"Pak apa yang--mphh!"
Liz yang tidak siap menerima serangan dari HRD didepannya ini terkesiap kaget dan terjengkang dengan posisi terbaring di sofa bed yang berada di ruangan. Ia tak mengerti wawancara apa yang sedang ia jalani saat ini.
"Udah, Lo diem aja nikmatin, ntar juga keenakan!"
Lelaki yang sedang menindih dan mengungkung Liz dibawah tubuh kekarnya saat ini sebenarnya adalah Reino Almahendra, COO perusahaan yang meng-invite Liz untuk melakukan wawancara pekerjaan. Ia sengaja menyamar menjadi HRD hanya untuk menemui gadis itu. Atau lebih tepatnya menjebaknya.
"Tapi pak, sa-saya nghh astaga!"
Sungguh, Liz tidak mengerti dengan posisi dirinya saat ini. Ia melenguh keras bukan karena kenikmatan yang diberikan orang asing dihadapannya, melainkan kepala nya pusing akibat desakan lelaki itu dan atmosfer sekitar yang mulai berkurang kadar oksigennya.
"Diem dulu bisa gak sih, Lo mau diterima kerja kan?!"
"I-iya, tapi pak--"
Liz masih terus menggeliat gelisah dan menolak perlakukan tak senonoh dari Reino saat ini, Liz jadi bingung sendiri, kan yang dilecehkan ia kenapa malah lelaki itu yang ngegas.
Seakan tuli Rei masih meneruskan kegiatan enaknya pada tubuh Liz, mulai dari mencumbui bibir Liz, membuka 3 kancing atas kemejanya, serta melepaskan kaitan bra Liz dengan tergesa-gesa.
Kurang lebih 15 menit Liz pasrah dengan posisi terlentang dengan buah dadanya yang dilahap habis oleh Rei, serta bercak-bercak merah keunguan yang dijejakkan dikulit putih gadis itu.
Rei bangkit dari posisi kuasanya, lalu berjalan keluar dari ruangan tersembunyi yang ada di ruang kantor nya sendiri ini. Baru saja Liz ingin bernapas lega dengan keusaian kegiatan mereka tadi, ia membelalakkan mata melihat lelaki cabul yang sedari tadi menelanjanginya kembali dengan membawa ponsel digenggaman tangannya.
Apa yang ingin dia lakukan?! Apa dia ingin memotret Liz dengan keadaan setengah telanjang begini?!
Belum saja menyuarakan kebingungannya, Liz melihat Rei yang tiba-tiba membuka kancing kemejanya sendiri dengan gerakan sensual dan menggoda-goda. Liz yang melihat itu menjadi bergidik ngeri dan merinding sendiri. Apa laki-laki itu bermaksud membuat dirinya horni?
Kalo itu tujuannya sih berarti dia berhasil, batin Liz.
Saat tangan Rei sudah bergerak untuk membuka ikat pinggangnya, Liz bangkit dari kepasrahannya dan memekik hingga kepalanya pusing.
"Tunggu!"
Liz menarik napas panjang dengan susah dan menghembuskannya perlahan, ia mendongak berusaha untuk menatap Rei tepat di manik matanya.
"Kenapa bapak lakukan ini?!"
Liz bertanya dengan keadaan air mata yang tergenang di pelupuk matanya. Melihat itu, sontak saja Rei yang tadinya berdiri dengan angkuhnya berubah menjadi berlutut menyetarakan tingginya dengan Liz.
" Jangan sentuh saya!!"
Liz berteriak marah saat Rei hendak meraih bahunya.
"Ya-yahh jangan nangis dong, kan gue niatnya cuma mau interview Lo doang, beb!"
Liz mendelik kearah lelaki didepannya. Ia bingung sendiri, sebenarnya ini HRD siapa sih yang nyuruh, kok mau interview malah mesum in dia begini.
"Memangnya ada interview seperti tadi?!"
Rei menggaruk-garuk kepalanya dengan bingung.
"Y-ya kan gue interview begini nya sama elo doang!"