- Siapa? Kail? Plis deh bang, dia cuma sahabat gue, lagian gak akan mungkin gue suka sama dia. -
εїз
Seorang gadis tengah membenarkan seragamnya di cermin. Dipandang dirinya untuk beberapa saat sambil memutar badannya. Dirapikan rambut sebahunya sekali lagi kemudian dia memakai jam merah kesayangannya, karet rambut di pergelangan tangannya, dan gelang berwarna pink abu-abu. Dia tersenyum melihat gelang tersebut.
Dia teringat kejadian 1 tahun lalu, tepat hari pertama dia masuk sekolah seperti saat ini. Bedanya, kini dia telah memasuki tahun keduanya di SMA. Tentu, dengan teman baru, pengalaman baru, dan kisah yang baru. Banyak hal yang telah dia lewati, tapi kita tidak akan tahu kan kedepannya akan menjadi seperti apa?
Setelah mantab dengan pakaiannya dia pun mengambil tas berwarna kremnya kemudian bergegas untuk turun. Tak lupa dia memakai sepatu converse high berwarna merah maroon itu dengan kaos kaki berwarna senada dengan sepatunya. Gadis itu - gadis yang paling tidak pernah taat dengan peraturan sepatu dan kaos kakinya-.
"PAGI SEMUAAAAHH!" sapanya dengan suara yang lantang.
"Dosa apa gue ya Tuhan punya adek kayak gini," ucap Keano sambil mengelus dadanya. Dia Keano Fabian. Kakak laki-laki pertama gadis itu. Kini dia kuliah di UGM jurusan Akuntansi.
"Sabar aja Ke, dia lagi kesenengan mo ketemu si pujaan hati," sahut Julian sambil memakan rotinya. Dia Julian Maraska. Kakak kedua gadis itu yang sekarang berada di kelas 12 SMA Harapan. Dia merupakan kapten basket sedangkan Keano dulu adalah kapten futsal.
"Ih abang-abang ku tercinta! Hari ini Gita resmi tersegel jadi anak kelas dua SMA! Seneng dikit kek!" ucap Gita sambil memakan rotinya
"Seneng jadi anak 'kelas dua' SMA ato seneng mau ketemu pujaan hati cieee," goda Julian
Gita terkekeh mengingat percakapannya dengan Kaivan satu tahun lalu. Ingatannya sangat melekat ketika mengingat kerecehan Kaivan yang levelnya sudah menyamai Gita.
"Siapa? Kail? Plis deh bang, dia cuma sahabat gue, lagian gak akan mungkin gue suka sama dia," ucap Gita yang masih menikmati rotinya
"Ati-ati ntar kemakan omongan sendiri,"
"Apaan sih bang, nih ya Gita kasih tau Gita tuh-"
"Sudah sudah, sana kalian berangkat nanti keburu siang loh. Masa mau masuk pertama telat?" ucap Mamanya lembut. Gita pun melanjutkan makannya kemudian bersiap untuk berangkat.
"Yasudah Julian sama Gita pamit dulu ya Ma, Pa. Assalamualaikum," pamit Julian
"Waalaikumsalam. Hati-hati," ucap Mama dan Papanya bersamaan.
"WOI ADEK DURHAKA GUE NGGAK?" teriak Keano saat Julian dan Gita melangkah kedepan rumah
"OHIYA BANGKE KESAYANGAN ACU BABAY!" ucap Gita sambil mengeluarkan motor matic hitam kesayangannya
"BABAY BANGKE BANGKE BENERAN!" teriak Julian kemudian memajukan motornya meninggalkan Gita
"Dasar adek-adek tidak berperikenetizenan," ucap Keano sambil melanjutkan makannya
Gita melihat jam yang menunjukkan pukul 07.40. Dia pun pergi ke rumah Vira, sahabatnya. Saat dia hendak memanggil nama Vira, dia mendengar perdebatan didalamnya.
"Kamu anak mama, mama berhak!"
"Mama juga harus inget, aku anak papa juga!"
Selalu. Batin Gita.
Lalu tak lama kemudian, Vira keluar dengan mata merah dan penampilan yang acak-acakan. Gita tak bertanya banyak hal.
YOU ARE READING
Butterf(lies)εїз
Teen FictionAnggita Altezza. Cewek yang berisik, bawel, hobi baca novel, dan sangat pengganggu menurut Sagara Alterio Wicaksana. Namun entah mengapa, dia sangat betah untuk bersama dengan gadis itu. Mulai dari persahabatan, pacaran 2 kali, musuhan, serta kakak...