"Puteri Kerajaan"

29 5 6
                                    

16.15 Sore....

SMP Citranugraha

Di lorong lorong kelas, Terlihat seorang perempuan tengah sibuk memasukan baju karatenya ke dalam tas dan siap untuk menggendongnya ke pundak.

"Pak, Saya pulang duluan ya! Mari!" teriaknya kecil karena jaraknya cukup jauh dengan beliau.

"Iya! Hati hati nak!" sahut bapak kepala sekolah tambun itu, beliau juga mengepalai ekstrakurikuler Karate ini.

Perempuan tadi melangkahkan kakinya, berjalan keluar menuju gerbang sekolah, tetapi langkahnya terhenti dan tiba tiba gerimis hujan pun turun begitu saja, ia menadahkan satu tangannya ke depan

"Yah, gerimis" rintik kecil air hujan membasahi telapak tangannya yang putih bersih itu.

"Kak Dhita!" seorang murid karate perempuan yang juga baru keluar  menyapanya.

"Eh, puput? Kamu mau pulang juga?"
Matanya melirik ke samping kanan.

"Iya hehehe, soalnya kalo pulangnya jam lima, entar kelamaan lagi nunggu bus nya"

Tetapi, Obrolan mereka terpotong oleh gerimis hujan yang semakin lama semakin deras, terlihat mereka berdua juga sedikit panik untuk mencari tempat bernaung.

"Udah mulai deras put gerimisnya"
Mata Dhita menatap ke atas langit, terlihat awan hitam berjalan pelan ingin menutupi matahari.

"Yaudah, kita neduh di halte seberang itu aja kak!" jari tangannya menunjuk sebuah halte bus yang masih sepi di seberang.

"Yuk!"

Tanpa panjang lebar, Puput dan Dhita pun berlari kecil menyebrang menuju Halte bus yang jaraknya berseberangan dengan sekolah tersebut. Sesampai di sana, Dhita menaruh tasnya di bangku halte yang cukup panjang dan langsung terduduk begitu juga dengan Puput, mereka berdua kembali mengobrol dengan suara yang sedikit keras di karenakan bunyi rintik hujan yang membising.

"Oh iya, kak Dhita pulangnya kemana?"

"Ke Guntung Manggis Put, Kamu ke mana?"

"Aku ke Cempaka Putih Kak! Ngomong ngomong nanti kakak pulangnya bareng siapa?"

"Nah, itu dia put, mungkin nunggu taksi aja kali ya hehe"

"Ooo, kirain ada yang jemput, tapi sayangnya bus di sini tujuannya cuman Cempaka Putih sama Lenteng Agung aja"

"Iya hehe, kakak juga gak tau kenapa bisa di tugasin ngajar karate di sini, Padahal sekolah kakak di SMU Jaya Bakti. Tapi gak papa lah, berbagi ilmu hehehe"

Di sela sela mereka mengobrol, suara hujan yang terpantul di atap halte pun semakin lama semakin "nge-treeeesss" nyaring.

"Yaaaah, lebat deh!" kepala Dhita mendongak keatas melirik langit, awan gelap sudah mulai menutupi sinar mentari sore yang ingin terbenam. sebagian para murid murid karate yang baru saja keluar dan masih berdiri di depan gerbang sekolah juga berlarian ke halte untuk berteduh membuat ia dan Puput terkurung dalam kerumbunan.
...
...

Tawa mereka sekilas terdengar dan Tak lama kemudian, Bus Tujuan Cempaka Putih berhenti di depan halte, murid murid yang berkerumun di halte tersebut satu persatu memasuki bus, begitu juga dengan Puput, meninggalkan Dhita, sendirian, duduk menunggu taksi untuk pulang.

"Kak, aku pulang duluan ya!"
Tangannya melambai, berpamitan dengan Dhita. Sebenarnya ia juga tidak tega melihat perempuan itu duduk sendirian di situ, tapi kalau pulangnya terlalu malam, bisa bisa bakal di marahin oleh ibunya, yaaa...mau bagaimana lagi...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 24, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dikha & DhitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang