Part2

2.1K 309 46
                                    

"Tidurlah diruangan itu dan jangan mencoba untuk kabur" Ucap hanbin yang segera beranjak dari tempat makan. Ia tak pernah mempercayai siapapun selama hidupnya itu karena penghianatan besar dimasa lalu  yang telah ayahnya lakukan membuatnya sulit untuk mempercayai seseorang, tetapi entah kenapa ia membiarkan gadis asing itu tinggal dirumahnya, sebab jennie benar. Ia memerlukan seseorang untuk merawat rumahnya, memiliki seorang budak merupakan hal yang menguntungkan bukan.

Jennie tak mengatakan apapun, ia mulai berdiri dan berjalan kesebuah ruang kosong nan gelap didekat dapur. Tempat itu sangat berdebu dan benar-benar tak tercium cahaya, langit-langit penuh sarang laba-laba, lantai kotor hingga membuat jennie terbatuk-batuk ketika memasuki.

'Ini gudang, ah.. Ini bahkan lebih buruk dari gudang' Jennie menghela nafas berat, ia tak tahu jika kabur dari rumah hanya akan membuat hidupnya berkali-kali lipat lebih sengsara. Ingatannya mulai terputar kembali akan masa-masa yang biasa ia lakukan dijam ini ketika dirumah, jennie juga mulai merindukan ranjang empuk miliknya, kamar mandi luas, dan makanan kesukaannya.

'Ibu, aku merindukanmu' Air matanya mulai mengalir deras, tempat ini terlalu menakutkan dan tak cocok untuknya. Kehidupan mewah yang telah ia dapatkan sedari lahir terasa begitu membosankan ketika ia jalani namun terasa sangat berharga ketika tak lagi ia dapatkan.

Jennie POV

Menjadi babu? Seorang pembunuh? Ah yang benar saja, aku pasti sudah gila.

Kebenturkan kepalaku ketembok beberapa kali dengan frustasi, berharap sebuah jalan keluar muncul dari pikiranku dan menghentikan penderitaan ini.

Melihat tempat ini saja sudah membuatku mual, bagaimana bisa aku tinggal disini? sungguh konyol.. Aku bahkan tak pernah tahu cara membersihkan rumah, segala kebersihan dirumahku sudah menjadi tanggung jawab pelayan yang jumlahnya...

Entahlah, Aku lupa.

Demi apapun aku ingin keluar dari tempat ini-

Tunggu! keluar!? Benar, Aku harus keluar dan kabur tanpa ketahuan. Kurasa tuan psikopat sudah tidur, melihat waktu kini sudah menunjuk angka satu. Membuatku yakin, jika aku akan berhasil kabur.

Walau... keyakinanku berpeluang kecil.

Dan resikonya jika gagal......?

M-a-t-i

Ash, aku tidak peduli. Lebih baik aku mati dari pada menjadi budak pembunuh, bisa-bisa aku juga terkena dampak dari dosa-dosanya.

Itu lebih buruk.

Dengan perlahan, kulangkahkan kakiku menuju lantai bawah gedung ini yang lumayan tinggi dan luas. Mungkin ia memilih tempat ini karena sangat rahasia dan cocok untuk psikopat sepertinya,

Entah kenapa kakiku sedikit bergetar, mungkin karena rasa takut, sakit dan lelah bercampur menjadi satu. Lututku belum benar-benar sembuh, ini semakin nyeri karena tak terobati. Namun segera kusisihkan rasa sakit itu, nyawaku lebih penting dari apapun saat ini.

Satu lantai lagi dan aku akan sampai dibagian dasar gedung, gedung ini memiliki tiga lantai dan aku harus menuruni dua lantai untuk dapat mencapai dasar. Ini semakin melelahkan dan menyakitkan, lelehan keringat mulai turun dan membasahi keningku. Aku bahkan tak sempat menyeka keringat karena terlalu fokus menuruni tangga.

Akhirnya! Aku sampai dilantai paling bawah, walau bermodal cahaya bulan yang remang dari celah-celah jendela.. Aku tetap mampu dan merasa hebat karena bisa melakukannya. Kakiku kembali kulangkahkan menuju pintu, namun ketika jemariku hendak menyentuh kenop pintu-

"kau mau kemana?" Suara pria yang menggema ditengah gelapnya gedung spontan membuatku mematung ditempat.

Entah kenapa suaranya berkali-kali terdengar lebih horor dari pada beberapa waktu lalu.

Gangster KingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang