Upacara penyambutan siswa baru telah selesai. Aku bersandar di koridor tidak jauh dari aula untuk menunggu wali kelasku. Sebelumnya, kami telah membuat janji pertemuan di sini. Sebagai siswa baru, aku tidak memiliki keberanian untuk memasuki kelas, jadi dengan datang bersama wali kelas akan lebih membantu.
Tidak butuh waktu lama bagiku untuk menunggu, akhirnya ia datang. Wanita bersanggul dengan kaca-mata yang menghiasi wajahnya. Melihat dari segi fisik, kurasa ia berada di usia yang telah matang. Wajah tegas tanpa senyuman ketika mata kami saling bertemu membuat tubuhku menggigil. Apakah rata-rata wanita yang ada di sekolah ini memiliki tempramen seperti ini? Tidak ada kehangatan yang membuatku merasa nyaman.
"Ikuti aku."
Tanpa menolehkan wajahnya, ia berjalan melewatiku. Kecepatan langkah kakinya tidak berubah, seakan menunjukkan bahwa tidak ada niat baginya untuk menungguku. Mengerti akan hal itu, dengan segera aku mempercepat langkah kakiku, hingga kami berjalan berdampingan. Ingin rasanya bagiku untuk mengeluh, tapi kurasa itu bukan perilaku yang pantas.
Kesan pertama yang aku dapatkan dari wali kelasku adalah, terlepas dari wajah cantiknya, wanita ini cukup egois. Entah bagaimana aku berpikir para pria pasti akan kesulitan dengannya.
Ini bukan pertama kalinya kami bertemu. Aku sempat berkenalan dengannya di ruang Kepala Sekolah, sebelum upacara penyambutan siswa baru. Namanya, Adelyn Kayora.
"Aku memiliki pertanyaan yang perlu kukatakan. Sebagai wali kelas, aku harus mengetahui latar belakang dari anak didikku."
Dengan tetap melihat ke depan, ia bertanya dengan wajah dingin.
"Begitu juga dengan diriku. Aku akan pastikan menjawabnya tergantung dari pertanyaan itu sendiri."
"Oh, jangan khawatir. Pertanyaanku tidak menyangkut masalah pribadi. Sekolah memiliki jaringan informasi yang luas, termasuk data dari para siswa, dan yang perlu aku lakukan hanya mengoreksi ulang data tersebut."
Aku cukup terkejut mendengarnya. Seberapa jauh sekolah ini mendapatkan informasi tentang diriku? Aku tahu ini adalah sekolah elite, tapi aku tidak menyangka jika sekolah ini mampu melakukan hal semacam itu. Entah informasi macam apa itu, untuk berjaga-jaga, sepertinya aku tidak diizinkan untuk lengah.
"...Kalau begitu, silahkan bertanya."
"Latar pendidikanmu sebelumnya adalah home schooling dan tidak pernah mengikuti lembaga pendidikan apapun, benar?"
"Ya. Kurasa begitu."
Aku tidak tahu pasti, apakah aku benar-benar mengikuti program semacam itu, karena tidak pernah ada orang luar yg datang untuk membantuku belajar selain kedua orang tuaku. Namun selama ini, aku memang belajar di rumah.
"Itu berarti, ini adalah pertama kalinya kau merasakan menjadi siswa di sekolah?"
"Benar, itu yang kuinginkan."
Walaupun jawabanku terdengar menyedihkan, karena baru merasakan sekolah di kelas 2 SMA, tapi aku merasa senang.
"Begitu... apa menurutmu kau pantas dan memiliki kriteria untuk menjadi siswa di sekolah ini?"
Untuk pertama kalinya, ia melempar wajahnya ke arahku, mencoba mengintimidasi selagi memberikan pertanyaan.
"Aku tidak tahu. Aku hanya ingin merasakan sekolah. Itu saja."
Aku tidak pernah berpikir sejauh itu. Pantas tidaknya diriku untuk menjadi siswa di sekolah elite ini bukan aku yang menilai. Seseorang telah menawarkanku untuk pergi ke sekolah, dan aku menerimanya. Aku tidak ingat jika pernah memberikan syarat di mana sekolah yang ingin kupilih. Asalkan itu sekolah, di manapun itu tidak menjadi masalah.
Setelah mendengar jawabanku, wajahnya menegang.
"Sungguh konyol! Apa yang dipikirkan Kepala Sekolah hingga melakukan tindakan bodoh dengan membawa orang sepertimu? Menarik siswa tanpa ambisi yang hanya ingin menikmati masa sekolah."
"Apa yang salah dengan itu? Semua siswa berhak untuk menikmati masa sekolah-nya tanpa terkecuali asalkan dapat mengikuti pelajaran."
"Aku tidak akan menyalahkanmu jika itu sekolah umum. Ini adalah sekolah terbaik yang hanya menerima siswa terpilih dan pantas untuk belajar di sini. Tidak peduli dari mana asalmu, kekuasaan dan harta tidak berlaku di sini. Namun Kepala Sekolah telah melakukan tindakan yang belum pernah terjadi dalam sejarah sekolah. Perbuatan yang tidak bisa ditolerir yang dapat berakibat lebih dari sekedar mengancam kedudukannya sebagai Kepala Sekolah. Lalu, apa yang beliau lakukan? Yaitu dengan melakukan pertukaran pelajar yang ternyata adalah seseorang yang berasal dari home schooling."
Aku tidak dapat menyembunyikan keterkejutanku. Tidak kusangka, orang itu telah melakukan sesuatu sampai sejauh ini.
Belum lama ini aku mengenalnya. Ia datang kepadaku dan mengatakan bahwa, ia memiliki ikatan keluarga denganku sebagai adik dari ibuku. Orang tuaku tidak pernah membawaku ketempat sanak saudara mereka, sehingga aku tidak mengenal siapapun. Maka dari itu, aku tidak akan mudah percaya begitu saja hanya karena ia mengaku sebagai bibiku, walaupun telah memberikan berbagai macam bukti tertulis.
Sebelumnya, beberapa orang telah datang menemuiku. Aku mengenal mereka beberapa di antaranya. Keperluan mereka tidak jauh berbeda, mereka menawarkan diri untuk mengasuhku. Namun aku selalu menolak. Walaupun ada yang merasa jengkel dengan sikap keras kepalaku, tapi tidak ada satu pun yang berani untuk memaksakan kehendaknya.
Namun orang yang mengaku sebagai bibiku berbeda. Ia seakan mengerti apa yang aku inginkan. Yang aku inginkan adalah hidup normal sebagaimana remaja pada umumnya. Mungkin karena itu, ia menawarkanku untuk pergi sekolah tanpa menyinggung tentang hak asuh. Untuk dapat menjadi siswa sekolah, aku membutuhkan seorang wali, dan ia mengambil peran itu. Disamping itu, aku juga telah mengecek bukti-bukti tentang ikatan darah di antara kami yang kurasa itu memang benar.
"Jika apa yang Beliau lakukan telah melanggar peraturan, bukankah para guru dan staff dapat melakukan pencegahan? Lagi pula, aku yakin pemerintah juga ikut campur tangan dengan sekolah ini. Walaupun Beliau memiliki kedudukan yang tinggi sebagai Kepala Sekolah, itu akan lebih dari cukup untuk menghentikannya."
"Benar. Pemerintah memang dapat dengan mudah menolaknya, tapi Beliau telah memberikan jaminan yang membuat pemerintah terdiam."
Orang itu bisa melakukan hal semacam itu? Aku telah menduga jika ia bukan orang biasa, tapi hingga dapat membungkam pemerintah... Ia lebih dari apa yang aku bayangkan, dan sepertinya ia juga memiliki peran penting dalam pemerintahan.
Kurasa, aku harus mulai bergerak untuk mencari informasi lebih. Tidak ada jaminan di mana mungkin suatu saat nanti akan menjadi ancaman bagiku.
"Jaminan apa yang telah Beliau tawarkan?"
"Maaf, aku tidak memiliki wewenang untuk menjawabnya."
Memilih untuk diam, sepertinya jaminan itu bukan harga yang murah. Sungguh merepotkan, secara tidak langsung orang itu telah menarikku ke dalam masalah yang rumit.
Jika kupikir kembali, hanya karena memiliki ikatan keluarga hingga membawaku ke sekolah elite ini dengan melanggar peraturan, itu berarti, orang itu memiliki tujuan tertentu.
Mungkin aku terlalu gegabah dengan menerima tawarannya. Secara perlahan, orang itu telah menebarkan jaring disekitarku dan mulai memercikan api. Aku telah menjadi siswa di sekolah ini. Jika itu yang ia inginkan, aku tidak memiliki pilihan untuk lari, selain tetap mengikuti permainannya. Lalu, akan kutunjukan padanya, bahwa ia telah salah memilih lawan bermain.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream
Teen FictionSeperti apa kehidupan remaja saat bersekolah? Mendapat pendidikan, persahabatan, dan asmara. Itu semua adalah hal yang umum terjadi di dunia ini. Namun tidak bagiku. Aku Gilerino Ken, nama yang diberikan oleh kedua orang tuaku yang telah tiada. Sela...