<o> 2003, Agustus <o>
Kisahku ini dimulai ketika aku berada di bangku Sekolah Dasar. Pada tahun terakhir ku di Sekolah Dasar
Namaku Rizki, aku bukanlah anak yang pandai bersosialisasi saat itu, aku selalu duduk menyendiri di pojok kanan belakang kelas. Aku merasa kesepian saat itu.
Namun, semua itu berubah saat tanggal 25 Agustus 2003, tanggal yang akan kukenang selalu, saat itu, bunga bermekaran di jalanan menuju rumahku, saat itu adalah musim yang berbunga, di persimpangan kedua menuju rumahku, disitulah aku bertemu dengan-nya.
"Hai, kau Rizki kan, mulai sekarang, kau ikut kelompokku ya!" Seorang gadis cantik nan ceria tiba tiba menepuk punddakku, ia berambut panjang berwarna hitam, ia terlihat sangat ceria.
Saat itu memang Ibu guru menyuruh para murid untuk mencari kelompok untuk mengerjakan tugas mading, aku pun belum mendapat kelompok karena tak ada yang mau berteman denganku. Tapi dia malah mengajakku ikut kelompoknya, saat itu aku hanya mengangguk lalu ia berkata "Rumahmu lewat sini kan, kalau begitu ayo kita pulang bersama!".
Saat itu, hatiku terasa begitu senang begitu bahagia.
<0>
Kejadian itu menjadi kejadian yang kukenang selalu dihidupku, namun saat itu aku lupa menanyakan namanya. Kami pun sampai dirumahku dan mengucapkan selamat tinggal.
Sesampai dirumah, ayahku menyambutku dengan bahagia, ayahku adalah orang yang sangat menyayangiku, ia selalu terlihat tersenyum dihadapanku, namun aku tahu bahwa sebenarnya ia merasa sedih sekaligus tertekan semenjak kematian Ibu 2 tahun yang lalu.
Saat itu kami, aku, ayahku, dan ibuku sedang pergi berlibur ke taman kota untuk menghadiri festival lampion disana, lampion yang ada disana begitu indah, aku takjub melihatnya.
Namun, kesenangan itu berakhir ketika kami berjalan pulang, seorang perampok memalak kami, Ayahku berusaha melawan, namun ia tidak berdaya, ibuku mati karena insiden itu. Bahkan sampai sekarang, ayahku masih merasa bersalah atas kematian Ibu, bagi ayahku, tidak ada kebahagiaan dunia ini yang membuatnya bahagia.
Meskipun Ayah menyembunyikan tangisan dibalik senyumannya, aku tetap bisa merasakan penderitaanya.
<0>
26 Agustus 2003
Pada tanggal itu ia datang ke rumahku untuk menejemputku, hari itu sekolah sedang libur, matahari sedang ada tepat di garis vertikal bumi, ia menjemputku dan mengajakku kerja kelompok.
Tok tok tok, terdengar suara ketukan di pintu depan rumah, ayahku pun membuka pintu itu, ternyata orang yang mengetuk itu adalah gadis itu.
Gadis itu datang membawa sebuah tas ransel "Hai paman, saya temannya Rizki, mau mengajak Rizki kerja kelompok paman." Kata gadis itu dengan nada ceria. "Oh, ya silahkan masuk" Kata ayahku sambil mengarahkannya ke ruang tamu.
"Silahkan duduk, paman akan panggilkan rizki dan buatkan coklat panas." Kata ayahku, "Tidak usah repot-repot paman, saya cuma sebentar disini" Ujar gadis itu, "Baiklah, paman akan panggilkan Rizki".
"Rizki, Rizki!!" Ayahku memanggilku dan menyuruhku untuk menjumpai gadis itu.
"Hai" Sapa gadis itu dengan senyum diwajahnya, "Apa kau siap untuk berpetualang menjelajahi dunia?" Ujar gadis itu, "Bukkannya kita akan bekerja kelompok membuat mading?" Kataku, "Ayolah, mari kita buat kerja kelompok ini menyenangkan" Kata gadis itu dengan ceria dan senyum di wajahnya, "Kurasa kau terlalu berlebihan, ayo kita berangkat" Ujarku, "Siap kapten!!" Kata gadis itu dengan riang dan penuh semangat.
<0>
Saat itu kukira kerja kelompok itu akan menjadi kerja kelompok yang biasa-biasa saja.
Namun ternyata aku salah, takkan pernah terlupakan kerja kelompok saat itu.
Ia mengajakku melewati hutan-hutan dan sungai. Jujur, saat itu aku merasa sangat takut, aku tak pernah berpetualang seperti ini sebelmumnya. Aku kira kita akan bekerja kelompok di salah satu rumah murid.
Akhirnya kami sampai di sebuah tanah lapang dengan banyak bunga-bunga yang diberi label nama.
Anggota kelompok yang lainnya telah menunggu disana, aku pun heran, bagaimana bisa mereka sampai ke sini, padahal jalannya sangat rumit dan sedikit berbahaya. Seketika itu, aku terkejut dan langsung berkata dengan suara agak keras "Hahhh??" aku baru ingat, ini kan taman bunga sekolah yang terletak disebelah sekolah, padahal jarak sekolah dan rumahku tidak terlalu jauh, tapi kenapa kami harus melewati jalan yang sangat rumit, aku pun merasa sedikit kesal.
Mendengar suaraku, gadis itu langsung menoleh ke arahku dan tersenyum dengan manis kepadaku, mungkin ia tahu bahwa aku sedikit kesal, saat ia tersenyum kepadaku, seketika rasa kesalku pun hilang, senyumannya telah membuatku merasa bahagia.
Sambil tersenyum, ia memegang tanganku dan menariknya, menuju ke teman-teman anggota kelompok yang lain.
<0>
Saat itu, saat ia memegang tanganku, hatiku terasa bahagia, aku merasa mungkin ia adalah sosok teman yang dikirim Tuhan untukku.
Saat itu juga adalah saat pertama terebentuknya kelompok baruku. "Hai, namaku Rizki, salam kenal" Ucapku dengan hati yang agak tegang.
"Hai, perkenalkan, namaku Bobby" Kata seorang anak laki - laki yang langsung memegang tanganku dan terlihat begitu antusias. Tubuh Bobby gemuk dan menggemaskan.
"Hai, namaku Azka" Kata seorang anak laki - laki yang tampak dingin dan keren.
"Hai, aku Cyntia" Kata seorang anak perempuan yang jika dilihat dari penampilannya merupakan anak orang kaya, namun ia terlihat agak malu-malu.
Itu adalah nama-nama semua anggota kelompok mading ku. Aku pun menoleh ke gadis yang memulai semua kebahagiaan ini, hendak menanyakan namanya, namun tiba tiba Azka berkata dengan suaranya yang terdengar begitu keren, seperti pahlawan di film-film "Mari kita selesaikan tugas ini, hari sudah mau malam" kami semua pun mengangguk dan segera memulai bekerja.
Yah, dan masih saja, aku belum mengetahui nama gadis yang telah merubah hidupku itu.
<0>
Kami pun sepakat untuk membagi tugas, Aku dan Bobby ditugaskan untuk membuat hiasannya, sisanya membuat isi dari mading tersebut.
Aku dan Bobby pun segera bergegas berkeliling untuk mencari inspirasi untuk gambar kami, kami menggambar bunga, pohon, dan banyak hal -hal menarik, dari pengalamanku bersama Bobby ini, aku menemukan bahwa Bobby adalah teman yang suka bercanda dan ramah, sepanjang perjalanan, aku tidak bisa menahan tawa melihat tingkah laku Bobby yang konyol dan menggemaskan.
Kami pun selesai mencari hiasan dan kembali berkumpul dengan yang lain. Akhirnya mading pun selesai, matahari pun sudah tak terlihat lagi sinarnya "Akhirnyaa, selesai juga, bagaimana menurutmu Cyntia?"Kata gadis yang memulai semua ini
"Keren" Jawab Cyntia dengan malu malu, "Baiklah, mari kita pulang." Ujar Azka. "Eitts, tunggu duluu, kalian tahu apa yang kubawa? Aku bawa ini."
Ujar gadis yang aku masih belum tahu namanya itu dengan riang dan kekanak-kanakan, ia memperlihatkan sebuah kembang api pada kami, "Ehhh, tapi ayahku bilang kembang api itu berbahaya" Ujar Bobby, "Yahh, kalau begitu mari kita buktikan!" Kata Gadis itu dengan antusias,
"Tungguuu!!!" Azka berusaha menahannya namun api telah dinyalakan, Gadis itu pun langsung meloncat kearahku, yang lain juga segera melompat kearah yang berbeda-beda.
Aku pun terjatuh karena dorongan gadis itu, gadis itu segera mengguling ke samping ku dan menatap ke langit gelap yang berlukiskan bintang-bintang.
Ia pun tersenyum melihat kembang api yang meledak di angkasa, kenyataanya, memang kembang api itu begitu indah, aku pun takjub melihatnya.
Aku pun teringat bahwa aku belum menanyakan namanya, aku pun menatapnya dan berkata "Siapa namamu?", "Bunga, namaku bunga." Kata Gadis itu.
<0>
Ya, itulah saat dimana aku mengetahui namanya, kembang api di langit malam, begitu indah, kami semua terpana lukisan kembang api dan bintang - bintang yang bersinar di angkasa. Sungguh mimpi indah yang terwujud. Betapa bahagianya, betapa senangnya, melewati banyak petualangan hari itu.
<0> Akhir dari Bagian 1 <0>
KAMU SEDANG MEMBACA
Surat Terakhir Untukmu
Teen FictionApakah kau pernah merasa kehilangan seorang teman? "Surat terakhir untukmu" Sebuah kisah tentang seorang anak yang kehilangan harapan hidup, namun perlahan-lahan menemukan kembali tujuan hidupnya melalui persahabatan. Menceritakan Rizki, seorang an...