"...aku janji bakal nemuin kamu di sana. Aku pasti ke Bandung,"
"Masa? Emang mau ketemu aku? Aku jelek lho!"
"Iya, dong! Aku harus ketemu kamu, kamu kan sekarang pacar aku yang paling cantik, sedunia!"
"Ih gombal banget! Nanti nyesel lho ketemu aku"
"Enggak lah, aku pilih kamu, berarti aku terima apa adanya kamu, bagaimanapun kamu, kamu tetap milikku, Miranda"
"..."
"Kok diem aja? Gagu, ya?"
"Enggak...cuma... Gini, aku salting aja, kamu yang pertama bilang
kayak gitu""lah, hahahaha... Gak usah dipikir lah, yang penting aku sayang kamu titik. "
"Iya, Iya, Aku sayang kamu juga. "
Lagi-lagi, suara percakapan dia yang terputar di otaknya.
Ia lelah, ingin melupakan semua tentang dia.***
"Maaf, kamu belum bisa ikut ujian. " kata seorang wanita di balik meja administrasi.
"Aduh, bu tolong, dong kali ini aja bu, saya janji bakal bayar semester depan, kalau saya gak ikut ujian semester ini, saya gak bisa susul orang tua saya bulan depan. Tolong ya bu, pasti saya bayar uang semesterannya 3 bulan lagi, ya?" gadis itu nampak memohon-mohon pada pengurus administrasi tersebut.
"Kamu pikir ini kampus nenek moyang kamu, apa? Seenaknya aja, 3 bulan bukan waktu yang sedikit. Saya gak mau tau pokoknya satu minggu sebelum hari H semua tagihan semester ini harus lunas, kalau kamu memang ingin ikut ujian semester ini!" katanya.
"Bu, tolong lah bu. Orang tua saya gak lagi di Bandung, saya gak dititipkan uang banyak, mana bisa saya bayar minggu depan... " Miranda, gadis itu hanya merengut masih berusaha agar keinginanya itu didengar.
"Memangnya saya peduli? Sudah, saya sibuk, kamu kembali lagi nanti, ya"
Miranda menghela napasnya berat. Hidupnya tengah kacau sekali. Ekonominya sedang surut, namun kebutuhannya makin memuncak saja.
Orang tuanya tak bisa ia hubungi. Mereka juga tengah menghadapi krisis perusahaannya di Singapura yang kini tengah terlilit utang. Ia bisa saja menyusul orang tuanya, dengan syarat ia harus menyelesaikan ujian di semester 6 ia kuliah, ya semester ini.
Dia harus menemukan kerja paruh waktu sesegera mungkin agar dapat membayar uang ujian itu. Tapi, ia tak memiliki kemampuan yang mumpuni di bidang apapun.
Miranda berjalan meninggalkan kantor administrasi menuju ke kelasnya. Sebentar lagi kelas bahasa inggris dimulai.
Ia berjalan gontai menuju kelasnya, lalu duduk di tempat biasa dia dan sahabatnya belajar, tepat di sebelah jendela kiri kelasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ex From Hell
RomanceApa yang kalian pikirkan tentang 'Mantan'? Kenangan indah atau mimpi buruk, sih? Dia, yang seharusnya pergi jauh, malah kembali ke kehidupanku yang sudah cukup menderita! Bukannya memberi nostalgia yang mengasyikan, ia malah membawa kembali luka...