"Maaf pasien sudah tidak bisa di selamatkan"
"TIDAK......"
aku terbangun terengah engah keringat yang membanjiri pelipisku ku usap dengan telapak tangan gerakan kecil itu menyadarkanku dimana aku sekarang. Di sebuah kamar yang di dominasikan dengan warnah putih
Mungkin kalian akan mengira bahwa sekarang aku berada di rumah sakit tapi nyatanya tidak ini adalah kamar ayahku .
Setelah nafasku teratur ku paksan diriku bangun dan meninggalkan kamar ayah. Ku buka pintu secara perlahan . Belum sempat aku menutup pintu ku lihat pantulan diriku di cermin disana diriku memakai dress putih yang cukup bagus di pandang. Tapi tunggu dulu...
Dress...
Warnah putih...
Kurasan tanganku mulai bergetar keringat dingin mulai bercucuran nafasku mulai tidak teratur kualihkan pandanganku dari cermin tak menunggu lama kututup pintu kqmar dengan kasar dan berlari menuruni anak tangga
Di undakan tiga tangga terakhir kini kuperlambat langkahku untuk turun .
Pandanganku tertuju kepada objek di depan disana seorang laki laki yang menggunakan jas berwarna hitam sedang duduk mentapaku dengan senyuman seperti biasanya"Ayra sudah bangun sayang"
Aku tersenyum mendengar nada suaranya seperti biasa yaitu menenangkan bagiku
"kenapa aku tidur di kamar ayah?"
"Kenapa aku pakai dress kayak mau kepesta "
Kini qku berjal mendekatinya duduk di sofa yang dekat denganya
" lupain dulu pertanyaanku itu. Ayah tau tadi aku mimpi kalo a...
DUAR
Suara letusan yqng berada di halam rumah itu menghentikan pertanyaan yang sejak tadi ingin kusampaikan kepada ayah.
Berbalik meninggalakn ayah yang masih duduk seperti tadi dengan mimik muka telah berubah pucak entahla yang penting aku harus tau ledakan itu dari mana. Kakiku berjalan pelan menuju jendelah kaca transparan yang langsung tertuju di halaman samping rumah
Mataku membulat siap untu mengeluarkan kedua isi mataku maaih tidak percaya dengan apa yang ada di depan . Napasku tersenggal berbalik lagi menghadap ayah yang terlihat kwatir padaku
Air mataku luruh begitu saja
" ayah........ "sepertinya hanya itu yang bisa di ucapkan mulutku
Ayah mendekat memegang kedua bahuku dengan lirih dia juga ikut menangis di hadapanku
"Selamat ulang tahun ke 17 sayang"
Kuhampaskan kedua lengan itu lalu berlari kencang ke halaman samping rumah disana terdapat balon terhias rapi minuman terjejer yang di sertai beraneka ragam makanan tapi yang paling menonjol adalah kue ulang tahun yang sangat besar itu tergeletak begitu saja di lantai
"Ini mimpikan .....tadi pagi dia masih sempat bilang kangen sama aku....katanya ada kejutan untuk aku..tapi apa ini" aku berteriak histeris
Seandainya kalian ada di posisiku pasti kalian juga akan merasakan apa itu rasa sakit
Bagaimana tidak sakit kalo hari ini adalah hari ulang tahunku dan bertepatan kepergian orang yang aku cintai dan itu karena aku
Aku duduk bersimpuh dilantai dengan air mata mengalir deras di hadapan kue yang kini telah peok itu
"Ngak mungkin dia telah tiada....
Ucapku setengah sadar....