Libur

5K 612 99
                                    

Minho nepatin janji, sabtu pagi dia udah markirin mobil dihalaman rumah keluarga Han dan nunggu si pemilik keluar.

"kaka, aku bilang masuk dulu."

"gausah, ntar tambah lama."

Jisung cuma nanggut-manggut aja, tanpa ngerti ada maksud terselubung didalamnya.

"jadi, mau kemana kesayangnya kaka ini. Hm.?"

"eum, ke makamnya jeongin boleh.?"

Senyum yg tadi menghiasi wajah tampan sang dominan tiba-tiba luntur, berganti seketika dengan raut wajah tak terbaca. Jisung semakin nundukin kepalanya, dia sebenernya takut. Tapi harus berani karena ini baik, menurut jisung.

"dari mana kamu tau.?"

"maaf, jisung ga maksud buat ikut campur atau gimana. Tapi, mama lee bilang kaka udah jarang datang kesana."

Sesalnya, jisung semakin nundukin kepala dalem. Asli suasanannya jadi mencekam.

-klik-

Minho majuin badan buat masangin seatbelt si lebih muda "pake sabuk pengamannya."

"ka.?"

"maaf kaka pengecut. Selama kita kenal, deket bahkan sampe sekarang kaka ga pernah bilang apa-apa soal keluarga. Kamu malah tau dari mama, maafin ya.?"

Mata jisung berkaca-kaca, kenapa malah dia yg minta maaf. Harusnya kan minho marah, karena jisung tau bukan dari minho dan malah mama lee yg ceritain semuanya. Ya, meskipun bukan jisung yg minta.

"ko nangis, kaka salah ya.? maaf sayang."

Ibu jari minho mendarat diatas pipi kesayangannya buat ngelusin supaya air mata itu gak jadi keluar.

Jisung gak ngerti lagi harus gimana, dia beringsut meluk minho erat.

"maafin jisung ka, maafin jisung karna tempo hari ngerjain kaka kaya gitu. Maaf." sesenggukan lah dia.

"yaampun, itu udah kapan tau. Kaka gapernah bilang kamu salah, jangan minta maaf lagi ya. Kaka cuma gamau seseorang yg kaka sayang sakit, makanya kaka bersikap kaya gitu. Maaf kalo udah bikin jisung ga nyaman."

Dalam pelukannya minho bisa ngerasain jisung ngegelengin kepala sambil ngomong maaf, walau samar tapi minho bisa denger jelas.



Sampe di pemakaman jisung nyapa gundukan tanah itu dan minho diem seribu bahasa, minho emang lemah kalo menyangkut seseorang yg udah dia sayang. Waktu jeongin sakit sampe meninggal minho gak pernah mau ninggalin adiknya itu sendirian walau harus nginep dirumah sakit dan berakhir ketiduran dikelas siang harinya.

Minho tipikal manusia yg akan ngejaga apa yg dia punya, bagi minho punya saudara itu impian besarnya. Bisa saling sayang, berbagi, cerita, keluh kesah dan macam lainnya. Makanya setelah mama lee ngadopsi jeongin minho saat itu senang luar biasa.

Bayangin dia bisa ngeliat jeongin tumbuh besar, dia bisa ngajak jeongin jalan-jalan, beliin apa yg jeongin mau dan mereka bisa ngabisin waktu main game berdua. Itu pernah terealisasi, jeongin bener-bener anak yg hiperaktive pada masanya dan minho jelas menyanyangi sang adik. Begitu tau vonis dokter minho giat nyari donor darah juga jantung untuk adiknya, tapi gak mudah. Karena pada dasarnya memang tidak semua manusia punya jantung yg cocok meskipun golongan darah mereka sama.

"ka.?"

"e-eh.?"

"kaka ngelamun.?"

"maaf kaka..."

"gapapa kaka nangis, itu bukti kalo kaka kuat."

Minho senyum, dan ngelap kasar matanya pake punggung tangan.

/Sweety/Minsung [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang