Part 2

10 1 3
                                    

"Arga, tunggu!" Teriak Salma ketika Arga sedang membuka pintu mobilnya, Arga harus bergegas untuk menemui Ape karna ia tahu bahwa kekasihnya tak suka menunggu.

Arga berbalik menengok Salma yang sedang menatapnya "Ada apa? cepet gua mau balik nih."

"Plis anter gue pulang, gue ga ada yang jemput. Lo tau kan gue ga biasa untuk naik umum malem-malem gini."

"Lo kan bisa pake ojol." Ketus Arga.

Dani menyahut "Udahlah Ga gapapa kali sesekali anterin dia, lagian Ape ga bakal marah ini."

"Anterin aja sih, kasian tu cewek." Sahut Arya teman Dani.

Arga menghembuskan nafasnya, ia menganggukkan kepalanya, terpaksa Arga harus mengantarkan mantannya, tapi bila Ape tahu ia harus bagaimana?

Disisi lain Ape sudah duduk manis ditemani dua piring nasi goreng serta teh hangat yang sudah dingin.

"Arga kemana ya? ko lama sih, katanya mau kesini." Ia kembali mengecek arloji ditangan kirinya. Hampir se jam dia duduk ditenda nasi goreng mang Aji. Lumutan dah lumutan tuh si Ape, sabar amat sampe nunggu se jam gitu.

"Punten teh Lia, 10 menit lagi warungnya mau tutup." Ape mendongak ketika mang Aji yang memberitahukan tendanya akan segera tutup. Maklum nasi goreng didekat rumah Ape hanya sampai jam 10.00 malam.

"Ah iya aduh maaf mang ini dibungkus aja ya." Katanya tak enak, iyalah gaenak udah disini se jam lebih sendiri lagi. Apes banget kaya namanya!

"Iya siap."

***

"Pergi saja engkau pergi darikuuuuuuu, biar kubunuh perasaan untukmuu, meski berat...melangkah hatiku hanya tak siap terlukaaaa." Ape bernyanyi ria sembari sesekali mendongak menatap hamparan bintang dilangit. Sungguh malam ini indah, hanya hatinya saja yang kelabu.

"Beri kisah kita sedikit waktu...eh yallah ko lagunya sedih amat sih kaya hati gua, arghh si Arga ntar kalau ketemu gua gigit tuh tangannya mampus sampai berdarah eh tapi kasian juga ya?" Tanya Ape pada dirinya sendiri. Duh sumpah Ape persis gembel terbaru, rambut diikat asal-asalan, baju kegedean dan trening selutut ah jangan dilupakan dengan sendal jepit swawaw yang ia beli bersama Arga dipasar minggu.

"Duh nasi gorengnya kemana in ya, kalau buang tar mubazir dapet dosa dong gua." Saat itu juga ia menemukan tetangganya yang baru saja pulang kerja bersama anaknya yang baru berusia 3 tahun.

Ape menghampiri Ibu itu "Eh malam bu, ini ada sedikit nasi untuk ibu, tapi sudah dingin bu"

Ibu yang tidak diketahui namanya oleh Ape menatapnya haru, Neng Lia memang baik batin Ibu itu "Gapapa neng Lia makasi ya neng." Ape tersenyum lalu melanjutkan langkahnya kembali.

Tapi tiba-tiba matanya melihat bahwa di depan rumah kosong ada sebuah mobil yang menurutnya hampir sama, warna juga platnya. Namun masa iya Arga dirumah kosong itu, apa mau uji nyali ya?

Dengan jiwa kepo yang sudah tertanam dari orok Ape mendatangi rumah kosong itu walau hatinya sudah dagdigdug serr seperti lagu dangdut.

"Woi pe!!" Teriak seseorang ketika Ape benar-benar akan ke rumah kosong itu.

"Astagfirullah, kaget gua. Kenapa sih ngagetin gua? untung aja gua ga punya penyakit jantung." Untung juga lo datang, gue takut hantu

Felisha bergidik "Lo alay sumpah." lirihnya namun Ape bisa mendengarnya.

"APASIH FEL, CEPET NGOMONG."

"Ngegas aja ih, emm duduk dulu yu."

"Dimana? cepet ini udah malem, gua gamau ya masuk angin terus dikerok sama Bi Iyam."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 28, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Last HugTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang