Malam ini suara tangis pilu terus terdengar dari sebuah rumah besar bak istana. Suara pilu dan tak berdaya dari seorang anak kecil yang terus menangis dengan kedua tangan kecilnya yang memegang erat kaki seseorang yang hanya diam sambil sesekali menghembuskan asap cerutu yang tengah ia isap.
(1)"Per favore, Papà, non lasciarmi". Ucap anak kecil itu berkali- kali di sela isak tangisnya.
Namun untuk kesekian kalinya juga seorang yang ia panggil Papa itu hanya diam. Ekspresinya tetap datar tak menunjukkan rasa kasihan sama sekali melihat putranya menangis mengiba padanya.(2)"Non chiamarmi più tuo padre perché da oggi non hai più un padre. E ricorda che rimarrai in Indonesia per sempre e non toccherai mai i tuoi piedi in Italia". Ucap orang itu dengan nada dinginnya. Mata tajam orang itu memandang anak itu dengan penuh kemarahan yang tak terbaca. Kemudian mengibaskan kaki kanannya yang dipeluk erat anak itu hingga terlepas dan menghempaskan tubuh kecil anak itu kelantai yang dingin dengan keras.
Orang itu membuang cerutu yang ada ditanganya, kemudian menginjaknya hingga tak berbentuk lagi. Memandang anak itu sejenak lalu segera berlalu meninggalkan anak itu sendirian dalam rumah bak istana itu.
Kilat petir bersautan terlihat dengan jelas dalam rumah itu. Suara mengelegar dan derasnya air hujan juga menambah suasa mencekam di dalam rumah itu. Anak kecil itu masih terus menangis. Menangis hingga seluruh tubuhnya tergoncang. Menangis hingga rasa sesak yang ada di dadanya menghilang. Namun sampai air matanya tak bisa keluar lagi mengapa rasa sesak yang ada didadanya tak kunjung hilang juga.
Hanya satu yang anak itu pahami, bahwa papanya, papa yang sangat ia sayangi dan hormati telah membuangnya. Meninggalkannya disebuah rumah yang megah dan besar di sebuah negara dimana ibunya berasal. Papanya bahkan tak meperbolehkan ia untuk pulang ke negara kelahiranya ke rumah dimana ia dibesarkan.
Sebuah suara langah kaki mendekat mebuat anak itu menegakan tubuhnya memandang arah suara itu berasal. Tiba- tiba ruangan gelap itu menjadi terang membuat ia menyipitkan matanya dan sesekali mengerjap menyesuakan dengan cahaya disekitarnya. Disana ia melihat seorang wanita seusia ayahnya menggunakan pakaian pelayan membungkukkan tubuhnya degan hormat sambil berkata
"Selamat datang dirumah baru anda tuan Diego G.Lucas"
Translite:
(1)"Tolong, Ayah, jangan tinggalkan aku"
(2)"Jangan panggil aku ayahmu lagi karena mulai hari ini kamu tidak punya ayah lagi. Dan ingat bahwa kamu akan tetap di Indonesia selamanya dan kamu tidak akan pernah menyentuhkan kakimu di Italia"
KAMU SEDANG MEMBACA
Diego G.Lukas
Teen FictionDiego G.Lucas semua yang ada pada laki- laki penuh tato dan tindik itu adalah sebuah misteri bagi Nadira Geovani. Sikap,pandangan, dan cara berpikir laki- laki itu mampu membuat seorang Nadira kelimpungan. Kadang terlihat tenang dan terkadang sanga...