Perasaan aneh. Ini bukan suasana tempat yang biasa kusinggahi. Sepetak ruang dengan para remaja yang terpaut usia hampir sama denganku. Mereka berbaris rapi dengan kelompok yang telah disesuaikan, termasuk diriku.
Kelompok yang biasa disebut kelas. Ya, itu sebutan umum, karena tempat ini tidak lain adalah sekolah.
SMA Shiny, sekolah elite dan terbaik di negara ini. Dari informasi yang pernah kudengar, hanya murid tertentu saja yang dapat menjadi bagian dari sekolah ini. Tidak peduli berapa banyak harta yang kau miliki, jika murid itu tidak memiliki kriteria yang dibutuhkan oleh sekolah, kau tidak akan diterima. Melihat wajah-wajah murid disini, aku dapat mengerti. Mereka memiliki karisma yang kuat, serta karakter yang lebih unggul dari murid yang biasa kau lihat, walaupun aku juga bisa melihat ada beberapa karakter yang umum seperti diriku.
Biaya untuk sekolah di SMA ini gratis, dan ketika para murid yang berhasil lulus, negara juga akan membayar semua keperluan biaya kuliah mereka hingga selesai. Hal ini dilakukan karena negara akan merekrut para lulusan dari SMA Shiny ini sebagai anggota pemerintah di masa mendatang.
"...Dan sekarang, saya persilahkan perwakilan sebagai siswa terbaik dari angkatan tahun kedua untuk memberikan sambutan."
Di depan, seorang gadis berjalan mendekati guru yang berdiri di atas podium untuk menggantikan dirinya.
Wajahnya cantik dengan rambut panjang hitam terurai. Dengan melihat sekilas saja, aku tidak akan menyangkal perkataan dari guru itu sebelumnya, bahwa jika ia adalah seorang murid yang pandai.
"Terima kasih... sebelum itu, biar kuperkenalkan diriku terlebih dahulu. Namaku, Mitchel Carter Yuna, dari kelas A tahun kedua."
Ketika gadis itu berbicara, mimik wajah tegas dan sorot mata tajamnya menyisir melihat sekitar seperti sedang waspada.
"Pertama-tama, saya ucapkan selamat datang kepada para siswa baru yang telah bergabung di sekolah ini. Saya berharap, kalian dapat menunjukan kemampuan terbaik yang kalian miliki. Seperti yang kalian ketahui, sekolah ini tidak membutuhkan siswa bodoh yang tidak berguna seperti sampah. Jika kalian datang ke sekolah ini hanya sekedar untuk bermain-main, saya harap kalian segera pergi angkat kaki sekarang juga..."
Aku tidak mengerti, apakah kata sambutan seperti itu adalah perkataan yang pantas untuk situasi saat ini. Aku tidak mendengar sedikit pun nuansa keramahan dari nada suaranya. Apakah hal ini normal terjadi? Melihat dari sikap para guru dan staff karyawan yang berdiri di sana yang tampak tenang, aku pun mulai mengerti.
"--Begitu pun dengan angkatan tahun kedua. Sebagai siswa senior, kita harus menunjukkan contoh yang baik untuk mereka. Maka dari itu, Aku, Yuna, sebagai siswa terbaik digenerasiku, mulai sekarang, aku akan menyingkirkan siswa-siswa yang menurutku tidak layak untuk terus bersekolah di SMA ini. Seperti yang sudah kukatakan sebelumnya, sekolah ini tidak membutuhkan kumpulan sampah. Tidak peduli sebaik apapun metode yang digunakan untuk memoles suatu barang, produk gagal tetap akan selalu menjadi produk gagal."
Tiba-tiba, matanya terfokus pada satu titik, diikuti tangan kanannya bergerak mengikuti arah yang sama.
"Sebagai contoh, kalian dapat melihatnya dari generasiku. Wajah-wajah menyedihkan dari kelas cacat yang tidak lain adalah kelas E."
Dia menyebut kelasku, bukan, lebih tepatnya, kelas yang akan menjadi tempatku. Aku tidak tahu, apa yang sebenarnya terjadi di kelas E sehingga gadis itu mengatakan hal seperti itu. Menanggapi sarkasme dari gadis itu, beberapa teman sekelasku menundukkan wajahnya, walaupun ada juga yang menentang dan melontarkan kata-kata pembelaan dengan nada suara jengkel.
"Lihat? Bahkan mereka juga menggonggong seperti anjing. Betapa tidak bergunanya mereka."
Seakan tidak ada hentinya, gadis itu terus meludahkan racun ke kelas ini.
Apakah seperti ini kehidupan sekolah? Persaingan di mana memberikan sarkasme adalah hal yang biasa terjadi? Aku mengerti tentang persaingan antar pelajar adalah hal yang biasa, tapi hingga seperti ini, mengatakan di depan umum bukan lagi perilaku yang normal. Apakah karena ini adalah sekolah elite sehingga itu sah-sah saja?
Tidak peduli sekeras apa aku berpikir, itu adalah hal yang sia-sia. Berspekulasi tanpa memiliki informasi yang cukup adalah tindakan yang bodoh. Yang perlu aku lalukan sekarang hanyalah mencari informasi sebanyak mungkin yang bisa aku dapatkan.
"--Karena itu, agar sesuai dengan visi dan misi sekolah, di tahun ini, aku memiliki tujuan. Mulai sekarang, aku akan menyingkirkan siapa pun yang menurutku tidak layak untuk terus berada di sekolah ini, bahkan jika perlu, menyapu bersih satu kelas sekaligus itu bukanlah masalah besar bagiku. Aku harap kalian mengingat hal ini! Sekian dan terima kasih."
Tepuk tangan dari kelas tertentu yang menurutku adalah kelas A, mengiringi langkah gadis itu turun dari podium. Namun berbeda dari kelas lain, tatapan tidak puas jelas terpancar dari wajah mereka. Aku cukup terpukau dengan keberanian gadis itu yang telah menyulutkan api permusuhan ke banyak siswa.
Aku tidak tahu, seberapa genius dan seberapa besar kedudukan yang dimiliki gadis itu. Mengatakan ingin 'menyingkirkan' siswa dari sekolah bukanlah tindakan yang dapat dilakukan oleh siswa, atau aku salah?
Terlepas dari benar tidaknya apa yang ia katakan, bagiku, ia tidak lebih dari sekedar gadis arogan.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream
Teen FictionSeperti apa kehidupan remaja saat bersekolah? Mendapat pendidikan, persahabatan, dan asmara. Itu semua adalah hal yang umum terjadi di dunia ini. Namun tidak bagiku. Aku Gilerino Ken, nama yang diberikan oleh kedua orang tuaku yang telah tiada. Sela...