Part 1

4.3K 374 62
                                    

Tok tok tok

"Nona, bisakah anda cepat keluar? Mereka sudah menunggumu"

Kemudian wanita setengah baya yang mengenakan pakaian khas pelayan itu kembali mengetok pintu kayu berhiaskan pernak-pernik indah seperti pintu dalam istana kerajaan.

Sementara gadis yang dipanggil hanya terdiam membeku didepan kaca, matanya tak berpaling menatap pantulan dirinya yang berdandan rapi nan elegan seperti layaknya seorang putri. Make up menghiasi wajah putih mulusnya semakin memperkuat kecantikkannya. Diabaikannya suara bising dari arah pintu yang sedari tadi meneriakkan namanya, ia tidak peduli.

Saat ini orang tuanya tengah mengadakan pertemuan penting dengan seorang keluarga berpangkat tinggi karena merupakan pemimpin dari salah satu perusahaan ternama dikorea. Tujuan dari pertemuan ini adalah untuk memperkenalkan putra dan putri mereka sebelum melangsungkan pertunangan bulan depan, terdengar seperti perjodohan bukan? Ya.. Ini memang perjodohan yang sangat jennie benci. Gadis yang orang anggap memiliki kehidupan sempurna itu merasa lelah dengan segala skenario yang orang tuanya atur    sejak ia lahir. Ia punya hak untuk mengatur hidupnya sendiri tetapi ia tak pernah mendapatkan hak itu, segalanya bahkan hingga profesinya kelak telah diputuskan kedua orang tuanya.

Ia muak.

Ia bukan robot.

Entah kenapa sebuah pemikiran gila merasuki otaknya, mata bulat jernihnya menatap lekat kearah jendela setengah terbuka dikamar mewahnya.

'Maafkan aku, kini biarkan aku menjalani hidupku sendiri' tanpa berpikir panjang, kaki jenjangnya berjalan menuju jendela. Sebuah ransel berukuran sedang berada dipunggungnya, rupanya jennie telah mempersiapkan ini sejak semalam.

Ia mencoba kabur.

Brakkk

Pintu kamar jennie terdobrak dengan kasar hingga kenop pintunya rusak, Pelaku pendobrak itu terkejut mendapati tak ada jennie didalam kamarnya. Ia terus mencoba memeriksa seluruh ruangan namun tak ada seorangpun, hingga matanya menangkap jendela yang kini telah terbuka sepenuhnya.

"Sialan anak itu" umpat pria paruh baya yang merupakan ayah jennie itu.

"Cari dia sampai dapat!" perintahnya dengan penuh emosi.

Sementara jennie yang memakai gaun sedikit panjang itu tampak kesulitan berlari, terlebih lagi ini sudah malam. Ia tidak bisa menyalakan sinar handphone sebagai penerangan karena takut akan ketahuan.

Brukk

Kakinya tersandung batu, membuatnya jatuh terduduk diatas aspal yang kasar dan dingin. Membuat beberapa tetesan darah kelur dari ujung lututnya.

'Tolong aku, tolong aku. Aku benar-benar lelah dengan hidupku' batinnya memohon. Ia meniup pelan lututnya yang terasa perih dan panas.

Tiba-tiba sebuah sinar terlihat beberapa meter dari tempatnya, jennie terkejut. Ia segera bangun dan berlari tertatih-tatih, kakinya terasa semakin nyeri tetapi ia tak berhenti berlari.

Melihat sebuah batu besar dipinggir jalan, jennie segera bersembunyi dibaliknya. Ia menunduk takut, keadaan terlalu gelap hingga membuatnya tak sadar satu hal.

Bahwa ia tak sendiri.

Kini, ia merasakan ada hembusan nafas lain disampingnya. Tak hanya itu, sisi kiri tubuhnya terasa hangat.

Jennie tersadar bahwa ada orang lain disampingnya, dengan enggan dan takut-takut ia menoleh kearah kiri.

Seketika matanya membulat lebar, meski gelap. Ia dengan jelas melihat sesosok pria bermasker dan berpakaian serba hitam berada disampingnya.

Gangster KingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang