[6] Koki

559 57 8
                                    

maaf re-pub :)

***

Jika karakter 304th Study Room jadi koki kamu ...

Benedict Elliot Johansson

Bejo masakin kamu makanan. Sekitar setengah jam dia udah balik ke meja makan, bawa makanan yang selesai dia masak, terus kamu perhatiin makanannya dan menoleh ke Bejo.

"Ini beneran mas Bejo yang buat?"

Bejo mengangguk, "loh iya toh, (y/n),"

Bejo masakin udang tempura dan nasi goreng. Kamu menatap Bejo kagum, ternyata rasanya bener-bener enak pas kamu coba.

"Enak banget, mas Bejo. Sumpaaah!"

Bejo tersenyum bangga, menatap kamu yang sedang tertawa.

"Makasih, (y/n). Kalo kamu mau, nanti mas bakal buatin yang lebih banyak lagi, sampah penuh meja makan kalo bisa toh, hehehe,"

Tengku Reihan Rizaski

Reihan selesai masak, terus dia bawa makanannya ke meja makan. Kamu terus natap Reihan yang gak berhenti senyum dari tadi. Mungkin dari dapur, senyumnya gak hilang juga.

"Masakan selesaaai!" ujar Reihan, bangga. Lalu meletakan makanannya ke atas meja makan.

Kamu fokus pada makanan yang dibawa Reihan. Dia masak sepotong sandwich doang. Awalnya kamu kesal, "Reihan! gue nunggu lama-lama, tapi lo masaknya sandwich doang! auah kesel,"

Reihan tertawa, poninya jatuh mengenai alis matanya, "makan aja dulu, Reihan jamin, enak!"

Kamu memicingkan mata pada Reihan, gak percaya. Terus kamu raih sandwichnya, dan mau kamu makan, tapi Reihan menahan.

"Bentar! liat dulu dong isinya apa aja, harus waspada dong, (y/n), kalo tiba-tiba ada sianida gimana?" ujar Reihan.

Kamu menggeleng, "enggaklah. kalaupun ada, kan lo yang masuk penjara, Rei."

"Buka aja duluuu,"

Kamu menurut, membuka sandwich berisi daging dan sayur, tetapi terdapat tulisan 'ily (y/n)' menggunakan saus, kamu tertawa menoleh ke Reihan.

"Ayo, buka lagi!" perintah Reihan.

Kamu mengangguk, membuka lapisan kedua, ternyata tulisannya 'just kidding' kamu tertawa lalu melempar sendok ke kepala Reihan.

"Aw sakit! udah dimasakin juga!"

"Ah sori-sori, tapi makasiiiiih Reihan! sandwichnya enak banget, lavyu ma bro!"

Arjuna Wira Atmadja

"Nih,"

Juna meletakan masakannya di atas meja makan. Mata kamu berbinar, penuh harapan kalo Juna bakal masak makanan enak.

Kamu cengo, setelah mendapati Juna yang hanya memasak telur mata sapi.

"Jun,"

Juna menoleh, "apa?" lalu fokus kepada handphonenya. Mengabaikan kamu yang masih menatapnya.

"Serius ini doang?"

"Ya lo maunya apa? tadi bilang terserah, cewek itu gimana si maunya,"

"Yang lebih berprikemanusiaan kali, Jun." ucap kamu masih kesal kepada Juna.

"Itu berprikemanusiaan, (y/n). Kalo gue masak telor kodok baru, enggak manusiawi."

Kamu kalah. Juna itu emang pinter adu mulut. Jadi kamu makan aja itu telur.

"Biasain bersyukur dari hal-hal kecil. Lo gak tau mereka makan aja harus ngais-ngais tempat sampah."

"I-iya deh, Jun."

Juna Teguh in here.

Dirga Mahesa Wijaya

"Anjay, udah jadi nih,"

Dirga meletakan makanannya di atas meja, membersihkan sisi-sisi piring dengan tisu makan, lalu menyodorkannya ke hadapan kamu.

"Ini buatnya pake tangan, bukan pake hati," tukas Dirga to the point.

Pasalnya kamu suka bawa-bawa kalimat, ini buatnya pake hati lho.

"Iya-iya, Dir."

Dirga buat sup daging sapi ditambah ayam goreng. Kamu hirup aromanya, enak sih.

"Makan aja, cepet,"

Kamu nurut, pertama coba ayamnya, beneran enak sih, dan kamu kasih satu jempol ke Dirga.

"Gue maunya dua,"

Terus kamu tunjukin jempol satunya lagi ke hadapan Dirga.

Dirga puas, "yaudah makan lagi,"

Lagi-lagi kamu menurut, tapi anehnya dari tadi tuh Dirga kayak nahan ketawa, dan bikin kamu sedikit curiga.

"Apaansih, Dir?"

"Enggak, itu ikannya dikit doang, maap ya,"

Kamu mengangguk. Lalu mulai mencicipi supnya, disaat supnya sudah masuk kerongkongan, Dirga bilang, "maap ya kalo supnya manis, tadi gue masukin gula bukan garem, hehe."

Kenapa gak bilang dari tadi, Dirga. Please.

***

Double update niiih!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 24, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Imagine; 304th Study RoomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang