[5] Ditembak

571 67 11
                                    

Benedict Elliot Johansson

"A-anu (y/n) mas mau jujur sama kamu, kalau mas suka sama kamu," ujar Bejo sambil menyodorkan sebatang coklat dan sekuntum bunga mawar.

Kamu kaget, tapi tetep diem karena bingung harus jawab apa.

"Mas gak maksa, terserah kamu aja,"

Kamu masih diam, masih pikir-pikir.

"Kalo (y/n) gak mau terima mas, gak papa. Mas emang bukan yang terbaik kok, tapi mencoba untuk jadi yang terbaik,"

Akhirnya kamu ngangguk, dan Bejo refleks peluk kamu, tapi dia bilang, "maaf, gak sengaja (y/n), mas minta maaf," terus usap-usap puncak kepala kamu lalu senyum kehadapanmu.

"Makasih udah terima mas, (y/n)"

Tengku Reihan Rizaski

"(y/n) gue disini!" panggil Reihan.

Kamu lari menuju Reihan, karena Reihan memang sudah bilang ada janjian ketemuan untuk hari ini.

"Kenapa, Rei?"

"Huh, gue gugup banget, (y/n)"

"Kenapa sih?" tanya kamu, lagi.

"Eung, itu lho,"

"Apaan Reihaaan!"

"Kamu lucu," tukas Reihan, keceplosan. Setelah itu dia membulatkan kedua matanya, kaget.

"A-ah gak gitu," lanjut Reihan, kamu hanya tertawa ngeliat Reihan yang tiba-tiba pipinya memerah.

"Apaan sih? nanti gue tinggal lho,"

"Re-rei suka sama (y/n),"

Kamu senyum, tepuk-tepuk pundak Reihan yang lebih tinggi dari kamu, terus senyum, "gitu aja kok susah banget,"

"Reihan gugup, (y/n) jahat. Terima gak?"

Kamu ngangguk, terus tiba-tiba ada banyak confetti yang melayang, mengenai kepala kamu, dan saat kamu sibuk sama confetti-confetti itu, Reihan kasih kamu buket bunga warna-warni, bagus banget.

"Reihan suka (y/n), banget, sekali, tak terhingga,"

Arjuna Wira Atmadja

"(y/n), gue suka sama lo,"

"Ya teros?" tanya kamu, Juna cuma diam natap kamu benar-benar tepat di bola matamu.

"Ya gitu, terima gak,"

Kamu sebenernya suka sama Juna, tapi kamu suka jailin Juna karena dia lucu, jadi kamu bikin kesal dulu Juna, baru diterima.

"Terima gak ya?"

"Lama lo, tar gue tinggal,"

"Yang nembak siapa, yang tinggalin siapa,"

Juna memutarkan bola matanya, "kalo lo terima gue, nanti gue beliin album, tapi temenin gue nonton anime,"

"Ashiap, Jun. Terima. Deal!"

"Oke, deal!"

Dirga Mahesa Wijaya

"Eh,"

Kamu menoleh, "apaan?"

"Emang elo?"

Dirga tertawa, mengabaikan kamu yang mengeluarkan ekspresi kesal.

"Dir, gue colok mata lo ya!"

"Siapa?"

"Ya lo lah!"

"Yang nanya," Dirga tertawa kembali, sempurna mengabaikan kamu yang tambah kesal.

Kamu mau pergi, tapi tangan kamu ditarik Dirga, jadi mau gak mau kamu harus diam disitu.

"Apaan Dir?!"

"(y/n) jujur, gue suka sama lo,"

Kamu bingung, tiba-tiba Dirga bilang kayak gitu. Terus kamu bilang, "dare doang kan pasti,"

Dirga menggeleng, ekspresinya benar-benar serius untuk saat ini, "Dirga serius, seribu rius,"

Kamu menatap Dirga, bingung.

"Terima enggak?"

Kamu masih terdiam, bingung mau menjawab apa.

"Kalo lo terima gue, coklatnya gue kasih, kalo lo gak terima gue, coklatnya balikin, gampang kan,"

Kamu kesal, tapi kamu ambil coklatnya terus kamu buka dan kamu makan, "duh kemakan, tapi gak gue terima ya, sori,"

Dirga mendecih, "halah sok gasuka, padahal kan lo emang suka sama gue,"

"Apasih, Dir,"

"Beneran kan?"

"Hm iyaiya. Makasih, Dir. Gue terima."

Dirga meluk kamu, terus bisikin, "besok ganti coklat gue double ya,"

Rasanya ... mau block Dirga dari kehidupan.

***

Benar-benar setahun tanpa kabar! wkwk. Makasih yang udah vomment!


Imagine; 304th Study RoomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang