Another day in my favorite room
Aku tak henti-hentinya bergoyang, berjingkat, kadang melompat. Padahal kegiatanku hanyalah mengemas buku-buku ke dalam kotak. Telingaku memakai earphone yang memutar lagu kesukaan, kalian pasti kaget selera musikku sama dengan anak SMA 20 tahun yang lalu. Dengan penampilanku yang cukup kekinian dan saat ini aku mendengarkan lagu yang menurutku genius dan keren yaitu Hammer to Fall- Queen.
Sesekali aku mengintip cermin hanya untuk sekedar melihat penampilanku saat ini yang memakai kaos hitam polos robek bagian bahu dan perut, celana pendek berwarna biru pudar serta rambut yang berantakan seperti baru bangun tidur.
Dari luar kamar terdengar suara samar-samar kakak perempuanku, Mejola Reha, yang lebih sering ku panggil Kak Ola.
"Kiiiiiiiii! Kiiiii ada Mugy!"
"Haaaaah? Apaaaaaa kak?"
"Ada Mugy. Wooooooi boloooot keluaaar!"
Aku melongok keluar pintu dengan tetap memakai earphone.
"Apa kak? Apa?"
"Buka dulu itu earphone! Itu ada Mugy di teras"
"Teras mana?"
"Teras Istana Bogor noh liat"
"Yeee kok marah? Hahahaha"
Aku memang seperti itu. Namaku Kimel Hira Keana, berambut pendek dengan pipi gempal, banyak yang bilang aku ini iseng, nyeleneh, dan aneh karna tidak seperti manusia normal pada umumnya. Hobbyku membuat kak Ola kesal dan marah, aku anak kedua dari tiga bersaudara, adikku bernama Oly Bugie Srans, satu-satunya laki-laki di rumah kami. Mamaku sudah menjadi single parent dari usiaku masih 8 tahun.
Oya Mugy saat ini ada di teras rumahku, ya walaupun kak Ola bilang di teras Istana Bogor, tentu aku tidak akan langsung percaya begitu saja kan? Hahaha.
Lanjut ke Mugy, nama lengkapnya Mugy Zea Mays, tahu nggak kalian "Zea Mays" itu nama latin dari jagung, jadi waktu itu ibunya melahirkan Mugy di ladang jagung, percaya nggak percaya sih tapi ya begitu cerita ibunya. Mugy, laki-laki genius, ramah, wangi, suka makan kuaci, dan imajinasinya akan membuat kalian terkagum-kagum nanti.
"Hai, Gy!"
"Ooi anak ajaib! Berantakan banget"
"Apanya? Teras rumahku?"
"Baju kamu itu loh, kaya habis dijambret robek robek gitu hahaha"
"Ini namanya style, Gy. Liat aja nanti orang-orang bakalan ngikutin aku gini"
"Hahaha, iya iya."
"Mau minum nggak? Nggak usah lah ya? Eh bener nih nggak usah? Gapapa? Nggak enak aku jadinya, hahhaha"
Wajahnya mendekati telingaku dan berbisik
"Bodo amat mel bodo amat"
"Hahahaha, yaudah tunggu ya aku ambil dulu"
"Yang dingin ya, Mel"
Secepat kilat aku melangkahkan kakiku menuju kulkas dua pintu dan yang ternyata hanya berisi es batu, ikan kembung, sayur kooooool, sayuuur kooooool, pasti bacanya sambil nyanyi ya? Hahaha"
"Maaaaaa, ini kulkas sepi banget, nggak ada niat bikin rame?"
"Ada niat tapi sedikit"
"Sedikit banget?"
"Iya ngeliat kalender kemarin tanggal gajian kamu, jadi makin dikit aja nih niat"
"Hahahahaha, cakep betul mama aku kodenya"
"Sekalian beli sabun mandi ya, shampoo juga ki"
"Buat isi kulkas itu ma?"
"Bukan, buat ditaburi di dapur ki"
"Hahahaha"
Nah, jadi kalian tahu kan sekarang sifat nyeleneh dan isengku ini dari mana? Mamaku seniman, pelukis, jadi jiwanya lebih nyentrik dan keren menurutku, beda dengan ibu ibu sosialita yang duuu duu aduuuuh hahaha.
Aku kembali ke teras dengan memasang wajah pura-pura sedih
"Gy, maaf ya kulkasku meledak"
"Hah! Serius? Kok bisa?"
"Hahahaha becanda. Anterin aku ke warung yuk, di rumahku nggak ada apa-apa buat disuguhi, aku juga sekalian mau beli sabun dan shampoo"
"Iya ayo, ganti baju atau pake jaket gih"
"Kamu malu ya aku kaya gembel gini?"
"Aku nggak malu, tapi aku kasian sama orang-orang pasti takut ngeliat kamu kaya gini"
"Hahahaha, aku pake jaket kamu aja Gy sini lepas"
Sebenarnya warung yang ku maksud berjarak 20 meter dari rumahku, dan kami memilih untuk berjalan kaki, karna kebetulan cuaca sore ini mendung-mendung manja enak untuk dibawa jalan-jalan. Sesekali aku seperti merasakan tangannya menyenggol tanganku saat berjalan, aku seperti merasakan sensasi bergetar, rasanya sudah lama sekali aku tidak merasakan hal ini. Ku perhatikan wajahnya, tanpa memperhatikan lagi jalan di depanku.
"Heh, kenapa?"
"Hah?"
"Kenapa liat-liat?"
"Bapakmu jago silat"
"Ee nya bulat bulat"
"Emang iya?"
"Digoreng dadakan lima ratus rupiah"
"Ih jorok kamu"
Kami bercanda dan tertawa nyaring tanpa sadar sudah sampai ke toko yang kami tuju.
"Kamu mau apa, Gy?"
"Kamu yang traktir?"
"Enggak juga sih, aku nanya aja, tapi tetep kamu yang bayar"
"Hahaha, aku mau kamu aja boleh?"
"Punya uang berapa?"
"Dua ribu"
"Kebanyakan, hargaku cuma seribu lima ratus, Gy"
"Kembali lima ratus dong"
"Ya nggak boleh lah, harus uang pas"
Seketika kami dikejutkan gebrakan tangan si penjual
"Mau beli kagak sih lu ki?"
Dan kami tertawa bersama-sama.
Bersambung yaaa...

YOU ARE READING
Mugy&Kimel
RomanceAku akan kenalkan mereka, Kisah Mugy dan Kimel, karakter yang akan kalian cintai nantinya.