Tokyo, Jepang 12 Juni 2019
Hidup satu kata yang paling ambigu untuk gadis bernama Nadira Geovai. Hidup menurut kbbi sendiri masih terus ada, bergerak dan bekerja sebagaimana mestinya merajuk pada manusia, binatang, tumbuhan dan sebagainya. Nadira akan setuju dengan kata terus ada, dia memang masih ada sampai sekarang. Bergerak, ia mungkin sedikit setuju dia memang masih bisa bergerak juga walaupun pergerakannya selalu diawasi dan dibatasi. Bekerja adalah kata yang tidak pernah ada dalam kamus hidupnya karna sekali lagi walaupun ia bisa bergerak pergerakan selalu diawasi dan dibatasi. Maka dengan ini Nadira berfikir bahwa ia tidak seutuhnya hidup.
Bebas juga merupakan kata yang sepertinya tak akan pernah ada dalam hidupnya. Gadis yang saat ini sedang menikmati hembusan angis musim semi di negara tirai bambu itu tengah menghela nafas merutuki hidupnya.
Film kesukaannya adalah film dari Disney salah satunya dalah Rapunzel. Ia sangat menyukai di mana saat Rapunzel bertemu dengan Yujin dan berhasil keluar dari menara yang selama ini mengurungnya.
Nadira selalu berangan- angan kapan semua itu juga terjadi pada dirinya. Ia sunggung ingin keluar dari rumah bergaya Jepang yang mengurungnya selama ini. Ia sangat ingin kembali ke negaranya dan bertemu dengan dia lagi. Namun keinginan hanyalah sebuah keinginan yang tak tau kapan semuanya akan terwujud.
"Dira-sama sebaiknya anda segera masuk kedalam, langit sudah semakin gelap dan udaranya juga semakin dingin" ucap seorang laki- laki berpakaian setelan jas hitam menggunakan bahasa Jepang dengan fasih. Laki- laki itu sedari tadi berdiri di belakang Nadira mengawasi dan menjaga nona mudanya agar tetap aman.
Sekali lagi gadis itu menghela napas, entah sudah yang ke berapa kali dalam sehari ini gadis itu menghela napas.
Terdengar suara langkah mendekati Nadira yang tengah terduduk di beranda rumah bergaya japang itu.
"Dira-chan aku datang" terdengar suara menggelegar dengan diikuti kehadiran seorang gadis menggunakan kimono yang terlihat sangat cantik dan pas ditubuh mungilnya.
"Hana- chan" seulas senyum muncul dari wajah sendu Nadira saat melihat kedatangan seseorang yang bisa ia sebut sebagai sahabatnya selama ia dikurung di rumah ini. Gadis yang dipanggil Hana itu segera mengabil duduk disebelah kanan Nadira. "Jadi bagaimana kabar Dira- chan selama aku tidak ada?" gadis itu menyikut perut rata Nadira "apa kamu rindu padaku? Pasti kamu kesepian kan?" katanya penuh dengan semangat menggebu.
"Tentu saja, siapa yang tidak akan merasa kesepian bila harus tinggal sendirian di rumah sebesar ini hanya dengan para pengawal bermuka menyeramkan dan pendiam setengah mati" ucap Nadira dengan tak kalah menggebunya. "kamu sih bisa- bisanya malah berlibur dengan kekasihmu disaat sahabatmu ini sekarat karna merasa sangat bosan dan kesepian" lanjutnya mendramatisir.
"Hahahahaaha.......mangkanya kamu juga seharusnya mencari kekasih agar tidak kesepian lagi" ucap Hana sambil menyeka ujung matanya yang berair karna tertawa.
Nadira mendengus "Bagaimana aku bisa mendapat kekasih jika aku saja terkurung seperti narapidana di rumah ini". Seketika tawa Hana kembali pecah mendengar penuturan sahabatnya ini.
Nadira melirik laki- laki yang masih setia berdiri dibelakangnya "Hide bisa kau tinggalkan aku berdua dengan sahabatku ada yang ingin aku bicarakan berdua dengannya".
"Maaf Dira-sama saya tidak bisa meninggalkan anda" balas laki- laki bernama Hide itu sambil membungkukkan badanya sembilan puluh derajat. Sudah menjadi tugasnya sebagai bodyguard untuk selalu ada di sekitas Nadira.
Nadira berdecak "oh ayolah ini kan juga masih dilingkungan rumah yang dijaga ketat oleh para bodyguard, meninggalkan aku sebentar tidak akan membuatku dalam bahaya. Lagipula aku sedang ingi membahas masalah perempuan saat ini dan kau kan laki- laki jadi tidak boleh ada disini. Cepat pergi!"
Hide tampak sedang mempertimbangkan keinginan nona mudanya itu. Ia rasa tidak apa meninggalkan nonanya sebentar. Ia kan mengamati dari jauh saja. Akhirnya laki-laki itu mengangguk, menundukan kembali badanya sebentar dan berlalu mengawasi nona mudanya dari jauh.
"Ada apa kenapa kamu menyuruh Hideyoshi pergi ?" Hana mengerutkan dahinya bigung.
"Bantu aku melarikan diri dari rumah terkutuk ini" mata Hana melebar terkejut dengan penuturan sahabatnya.
"oh ayolah bukanya kita sudah sering melakukannya dan hasilnya sama. Kamu akan tetap tertangkap"
"Kali ini beda" ucap Nadira dengan mantab "aku tidak hanya akan melarikan diri dari rumah ini tapi juga dari negara ini. Aku akan kembali ke Indonesia dan menemui dia. Kali ini dia pasti akan membantuku"
Hana mengeleng- gelengkan kepalanya tidak percaya dengan pemikiran gila Nadira "Apa kamu sudah gila? Itu muistahil"
"Tidak ini tidak mustahil aku sudah menyiapkan rencananya jauh hari sejak kepergianmu dua bulan lalu"
"Wahhh sepertinya kamu benar- benar serius. Baiklah aku sebagai sahabatmu tentu saja akan membantumu" balas Hana menggenggam tangan Dira erat memberi dukungan.
"Bagus tugasmu mudah, pesankan aku tiket ke Indonesia" ucap Dira dengan seringai menghiasi bibirnya.
Jakarta, Indonesia 13 Juni 2019
Suara riuh ramai terdengar mengisi ruangan yang memiliki luas sepuluh kali sepuluh meter itu. Semua orang mengelilingi dua orang pemuda yang tengah adu hantap bak petinju profesional. Seorang pemuda terlihat berkeliling mengambil uang taruhan.
"Habisi habisi habisi" suara sorakan bertambah riuh saat salah satu pemuda berhasil membanting lawanya. Pemuda berambut putih dengan tubuh penuh tato menyugar rambut yang menutupi dahinya keblakang sambil berkacak pinggang. Ia berjalan menuju pemuda lain yang tengah berusaha bangkit setelah terbanting ke lantai dengan posisi tengkurap lalu menginjak kepalanya. Pemuda itu meringis kesakitan namun si rambut putih itu justru semakin menekankan kakinya bahkan menggesek- gesekan kakinya yang beralaskan sepatu sport dengan kuat.
"Habisi habisi habisi" suara semakain riuh melihat pemuda berambut putih itu menyiksa lawannya. Mendengar suara riuh penonton si rambut putih mengangkat kakinya dan bersiap akan menendang kepala pemuda yang terkapar di lantai namun sebelum kakinya mengenai target terdegan suara mengintrupsi,
"Diego cukup!" penonton yang awalnya ramai seketika terdiam dan melihat ke sumber suara.
Terlihat seorang pemuda menuruni tangga lantai dua. Semua penonton terheran tak biasanya pemuda itu mengintrupsi jalanya perkelaihian. Biasanya pemuda itu hanya akan duduk masin di singgah sananya dan menyaksikan perkelahian dari lantai atas dengan tenang. Dialah Erlander Geovano ketua geng Witch sekaligus pemilik dari tempat perkelahian ilegal itu.
Si putih yang dipanggil Diego itu menghela nafas jengkel dan berjalan menghampiri Erlan. Para penonton secara otomatis menyingkir memberikan jalan untuk petarung nomor satu dan tangan kanan Erlan itu. Mereka tentu tidak mau membuat masalah dengan Diego yang dijuluki sebagai singa putih yang selalu terlihat tenang namun bisa menerkam dan mencabik- cabik bila terusik.
"Lo bisa bantai itu orang kapan aja. Sekarang ada masalah yang lebih penting" tutur Erlan saat Diego sudah berdiri di depanya. Diego mengangkat alis kanannya senbagai gestur bertanya masalah apa yang dimaksud Erlan.
"Dia kabur"
KAMU SEDANG MEMBACA
Diego G.Lukas
Teen FictionDiego G.Lucas semua yang ada pada laki- laki penuh tato dan tindik itu adalah sebuah misteri bagi Nadira Geovani. Sikap,pandangan, dan cara berpikir laki- laki itu mampu membuat seorang Nadira kelimpungan. Kadang terlihat tenang dan terkadang sanga...