Semenjak kami sekelompok tugas seni, aku dan Mugy menjadi lebih intens berkomunikasi lewat sms, dan mengobrol saat jam istirahat. Aku tahu banyak pasang mata yang memperhatikan kedekatan kami dan mulai berbisik bahkan terang-terangan menggoda ketika kami sedang bersama. Kami juga mengubah gaya bahasa kami menjadi "aku-kamu", walaupun awalnya aku tidak terbiasa tapi akhirnya aku yang malah makin merasa nyaman.
Kedekatan kami terjalin lewat candaan yang tak sengaja muncul saat kami bersama, Mugy senang sekali membuat karangan cerita menarik yang terkadang tidak masuk akal tapi aku tetap saja tertawa melihat usahanya itu. Seperti halnya waktu itu, gemericik hujan mengetuk-ngetuk kaca jendela kelasku, aku dan Mugy duduk persis di sebelah kaca itu, aku menopangkan dagu di kepalan tanganku yang kedinginan.
"Mel kamu tahu asal mulanya air hujan dari mana?"
"Dari penguapan air di permukaan bumi"
"Salah!"
"Terus?"
"Di sana, di atas langit ada kehidupan lagi yang manusia ngga tahu, cuma aku yang tahu"
"Hahaha, iya terus?"
"Jadi setiap terjadinya hujan, sebenernya ada yang buang air di atas"
"Air apa?"
"Air besar, air kecil"
"Iiiiiih jorok kamu, Gy"
"Iya beneran mel, jadi kalau airnya turun di sertai angin kencang, berarti itu buang air sekalian angin, cuma ngga berbau, hahaha"
"Hahaha. Di atas ada kehidupan apa gy? Manusia juga?"
"Hampir mirip dengan manusia, tapi mereka punya antena mel"
"Oya? Kaya semut gitu? Fungsinya untuk apa?"
"Antena itu alat mereka untuk komunikasi, jadi mereka ngga bisa ngomong mel, ngobrolnya dari antenna ke antenna, kalau kita kan dari hati ke hati, hehe."
"Kita maksudnya aku dan kamu?"
"Bukan lah!
"Iya terus?"
"Aku, kamu, dan anak-anak kita kelak"
"Hahaha, emangnya aku mau nikah sama kamu?"
"Emangnya aku bilang kalau mau nikah sama kamu?"
"Terus kenapa ada anak-anak kalau engga nikah?"
"Yakan bisa punya anak tanpa nikah"
"Aku ngga mau, kamu harus nikahin aku dulu baru punya anak!"
"Yaudah kalau kamu maksa, nanti kita nikah ya"
"Eh?"
"Hahahaha... Kepancing deh kamu"
"Maaf ya, Gy."
"Gapapa, aku seneng"
"Aku suka kalau kamu seneng gy"
"Aku juga suka"
"Suka apa?
"Suka kamu"
"Hahahaha"
Hubungan kami saat itu hanya sebatas teman dekat, tapi kami sudah tidak malu menyatakan perasaan suka satu sama lain. Aku berbisik pada nuraniku, apakah ini cinta? Kalau memang iya, apakah Mugy adalah cinta pertamaku? Mugy membawakan bekal setumpuk rasa suka dan kotak berisikan hati untuk menjelajah hari-hari yang lebih menyenangkan lagi. Ah.. Tuhan maha Pecinta, terima kasih telah menurunkan makhluk indah bernadi sejuk, seperti hujan di musim kemarau, membuatku bersyukur dan terhibur. Biarkan ia tetap bernafas di bumi-Mu, agar aku dapat merekam bunyi nafasnya untuk jadi pengingat bahwa ia adalah udaraku, tanpanya aku bisa saja mati.
YOU ARE READING
Mugy&Kimel
RomanceAku akan kenalkan mereka, Kisah Mugy dan Kimel, karakter yang akan kalian cintai nantinya.