Masa lalu memang akan selalu menjadi bagian hidupmu, tapi tak berarti itu harus mengendalikan masa depanmu.
Happy Reading
******
Pagi itu datang menyapa dua orang insan yang tidur di atas ranjang yang sama, mereka sama-sama menutup mata melawan cahaya yang mencuri pandang diantara gorden yang diterbangkan alam, seolah ikut merasakan apa yang dirasakan oleh setiap mereka.
Keduanya masih saja terlelap hingga suara ketukan pintu tak sabar menginterupsi tidur mereka yang terbilang masih sebentar, ketukan kasar di luar pintu rumah mereka sebagai tanda jika saat ini seseorang atau sekelompok orang sedang bertamu.
Siapapun itu sudah pasti dia bukan sosok yang mengerti sesuatu yang bernama sopan santun, bagaimanapun dan sedekat apapun mereka dengan pemilik rumah tentu saja yang dilakukannya saat ini sangat tidak etis dilakukan di rumah orang lain.
Seperti yang diduga, ketukan kasar itu ternyata berhasil membangunkan satu di antara mereka dan tentu saja dia adalah pemilik rumah, yaitu Seo Joon. Pria itu membuka mata dengan pelan, sesekali dikucek nya sang mata dan berulang kali dibuka tutupnya mata itu untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke sana.
Beberapa saat Seo Joon masih lupa, dia bahkan tak sadar jika ada seseorang yang sedang berbaring di sisinya.
Beberapa menit pula dihabiskannya hanya untuk mengumpulkan kesadaran duduk di atas ranjang yang kemudian berdecak kesal saat mendengar ketukan pintu di luar rumahnya begitu menyebalkan.Masih dengan gerak malasnya, Seo Joon berusaha untuk turun dari atas ranjang, memastikan apakah tamunya adalah presiden sehingga merasa bisa mengganggu pagi Seo Joon tanpa rasa bersalah.
Pagi Seo Joon harus berawal dengan kekesalan, semoga tidak berlanjut hingga malam karena tanpa sengaja Seo Joon menjatuhkan ponsel ke keramik miliknya, suara keras yang juga menambah desahan Seo Joon di pagi hari itu.
"Siapapun kau, kau berutang ponsel baru padaku"
Umpatnya pada siapapun yang saat ini mengetuk dengan cara seperti itu. Diangkatnya kaki malasnya kemudian berusaha turun menuju pintu utama rumah. Diperjalanan Seo Joon juga semakin mendapatkan kesadarannya, mulai menduga-duga manusia mana yang cukup punya keberanian menganggunya sepagi itu dan dengan cara seperti itu.
"Ku perhatikan belakangan ini Eomma selalu datang kapan dan dimana saja"
Masih pagi, Seo Joon sudah memberikan sindiran halus kepada sang tamu yang ternyata adalah Ny.Park beserta 2 orang pria yang sudah bisa dipastikan Seo Joon bukan pria ramah jika Seo Joon mencoba melakukan sesuatu yang membuat Ny.Park marah. Wanita itu memandangnya garang tanpa kedipan. Kemarahan terselip pada setiap pandangannya. Dan amarah itu semakin terbakar karena harus mendengar celetusan tidak penting dari sosok Seo Joon.
"Tutup mulutmu, tak pernah ada yang bisa kau lakukan selain membuatku marah"
"Ayolah Eomma, membuat Eomma senang tentu saja bukan sesuatu yang suka ku lakukan"
"Persetan dengan mulutmu. Sekarang keluarkan Min Young dari tempat manapun yang kau gunakan untuk menyimpannya"
Ny.Park langsung pada inti pembicaraan. Tidak ingin membuang waktunya untuk berbasa basi kembali. Begitu pula dengan Seo Joon, pria itu juga sudah menduga jika kedatangan ibunya tiba-tiba dan tanpa kabar akan datang ke rumahnya sudah pasti akan ada hubungannya dengan Min Young.
Yang menjadi pertanyaan untuk Seo Joon adalah, kenapa Eommanya selalu seobsesi itu pada Min Young?
Harus ada alasan mengapa ibunya suka berpura-pura manis di depan Min Young, namun menunjukkan pisaunya dari belakang?