Prolog

42.2K 494 6
                                    

"Dad Stop it!"

Aku masih tetap kekeuh memegangi ujung rokku. Tak peduli jika kemeja kerjaku sudah terbuka menampilkan dua pasang payudaraku yang menyembul ingin segera dikeluarkan.

Dad terus berusaha menggapai rokku. Ia tak merespon segala bentuk penolakanku. Aku sudah memukulnya berulang kali tapi ia tak bergeming.

Dad meremas pantatku. Membuatku memekik terkejut. Kemudian tanpa aba aba ia melumat bibirku. Aku mencoba melepaskan lumatannya namun nihil bibirnya seakan ingin memakanku.

Ia perlahan mundur teratur. Menatapku yang tengah duduk dimeja kerjanya dengan nafas terengah. Rambut acak acakan dan kuyakin kini wajahku sama acak acakannya.

Dad tersenyum miring. Merogoh saku celananya. Mengeluarkan Sesuatu yang mampu membuatku membeku. Kapan ia melepaskannya?

Sialan! Renda hitam itu yang sangat kutau adalah celana dalamku telah ia lepaskan. Bersamaan dengan kurasan angin berhembus menyapa kewanitaanku.

Otomatis aku langsung merapatkan kakiku. Mencoba untuk turun dari sana. Namun semua gerakanku terhenti karena dad dengan kasar menubrukku.

Membuatku terkurung diantara tububnya. Tanganku ia letakan diatas kepala sembari mencengkramnya membuatku mendesis sakit. Aku menatap matanya. Memberitahunya bahwa ini salah.

Dad tertawa renyah. Mengangkat daguku kemudian menciumnya lembut. Ia balas menatapku.

"Jangan mempersulit semuanya Anna. Bahkan ini bukan pertama kalinya kita akan melakukan itu"

Aku menahan nafas. Itu benar. Kenapa kau ini Anna! Setelah semuanya dan kau baru menyadari bahwa ini salah dasar bodoh !

Aku terus terusan merutuki diriku sendiri. Tak memperdulikan dad yang dengan perlahan mengelus paha dalamku. Melebarkannya perlahan.

"Tap..pi..Dad..engghh..ini..dikantor!"

"Dad Tidak Peduli sayang"

Secepat itu dad berkata secepat itu pula tubuh besarnya menguasai ku. Memasukiku dengan kasar karena mungkin itu memang caranya. Aku hanya bisa mendesah pasrah dibawah kukungan tubuh besar dad.

Memejamkan mata menikmati semua perlakukannya pada tubuhku. Hingga puncak itu tiba dad masih kokoh menggempur kewanitaanku seolah tak memiliki rasa lelah dan melupakan fakta bahwa sesorang yang saat ini dimasuki olehnya adalah anaknya.

Kejantanan dad perlahan membesar dan perlahan kurasakan hangat pada rahimku. Dad mengeluarkan semua benihnya dalam diriku. Lagi.

Dan menyerukan kepalanya ke leher jenjangku yang kini mengkilat karena keringat. Nafasnya masih memburu. Dad bahkan belum mengeluarkan kejantanannya pada intiku.

Aku menggela nafas lelah. Semuanya baru terasa salah sekarang. Apa yang harus kulakukan?

OUR SINSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang