Rachel terbangun dengan nafas yang sesak, bulir keringat membasahi pelipis dan punggung nya, kepalanya terasa sakit seperti ditekan oleh benda yang sangat berat, Rachel merintih pelan seraya memejamkan matanya.
"Kau sudah bangun?"
Rachel menoleh dengan waspada, di hadapannya berdiri pria memakai masker wajah serta memakai baju dan celana berwarna hijau daun, Rachel mengerutkan dahinya dengan perasaan bingung di hatinya, bukankah seharusnya dia berada di pesawat bersama Natasha?
Pria itu memperhatikan gadis kecil di depannya sejenak, di akhirnya mendekati ranjang Rachel dan dia melakukan pemeriksaan singkat kepada Rachel, sementara Rachel terdiam mencoba mengingat kejadian sebelumnya.
Lalu ingatan yang bagaikan cuplikan film muncul dibenaknya, dia ingat bahwa seharusnya dia sedang bersama Natasha di pesawat menuju Jepang, dan...
Raut wajah Rachel berubah drastis, dadanya berdegup sangat keras, tidak mungkin kejadian di pesawat itu nyata, kalau benar kecelakaan pesawat itu terjadi kenapa ia masih hidup dan bernafas di sini? Dimana Natasha? Dan sebenarnya dimana dirinya sekarang?
"Dimana aku?" tanya Rachel gugup kepada pria di sampingnya
Setelah sedekat ini Rachel baru menyadari jika pria ini memiliki wajah khas asia dari matanya yang sipit dan kulitnya yang putih.
Pria itu menurunkan masker wajahnya memungkinkan dirinya bisa berbicara dengan nyaman. Dia menatap Rachel datar tanpa senyuman.
"Kau berada di Jepang, ini rumah sakit pusat di Tokyo."
Mata Rachel melebar dengan kejutan di matanya.
"Dimana dokter Natasha? "
Pria itu mencatat sesuatu pada laporan kesehatan Rachel sebelum ia mengalihkan pandangan nya, dia tampak terdiam sebelum menjawab dengan pasti "Dokter Natasha kembali ke London karena ada masalah mendesak."
Rasa syukur memenuhi hati Rachel, air mata menetes dari matanya yang jernih, Natasha baik-baik saja, terima kasih Tuhan karena telah melindungi Natasha. Dia bersyukur karena mimipi yang baru saja ia alami sangat menakuti dirinya hingga ia berpikir jika Natasha akan benar-benar pergi meninggalkan dirinya.
"A-aku... Apa dokter Natasha mengalami luka? Saat itu dokter Natasha melindungiku... Jadi.. " tanya Rachel pelan
Pria itu mengerutkan dahinya samar
"Melindungi dari apa?"Eh?
"Ah-maksudku saat pesawat kami jatuh... Dokter Natasha melindungiku jadi aku pikir dokter akan terluka setidaknya." jelas Rachel terbata-bata
"Pesawat jatuh? Kau tidak mengalami kecelakaan pesawat." sahut pria itu
Apa?
Rachel tersentak, ia mencoba menggali ingatan nya hingga ia terdiam cukup lama, semakin dia mencoba mengingat semakin yakin dirinya jika kejadian itu bukanlah mimpi semata. Kepala Rachel berdenyut sakit, gadis itu mengerut kan dahinya dalam bisa ia rasakan keringat dingin mengalir dari dahi nya.
Melihat wajah pucat pasi Rachel membuat pria itu mendesah perlahan, ia menaruh catatan di tangannya ke atas nakas di samping ranjang Rachel. Tidak ada berita mengenai kecelakaan pesawat tiga bulan lalu tepat saat gadis ini di pindahkan ke sini untuk menjalani pemasangan tangan palsu, mungkin saja gadis ini hanya bermimpi buruk selama masa koma nya.
"Tidak ada berita tentang kecelakaan pesawat pada tahun ini, seperti nya kau hanya bermimpi buruk."
Keringat dingin membasahi tengkuk Rachel, tidak mungkin jika semua itu hanyalah mimpi.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOLITA THE SLAVE DOLL
FanfictionJika ia diberikan pilihan ia akan memilih untuk tidak terlahir di dunia ini, sepanjang umurnya apa itu bahagia, rasa aman dan nyaman tidak pernah ia temui. sekali lagi, jika ia diberikan pilihan ia tidak ingin terlahir di dunia yang kotor dan keji...