghadap kedalam apartemen, karena merasa penasaran Rei ikut mendongakkan kepalanya seperti orang mencari-cari sesuatu.
"E-eh kamu ngapain, Oh saya tau kamu ini mau modus ya pura-pura minta makan, padahal mau berlaku seperti kemarin lagi sama saya, dasar gendeng!"
Dengan secepat kilat Liz menutup pintu apartemennya dan tak menghiraukan ketukan-ketukan Rei diluar sana. Masa bodo lah laki-laki itu belum makan beneran atau tidak, Liz tidak peduli, yang ia pedulikan adalah keselamatan dirinya dan juga asetnya.
"Jahat banget sih, sekentara itukah niat modus guenya?!"
Rei mendumal setelah lelah mengetuk-ngetuk pintu Liz yang tak kunjung terbuka.
Seperti nya lain kali ia harus mengkondisikan ekspresi wajahnya yang horny setiap saat ini, apalagi gerakannya yang agresif seperti nya sudah membuat Liz ilfil mati sama dia.
Mulai besok dia akan pake cara yang berbeda dari biasanya.
Siapa tau kan Liz akan luluh dan mau diajak itu-itu sama dia.
Ahh, memikirkan itu saja sudah membuat kepala Rei pusing tujuh keliling. Dari pada ia disini, lebih baik ia masuk kedalam apartemen nya dan tidur sambil memimpikan Liz.
![](https://img.wattpad.com/cover/172422783-288-k515200.jpg)