"I'm sorry"

85 7 6
                                    

Saat itu menjelang tengah malam dan Lilith sedang duduk sendirian di halaman depan kerajaan, melihat pemandangan ramai yang bahkan dirinya tidak mengenali satu pun dari wajah-wajah yang terlihat sangat elok itu. Dirinya sedang menunggu kehadiran Sang kakak yang sibuk entah kemana-meninggalkan Lilith seorang diri di samping keramaian.

Lilith sendiri, adalah putri ke-3 dari Raja Exio Piovine dan Ratu Liliana. Parasnya yang terkesan imut dengan hoodie merah, serta keberaniannya yang menjadi ciri khas gadis ini membuat para bangsawan sudah meliriknya di usia yang terbilang sangat dini. Ya, usianya baru menginjak 8 tahun—lebih tepatnya, dua minggu lalu kerajaan merayakan ulang tahunnya.

Dan kini, seisi kerajaan sedang bergembira menyambut hari ulang tahun pewaris tahta kerajaan Piovine—putra sulung dari sepasang raja dan ratu, yang bernama Xiel Piovine.
"Kakak Xixi memang keren ya," ucap Lilith sembari memperhatikan kerumunan wanita dewasa itu dengan kagum.

Mereka adalah wanita terbaik dari berbagai negri, yang bisa ditebak—salah satu dari mereka akan menjadi istri dari pangeran Xiel nantinya.

"Maaf membuat anda menunggu nona muda," seorang gadis remaja memandang Lilith dengan tatapan manis.
"Er," kata Lilith, "Kak Anna... Lilith telah menunggu cukup lama lo-"

"Maaf nona, tapi pangeran Xiel meminta saya untuk menemaninya untuk sementara." kata gadis remaja itu segera, sambil kepalanya sedikit tertunduk.

"Humph... berhenti bermain-main kak, Lilith mau jalan-jalan." sepertinya Lilith sudah tidak sabar.

Gadis remaja tadi tertawa kecil sambil mengacak-acak rambut coklat Lilith. Dirinya adalah Putri ke-2, kakak dari Lilith—bernama Luxanna. Orang-orang memanggilnya Anna.

"Baiklah," kata Anna.
"Ayo Lilith, mari jalan-jalan selagi kak Xiel masih sibuk dengan urusannya." Anna menjulurkan tangan, dan Lilith dengan segera menyambutnya.

"Aku mau ke taman belakang," ucap Lilith sambil berjalan tergesa-gesa, hampir mendahului Anna.
"Lilith, kamu tahu kita dilarang untuk pergi kesana kan?" tanyanya, sambil menahan tangan Lilith agar tidak berjalan lebih dahulu.

"Ya... Lilith tahu," gumam Lilith tanpa melambatkan laju langkahnya, memaksa Anna untuk mengimbanginya. "Lagipula, ada tembok besar yang menghalangi kak..."

"Padahal disana hanya ada rumput liar dan kolam kecil, tapi dari dulu itu menjadi tempat favoritmu... Aneh." ujar Anna berpendapat.

Lilith mengusap matanya yang lelah, dan memandang murung ke arah depan. "Memangnya kenapa?" tanyanya dengan nada yang dibuat-buat.

Anna sendiri hanya tersenyum menanggapi pertanyaan Lilith. Mereka berjalan beriringan sambil bergandeng tangan, melewati kerumunan bangsawan yang hampir menghalangi jalan.

Hingga, akhirnya mereka sampai di taman belakang istana. Tidak seperti halaman depan, halaman belakang ini nyaris tidak pernah ditapaki oleh orang luar.

Seperti namanya, taman ini terletak pada bagian belakang istana. Taman itu hanya berisi ilalang liar, dan kursi taman yang berdiri di samping kolam juga sudah termakan sulur tanaman yang tumbuh dengan ganas. "Hmm... Sebaiknya kita meminta penjaga taman agar memperhatikan tempat ini." kata Anna, sambil kakinya melangkah menuju kursi taman tadi kemudian menjulurkan tangan untuk memegang permukaannya. "Dingin,"

"Lilith, pakai baik-baik hoodie mu."
"Disini dingin," Anna berjalan menjauhi kursi, menuju Lilith yang terduduk di samping kolam.

"Hey, kau mendengarku nona?" tanya Anna dengan nada kesal kepala Lilith yang hanya diam memandangi tembok. Gadis itu memiringkan kepala, tiba tiba.

"... Aku akan membunuhmu Lilith." kata Anna berusaha berani, menutupi kebenarannya. "Nona—"

"Lubang kak," Lilith berucap tiba-tiba, dan hampir mengagetkan kakaknya. "Hmm... Dimana?" katanya Anna, sambil matanya bergulir mencari lubang yang Lilith maksud.

Piovine : The White WolfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang