[2] (Permulaan) Awal Baru

920 42 0
                                    

Reska POV

Aku tak tahu dimana aku berada sekarang, semua terlihat samar dengan adanya kabut putih yang pekat. Aku mencoba untuk terus berjalan, walau jarak pandangku sangat terbatas. Semula aku harus terus memicingkan mataku untuk melihat ke arah depan, namun setelah beberapa lama kabut itu sudah mulai menipis meskipun belum hilang seutuhnya. Aku melihat sebuah cahaya terang di ujung sana, aku berusaha untuk berjalan menuju ke sana.

Benar saja, cahaya itu membuatku bisa terbebas dari kabut putih yang pekat tadi. Kupandangi sekitar, aku membulatkan mataku, ini sangat indah, perbukitan yang sangat indah. Aku memang tak tahu tempat ini dan aku merasa belum pernah datang kesini sebelumnya. Kulangkahkan kakiku untuk mengelilingi bukit itu, suasananya sangat tenang dan damai.

Aku mengedarkan pandanganku ke seluruh tempat dan mataku berhenti ketika melihat ada seseorang disana. Aku terdiam sesaat, aku mengenali sosok familiar itu, tapi untuk sekedar membuktikan aku mulai berjalan untuk mendekatinya, memastikan apakah orang itu benar dia. Aku baru berjalan beberapa langkah dan harus berhenti di tempat. Dia memang Rafka, dia ada disana sambil membawa kameranya dan sedang memotret entah apa, setelah aku ikuti arah kamera itu, disana ada seseorang, seorang perempuan yang berdiri di depan kamera, tak terlihat dengan jelas wajah dari perempuan itu. perempuan berambut panjang yang menjadi menarik karena rambutnya yang sedang dimainkan oleh angin.

Siapa dia? Pertanyaan itu terus berputar di otakku, kusipitkan mataku untuk melihatnya dengan tujuan semakin memperjelas, namun usahaku sia-sia, aku tetap tak bisa melihatnya secara jelas. Perlahan aku kembali berjalan mendekat, namun sepertinya perempuan itu melihatku, ya dia melihatku dan memutuskan untuk berjalan menjauh. Aku tak tahu tapi dia seperti berusaha menjauhiku.

Aku mencoba kembali mendekat, namun tampaknya Rafka mencoba mengejar perempuan itu, aku tahu Rafka tak melihatku, tapi kenapa dia harus mengejar perempuan itu? Kembali kupercepat langkahku, kini aku mulai berlari untuk mengejar Rafka. Sialnya, semakin aku berlari maka perempuan itu juga akan berlari semakin cepat, sehingga Rafka juga ikut menaikkan kecepatan langkah kakinya.

Aku tak menyerah, aku terus berlari dan berlari tak peduli rasa lelahku. Rafka ada di depanku, kembali kupercepat lariku, sepertinya Rafka juga hampir bisa menggapai perempuan itu, tapi dengan cepat aku mengulurkan tanganku kedepan untuk menarik bahunya. Akhirnya aku bisa menghentikannya.

“Rafka!” teriakku disela deru nafasku yang memburu akibat aksi lari untuk mengejar Rafka.

Kurasakan bahunya yang menegang karena sentuhanku, dengan cepat ia menoleh dan memasang wajah terkejutnya melihatku, seketika itu juga matanya membulat saat melihatku yang ada di hadapannya saat ini.

“Reska,” Gumamnya pelan.

Kulihat perempuan yang tadi berlari dan dikejar oleh Rafka juga berhenti. Perempuan itu menolehkan wajahnya untuk melihatku dan Rafka.

Aku tak peduli dengan apapun lagi, dengan cepat kupeluk Rafka erat-erat, aku merindukannya. Sangat merindukannya.

Tapi tiba-tiba aku merasa ada cahaya putih yang menarikku perlahan menjauhi Rafka, aku melihat ada sekat tipis transparan yang memisahkan antara aku dan Rafka. Semua terlihat sama, aku berada dihadapan Rafka, aku bisa melihatnya dengan jelas tapi aku tak bisa benar-benar menyentuhnya. Sekat itu benar-benar tipis hanya saja aku tak mampu menghancurkannya, terlalu transparan hingga setiap orang yang melihatnya dari kejauhan tak tahu dengan adanya sekat pembatas ini. Tak terlihat dengan jelas memang tapi aku merasakannya. Mungkin hanya aku dan Rafka yang bisa merasakannya.

Aku terus berusaha untuk menerobos sekat tipis itu, tapi semua hanya sia-sia. Rafka masih disini, tepat di hadapanku, diantara sekat pembatas itu. Kami hanya bisa saling menatap. Aku tahu, Rafka tak akan meninggalkanku, setidaknya untuk sementara waktu, menunggu hilangnya sekat pembatas ini. Tapi aku ragu, apakah ia akan bertahan cukup lama menungguku untuk ini? Entahlah.

Not A Sweet LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang