2 Mimpi Buruk

20.1K 1.8K 49
                                    

Obsesi Bisa dibaca lengkap di kbm dan KARYAKARSA AQILADYNA

OBESESI BISA DIBACA DI GOOGLE PLAYSTORE BUKU.

Pdf wa ‪+62 895‑2600‑4971‬

Happy reading!

Happy reading!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Brak...brak...brak...

Suara jendela yang menutup dan terbuka membuat Suri terbangun dari tidurnya, Suri membuka matanya menatap jam weker di atas meja samping ranjangnya, jam menujukan pukul 7 pagi tapi rupanya langit masih terlihat gelap, karena cuaca di luar sedang tidak bersahabat. Hujan turun dengan derasnya di selangi dengan angin yang berhembus kencang.

Suri bangkit dari pembaringan, ia menyibak selimutnya dan beranjak dari tempat tidurnya, ia melangkah menutup pintu jendela. Dengan helaan nafas panjang Suri menatap ke luar jendela. Susana di luar sangat sepi, tidak ada yang berani keluar rumah di saat cuaca buruk seperti ini. Suri menggeliatkan tubuhnya dengan merentangkan kedua tangannya ke atas, kemudian ia mengusap lehernya yang terasa kaku, tadi malam sungguh ia tidak bisa tidur nyenyak, mimpi buruk itu kembali mengusiknya bahkan hampir setiap malam, entah kapan Suri bisa menghentikannya. Mungkin ia memang butuh istirahat total untuk waktu yang lama, dengan mengambil cuti adalah keputusan yang tepat. Setidaknya nanti ia akan lebih baikan saat memulai aktivitasnya lagi di rumah sakit.

Suri melangkah ke kamar mandi, ia memutar keran air dan membasuh mukanya, ia pun menggosok giginya. Selesainya Suri berkumur kumur, ia mengambil handuk dan mengusapkan ke wajahnya yang basah, di tatapnya pantulan wajahnya di dalam cermin, kening Suri mengerut saat tatapannya tertuju pada warna merah keunguan di lehernya. Di dongakannya lehernya lebih tinggi, warna merah itu semakin terlihat jelas, Suri mengusapnya, ia bingung dari mana asal warna ini, mungkinkah ia di gigit binatang?

Suri membuka kancing piyama tidurnya, ia tenganga warna merah itu juga terdapat di kedua payudaranya sampai ke perutnya.

"Ada apa denganku?" Gumam Suri syok, ia lekas mengancing piyamanya kembali dan keluar dari kamar mandi, ia duduk lemah di ranjang dengan fikiran yang berkecamuk di dalam otaknya.

"Ya---ini hanya alergi." Gumam Suri. Mungkin karena cuaca dingin atau faktor salah makan yang membuat warna merah itu bermunculan di permukaan kulitnya. Suri melangkah ke lemari dan membukanya mengambil kotak obat di dalamnya. Dengan perlahan Suri mengoleskan salap ke permukaan kulitnya yang berwarna merah. Setelahnya Suri melangkah ke dapur ia membuat coklat hangat untuk ia minum, ia duduk santai di kursi meja makan mengoleskan roti gandum dengan selai kacang.

Ingatannya bergulir pada mimpi yang sering menghantuinya. Sekali lagi ia mencoba berfikir keras pada sosok misterius yang sering menghampirinya di dalam mimpi itu tapi ia gagal mengingatnya.

Suri mengerang, mengaruk kepalanya sedikit kasar, rasanya setiap ia berusaha mengingat sosok itu membuat kepalanya terasa pening.

Ting tong!

Deg

Suri menegang, saat mendengar bel rumahnya berbunyi.

Siapa?

Suri menatap pada jendela kaca dapur, di luar sana masih hujan turun sangat lebat. Jantung Suri berdetak cepat, ia meneguk salivanya menggeser kursinya pelan dan berdiri. Suara bel terus menerus berbunyi, Suri menatap pada balok kayu di samping kompor gasnya, di ambilnya balok itu, ia melangkah menuju pintu utama.

Nafas Suri tidak beraturan, suara bel yang terus di bunyikan membuatnya semakin ketakutan. Memberanikan diri ia membuka pintu itu dan siap mengangkat balok kayu dan menyerang sosok yang di anggap menganggunya selama ini

"Kyaaaa...Suri hentikan." Teriak seorang pria melindungi kepalanya dengan kedua tangannya.

Pergerakan tangan Suri terhenti saat balok kayu itu hampir mengenai pria itu.

Suri membuka mulutnya, ia melepaskan balok kayu, dan meminta maaf pada pria itu.

"Kenan, maafkan aku, kupikir kamu..." Kata Suri tersendat.

"Kamu fikir aku siapa, hantu? Yang benar saja di siang hari ada hantu, kamu gila." Gerutu Kenan.

Kenan melangkah masuk ke dalam di susul Suri yang merasa bersalah atas tindakannya. Kini kenan berada di dapur meletakan bungkusan makanan yang ia bawa di atas meja.

"Kenapa kamu ke sini, di luar sedang hujan badai?" Tanya Suri duduk berhadapan dengan Kenan.

"Aku mencemaskanmu, sejak kemarin kamu tidak mengangkat telponku atau membalas pesanku" kata Kenan mendelik pada Suri.

"Maaf."

Kenan menghela nafasnya dan menyodorkan makanan pada Suri.

"Makanlah aku sengaja membelikan mu, setidaknya bukan hanya roti gandum yang selalu kamu makan." kata Kenan.

"Terima kasih,"

Kenan tersenyum, ia ikut menyantap makanannya. Sudah setahun terakhir ini Suri mengenal Kenan berawal dari Tamika lah memperkenalkannya hingga akhirnya membuat mereka semakin dekat. Kenan adalah sepupu dari Tamika, umur Kenan memang lebih muda dua tahun dari Suri tapi pembawaan pria ini sangatlah dewasa, kadang bersama Kenan, Suri bisa tertawa lepas. Hubungan mereka bukanlah sepasang kekasih, hanya seorang teman biasa. Suri pun masih tertutup tentang kehidupannya terlebih apa yang ia alami tidak pernah di ceritakannya pada Kenan atau kedua sahabatnya.

"Apa makanannya tidak enak." Kata Kenan membuyarkan lamuanan Suri.

"Tidak ada, aku akan memakannya." Kata Suri.

Kenan tersenyum, mengacak rambut Suri membuat Suri bergeming, hanya senyum samar dari sudut Suri saat Kenan menatapnya dalam.

Pandangan Suri tidak sengaja mengarah ke luar jendela, raut wajahnya pias, ia menatap ada seseorang yang barusan mengintip dan segera pergi.

Suri berdiri membuat Kenan heran, langkah Suri segera ke jendela dan membukanya. Suri menoleh ke kiri dan ke kanan, tidak ada seorang pun, semua terasa sepi.

"Ada apa Suri!"

"Aku melihat seseorang, tapi dia menghilang." Kata Suri.

"Apakah aku kamu maksud."

Deg

Suara itu, suara pria yang selalu mengusiknya, Suri membalikkan badannya, ia syok ia berada di tengah ruangan sangat gelap.

"Kenan!" Teriak Suri.

Ia tidak bisa lari, pandangannya terbatas, lalu kenapa bisa semua menjadi gelap. Suri semakin di cekam ketakutan sangat luar biasa, mengejutkan dirinya sebuah tangan meraih lehernya dan menariknya.

"Jangan ada pria lain di hidupmu Suri, hanya aku, ingat itu." Desis suara seraknya yang mengelitik telinga Suri.

Nafas Suri terasa sesak, jari jemari pria itu semakin kuat mencekik lehernya.

"Hei Suri!" Kenan mengguncang bahu Suri, dengan nafas panjang Suri tersentak, ia menatap sekeliling dengan pandangan kosong.

"Tidak, aku di mana!"

Kenan mengerutkan keningnya, meraih pipi Suri." Tenang Suri, hei, ini aku Kenan, ini rumahmu." Kata Kenan menyadarkan.

Pandangan Suri berkaca-kaca menatap manik mata Kenan, ia akhirnya menangis memeluk Kenan erat.

"Jangan takut, Suri. Santailah." Gumam Kenan.

Kenan semakin mencemaskan Suri, barusan tadi saat mereka di meja makan, Suri terlihat baik tapi tiba tiba saja Suri melangkah ke jendela tanpa sebab dan bergeming berdiri sangat lama menatap ke luar jendela membuat Kenan curiga. Suri terlihat hilang kendali.

Ada apa dengan Suri sebenarnya. Atau ada sesuatu hal yang membuat wanita ini di liputi ketakutan.

Tbc

ObsesiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang