Saat itu menjelang siang dan Anna sedang berdiri sendirian di lorong istananya, menatap malas keluar jendela besar yang menampilkan laut berkilau. Sedangkan semua orang sibuk menghadiri penobatan kakaknya, Anna memilih menarik diri dari keramaian... ia butuh waktu.
Beberapa pelayan sempat lewat menanyakan keadaan Putri mereka dengan tatapan khawatir, sedangkan Anna hanya menjawab "Iya" dan "Aku ingin sendiri,".
Semakin ia berusaha memfokuskan diri pada lautan di luar, semakin pikirannya menjurus pada Xiel dan perlakuan pemuda itu padanya.
Denyut nadi Anna bertambah cepat mengingat hal memalukan itu, karena semuanya terjadi begitu cepat dan tiba-tiba. "Aku akan gila," umpatnya.
Sungguh kelewatan, ucap Anna dalam hatinya seraya melangkah cepat kembali ke kamarnya. Gadis itu sudah tidak tahan berada di istana ini... setidaknya ia ingin pergi dari bayang-bayang kerajaan untuk sesaat, dan menenangkan hatinya.
❧
Anna membeku, hidungnya menempel pada bayang wajahnya yang kusut di cermin. Kemudian gadis itu berbalik, sangat perlahan, menghadap kamarnya yang kosong.
Perhatiannya tertuju pada gaun hitam yang tergeletak membisu di atas ranjang... dan kini dirinya hanya memakan bra dan underwear hitam.
"Nona," kata seorang pria dari sebrang pintu.
Sesaat Anna membiarkan dirinya dikuasai harapan mustahil ada orang yang menyadari keberadaannya disini. Meskipun demikian, pintu kamarnya diketuk... membuat gadis ini jengkel.
"Aku sakit, pergilah." perintah Anna dengan nada yang tidak bisa dibantah.
"Nona, saya hanya menyampaikan pesan Raja... beliau mengkhawatirkan nona." suara itu kembali terdengar, membuat hati Anna sedikit menciut untuk mengusir pelayan tersebut. Bagaimanapun, tindakan egois Anna pasti membuat kedua orangtuanya khawatir, dan belum lagi surat koran yang berjudul "Putri Kerajaan Piovine Terlalu Malas Menghadiri Upacara Penobatan Sang Kakak." mungkin saja terbit tidak lama lagi.
"Sampaikan pada beliau, aku sedang sakit dan tidak ingin diganggu." kata Anna, "Pergilah." kali ini ia mengucapnya dengan nada lembut yang tidak dibuat-buat.
"Baiklah, Nona... saya permisi," setelah mendengar suara langkah kaki yang menjauh, pandangan Anna kembali terpaku pada cermin besar yang berada si depannya.
"Aku mau jalan-jalan," kata Anna, dalam bisikan setelah cukup lama diam, "Hanya sebentar,"
Anna membuka pintu lemari, seraya menghembuskan napas malas melihat sederet gaun-gaun yang menganggur-tidak, hari ini ia tidak ingin menjadi Luxanna, "Well," tetap saja, ia bingung memilih pakaian.
❧
KAMU SEDANG MEMBACA
Piovine : The White Wolf
FantasyKisah ini berawal dari secercah kebaikan seorang gadis kecil yang kakinya menapaki tanah berlumpur di sudut sebuah hutan. Disana, ia terdiam beku mendengarkan rayuan seekor serigala bermanik merah darah yang membisikan tentang surga yang menyimpan a...