Rafka POV
Aku mengepalkan tanganku erat-erat, kupejamkan mataku dan kurasakan perih yang bagai mengiris hatiku. Tolol. Kata yang sangat tepat untukku. Aku tak tahu bagaimana bisa ini semua terjadi, ini semua di luar perkiraanku, meskipun aku pernah menduganya. Apa yang harus kulakukan sekarang? Entahlah, kali ini aku benar-benar merasa menjadi orang paling jahat di dunia.
Kutundukkan kepalaku di atas meja, kepalaku terasa berdenyut-denyut tiap kali aku memikirkannya. Sekali lagi aku meneriakkan bahwa ini semua di luar kendaliku, kalau sudah seperti ini aku harus bagaimana?
Kuangkat kepalaku dan aku melihat seorang pelayan yang datang membawakan pesananku, pelayan itu meletakkan pesananku di meja dan tersenyum kepadaku lalu dengan cepat meninggalkan mejaku.
Aku memandang lurus ke depan, pikiranku jauh melayang memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya. Aku mencintainya, ya aku mencintainya. Aku merasa sudah memilih jalan yang salah, aku menghancurkan semuanya.
Aku menatap arlojiku sekilas, pikiranku kembali pada kejadian kemarin pagi. Aku merasa senang bisa melihatnya kembali terbangun, namun tak kupungkuri aku merasa bersalah dengan semua ini. melihat matanya yang tampak begitu berbinar menatapku benar-benar membuat hatiku terasa dihantam dengan beton, melihat bagaimana dia sangat mengaharapkanku membuatku merasa ingin membunuh diriku sendiri saat itu juga. Yang jelas kejadian kemarin pagi akan makin memperumit hubungan ini.
“Sayang.”
Aku tersentak merasakan seseorang yang melingkarkan tangannya di leherku dari belakang. Aku tak perlu berbalik untuk mengetahui siapa dia, dari parfumnya aku sudah tau siapa dia.
“Nadia,” Tebakku sambil menggenggam kedua tangannya yang masih melingkar di leherku. Kudengar dia terkikik pelan dan melepaskan tangannya dari leherku.
“Sudah nunggu lama ya?” tanyanya pelan.
Segera kugelengkan kepalaku, walaupun aku sudah menunggunya lebih dari setengah jam disini.
Dia menatap jus alpukat pesananku yang ada di atas meja dan dengan cepat dia menyeruput jus itu hingga tersisa setengahnya. Aku terkekeh melihat tingkahnya itu. Kuulurkan tanganku untuk membelai pipinya. Entah mengapa aku menyukai sifatnya, dia manis. Hampir sama dengan sifat Reska sebenarnya. Oh Tuhan, menyebut namanya saja sudah membuatku merasa menjadi laki-laki paling berengsek di dunia.
“Aku pesankan ya,” Ucapku yang langsung dijawab dengan anggukan semangatnya. Aku memanggil seorang pelayan yang datang dan mencatat pesanan Nadia, aku mengucapkan terima kasih dan sedetik kemudian pelayan itu pergi setelah menganggukkan kepalanya.
Kembali kuamati wajah Nadia yang berada di depanku sambil mengetuk-ngetukkan jarinya di meja. Kuamati wajah manis itu, wajah yang selalu mengingatkanku tentang Reska. Entah apa yang membuatku sangat tertarik padanya, mungkin karena mata bulatnya itu. Mata bulat yang benar-benar terlihat sangat polos.
Ingatanku kembali pada beberapa tahun yang lalu, pertama kali aku bertemu dengannya. Aku ingat, saat itu aku akan melakukan tes wawancara di sebuah perusahaan tempatku kini bekerja.
Sebenarnya hari ini aku malas untuk turun dari kasurku, kalau saja hari ini bukanlah jadwalku untuk melakukan tes wawancara di perusahaan tempatku melamar pekerjaan, sudah kupastikan aku akan memilih meringkuk di balik selimut pagi ini.
Kupaksakan kakiku untuk berjalan ke kamar mandi, setelah itu aku harus bersiap-siap dengan cepat.
Segera kuhidupkan mesin mobilku dan bergegas menuju kantor tempatku melakukan tes itu. Untung hari ini jalanan tidak terlalu ramai, dan tidak macet. Beberapa menit kemudian aku sudah berada di depan sebuah gedung berlantai 30 yang terletak di tengah-tengah kota.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not A Sweet Love
ChickLitRafka terjebak dalam masalah yang sulit ia putuskan. Terjebak dalam masa lalu dan dunianya saat ini. seseorang yang sangat istimewa—lebih tepatnya calon tunangannya meninggalkannya begitu saja sebulan sebelum acara pertunangan. Kejadian tragis yang...