**
"Bisakah kaupergi dari hidupku? Bajingan!" sentaknya—perempuan rambut pirang.
Pria yang berdiri angkuh di depan wanita itu tersenyum penuh penghinaan. Sudut mata yang seolah mengkilap itu bersongsong hadir menyombong. "Tarik kata-katamu, Laurel," sahutnya dengan nada dingin dan tatapan membunuh tajam. Suaranya yang berat menghentikan pergerakan Avista beberapa saat, seakan lintas cahaya pun berhenti saat itu.
Avista—wanita itu tersenyum pahit setelah membeku, ego yang selama ini dikuburnya ternyata masih kurang memenuhi kebahagiaan si iblis. "Sakit, Xel ..., kamu tahu? Hatiku bahkan sudah tak terbentuk lagi saat ini. Berhenti kekang aku dan berikan aku kebebasan."
"Kau punya hak apa? Sudah berani memerintahku?"
Avista mengusap wajahnya dengan kasar, mengatur napasnya yang memburu dan mencoba menormalkan dadanya yang terasa nyeri. Pelipisnya basah oleh keringat keputusasaan. Kakinya menghentak lantai, tapi malah mengundang kekehan kecil dari Axel.
Pria penyandang nama lengkap Axelle Shaquille Faresta—pria sempurna bagai malaikat, yang memiliki hati dan pikiran bagai iblis. Menjijikan, bagi siapa saja yang ingin menikung hubungan Avista dengan Axel, waktu dan tempat dipersilahkan .... Avista tak peduli lagi, jangan tanya soal keikhlasan, Avista titisan surga yang keikhlasannya dan kesabarannya tak perlu diragukan, bahkan, Avista pun akan ikhlas jika Axel direbut Tuhan sekaligus.
"Pergi, atau aku yang akan pergi," putus Avista, terdengar mutlak. Mata dan hidung yang sudah memerah, menandakan sebentar lagi gadis itu akan menangis. Tidakkah ada satu dewa keberuntungan yang memihak pada Avista saat ini? Ayolah, tolong gadis menyedihkan ini. Atau panggilkan malaikat pencabut nyawa segera, Avista ingin sekali Axel mati saat ini juga.
Rahang Axel mengeras mendengar penuturan tak pantas dari Avista, tatapannya makin menghunus dan tangannya terkepal kuat. Matanya tak lepas dari wajah Avista yang berkeringat dan napasnya yang tersendat. Warna-warni gadis itu menghilang, meredup jadi kelabu semenjak bertemu dengannya.
Senyum miring tercetak di wajah Axel, perlahan dia mendekati Avista. Langkahnya yang angkuh dan mata sayu yang menggelap itu seakan membunuh Avista hidup-hidup. Menetralisir segara udara yang tersisa, Avista bisa terperanjat kehilangan napas hanya dengan langkah Axel yang benar-benar menakutkan.
"Axel? What are you doing?" lirih Avista, sedetik kemudian mata Avista terbelalak lebar, Axel mendorong bahunya dan Avista yang tak memiliki persiapan tersentak sampai membuat punggung Avista membentur dinding.
Krak
Tangan Axel menyentuh leher Avista perlahan, lama-lama mencengkeramnya membuat Avista merasa tercekik, detakan jantungnya terdengar, memompa dengan cepat. Avista menahan napasnya saat merasakan benda lembab dan basah itu terasa menjelajahi leher jenjangnya. Lidah Axel menelusuri tengkuknya, sedikit-sedikit menggigit telinga Avista juga.
"Ahh-Axel!"
"Stop it!" pinta Avista, mulutnya terpaksa terbuka karena Avista tak bisa bernapas dengan hidung kali ini. Keringat pun membanjiri pelipisnya rasa panas itu menjalar ke seluruh tubuh hanya dengan sentuhan Axel. Mendengar Avista terisak dan mengerang lemas, Axel menjauhkan wajahnya dari leher Avista. Namun, tangannya tak beralih, masih mencekik Avista dengan kasar. Air mata Avista meluruh dahsyat.
Senyum kemenangan jelas tercetak di sana, Axel menjilat bibirnya yang basah karena keringat yang turun di leher Avista tadi. "Sekarang siapa yang berkuasa, Nona Paula?" Suara serak Axel seakan membuat Avista jengah, ia terus bersusah payah menalan salivanya yang terkumpul cukup banyak dalam mulutnya.
"Berengsek!" maki Avista saat Axel mulai mengendorkan tangannya dari leher Avista.
"Yes I'm, atau mungkin ku bisa lebih dari berengsek kalau kau berani main-main denganku," balas Axel dan langsung mendorong Avista hingga tersungkur di lantai dengan kasar.
***
Ini tentang luka, duka, dan air mata yang akan membuatmu kuat.
Ini tentang cinta, perjuangan, dan perasaan yang akan membuatmu mengerti arti sebuah rasa.
Ini juga tentang kehilangan, yang akan membuatmu sadar betapa berharganya 'dia' di hidupmu.
Jaga sebelum pergi, kenang jika sudah pergi. Tidak ada alasan untuk membenci.
Hentikan penyesalan, maafkan kesalahan, tertawakan kenangan. Tidak ada alasan untuk tetap berdiam diri dan terjebak dalam masa ini. Faktanya, kita hidup di 'masa sekarang' bukan di 'masa lalu'.
Kita dituntut untuk menjadi manusia, bukan sebagai malaikat ataupun iblis.
**
@bibiylaaa on Instagram
KAMU SEDANG MEMBACA
Axella [PROSES REVISI]
RomanceCerita Axel - Laurel✓ [15+] ❝ He's p e r f e c t. Perfect as he wants. Not by my will ❞ Wajahnya, suaranya, tatapannya, menghipnotis Laurel yang saat itu hanyalah wanita yang belum mengenal cinta. Sebut saja pria itu, Axel. Pria barparas malaikat...