ONE

43.5K 469 36
                                    

Aku Meringkuk dalam diatas sofa yang disediakan diruangan dad. Pikiranku berkecambuk atas apa yang baru saja aku lakukan dengan dad.

Dad membuatku merasakan sesuatu yang baru kurasakan. Sesuatu yang liar. Menggairahkan. Dan penyesalan dalam waktu bersamaan.

Aku tidak menampik fakta bahwa aku sama menikmatinya dengan dad. Aku menikmati semuanya yang ia lakukan pada tubuhku. Namun, Lagi-Lagi kenyataan bahwa aku adalah anak dari pasangan Wilder membuat diriku merasa hina.

Aku mendengus kesal. Meratapi nasib yang selalu tak berpihak padaku. Kenapa? Kenapa aku harus mencintai daddyku sendiri dalam artian seorang pria dan wanita. Dan kenapa aku adalah anaknya.

"Anna"

Suara lembut dad menghentikan segala lamunanku. Aku mengubah posisi menjadi duduk bersandar. Kulihat dad membawa dua cangkir berukuran sedang.

"Minum"

Dad mengukurkan tangannya membuatku menerima dengan perasaan was was mengira-ngira apa yang ada dicangkir ini. Kurasakan hangat telapak tanganku. Apakah ini Kopi? Bukankah dad tahu aku tak pernah suka kopi.

"Itu susu coklat anna"

dad seolah tahu gerak geriku. Ia ternsenyum kecil dan mengambil duduk disebelahku.

Aku meminum sedikit susu coklat pemberian dad rasanya sungguh manis dan aku menyukainya sehingga  tak memakan waktu lama susu coklatku sudah tandas.

"Terimakasih dad"

"Tentu sayang. Kemari"

Dad menepuk pelan pada paha berotonya yang sayangnya masih berlapis celana kantor. Membuatku ingin merobeknya menjadi dua dan aku bisa men-- aku menggelengkan kepalaku.

Bisahkah kau tidak berfikir kotor anna? Kau habis bercinta tadi dan sekarang kau menginginkannya lagi? Oh yang benar saja. Aku berpura pura tidak tahu maksud dad membuat dad menarik paksa kepalaku.

"Kau tahu anna. Dad sebenernya juga menginginkannya lagi" dad berbisik ditelingaku.

Jantungku berdetak lebih cepat. Sepertinya memang otak kotorku merupakan pemberian dad. Aku menepuk lengannya pelan. Kurasakan semburat merah yang menjalar dari pipiku hingga telinga. Aku malu!

Dad terkekeh pelan. Bibirnya mengecupi wajahku dengan ringan membuatku geli. Sebagai respons aku hanya tertawa kecil.

Dad kemudian membawa bibirnya tepat didepan bibirku. Aku menggigit bibirku sendiri gugup. Aku mengira ia akan menciumku tadi tapi ternyata ia hanya menggodaku.

Saat aku sudah menutup rapat kedua mataku ia malah tertawa terbahak. Membuatku jengkel dan langsung duduk dipangkuannya dengan telapak tanganku berusaha membekap mulut manisnya itu. 

"Dad hentikan ocehan mesummu itu!"

Kepala dad terus menghindar membuatku merasa geram karena dad terus terus berceloteh ria dengan fulgar.

"Dad suka melihat mulutmu terbuka mendesahkan Dad secara putus asa. Membuat daddymu ini merasa bahwa putrinya Stefana Wilder memang ditakdirkan dibawah perlindungan dad"

Aku menutup kedua telinga dengan erat. Berusaha untuk tidak mendengar apapun.

"Bahkan dad tahu bahwa sekarang kewanitaan putri dad mulai lembab. Dad bisa mencium baunya sekarang"

Ia mendekatkan wajahnya kearahku. Memakasaku menatap kedalam mata biru nya yang kelam. Ia menyeringai tipis.

"DAD!!"

Aku terkejut saat merasakan ada benda yang mencoba masuk kedalam kewanitaanku. Keras. Yang kutahu adalah jari dad. Ia mencoba memasukan jarinya kedalam kewanitaanku yang masih tertutup celana dalam itu.

Jarinya sengaja menusuk nusuk klitorisku. Area paling sensitif dan mengingat beberapa menit lalu terjadi pergumulan panas antara aku dan dad. Aku mendesis mencoba mengankat tubuhku dari pangkuan dad.

"Dad,Kumohon hentikan. AKU LELAH"

Aku menjerit kesal. Aku tidak berbohong bahwa keadaan tubuhku memang lelah.  lagi aku belum makan siang dan malah terjebak dikantor dad membuat perutku makin keroncongan.

Dad terkekeh. Ia menuntunku berdiri. Membenarkan letak sweater yang aku pakai dan lipatan rokku. Aku memutar bola mata jengah merasakan dad mengelus pelan kewanitaanku dari luar celana dalam. Ada ada saja kelakuan mu daddy.

"Sekarang makan?"

"Tentu saja dad aku sangat lapar"

Dad mencubit gemas hidungku dan menggandeng erat tanganku keluar dari ruangannya. Genggaman tangan dad sama sekali ridak berkurang membuatku agak risih.

Apalagi saat berpapasan dengan karyawan dad yang sedang berlalu lalang. Sebagian dari mereka yang telah mengenalku sebagai putri dad hanya tersenyum sedangkan yang lainnya menatap penasaran.

Aku tak peduli selagi ada dad disampingku. Dad membawaku ke salah satu restoran yang letaknya cukup dekat dari kantornya. Sesekali gurauan ia ucapkan agar membuatku merasa nyaman.

Aku memang orang yang mudah tertawa atau kalian bisa sebut receh jika yang berbicara adalah dad . Entahlah aku juga heran.

Dad tidak membiarkanku memesan makanan yang kuinginkan. Selalu saja ia yang memilihkannya. Baiklah aku sudah terbiasa.

Tak memerlukan waktu lama pesanan datang. Ternyata dad memesan dua porsi steak dengan ukuran besar. Ia mengambil piringku dan memotongnya telaten seukuran sekali gigit.

Aku hanya memandangnya tersenyum. Dad membuatku merasakan dilema berat. Perlakuannya terhadapku terkadang berbeda bukan dalam artian ayah menyayangi putrinya melainkan lebih. Tatapan matanya membuatku membeku menuruti segala perintahnya.

Aku hanya bisa berdoa semoga segalanya berakhir bahagia seperti yang semua orang harapkan..

Tbc

OUR SINSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang