Chapter 1

227 18 7
                                    

Matahari menyinari kantor kepolisian di dekat Bangkok yang sepi itu. Terlihat Tay, salah satu detektif, sedang menatap papan tulis bening yang berisikan reka urutan kejadian permasalahan yang sedang ia tangani.

"3 hari sebelum itu..." Tay menggelengkan kepalanya pasrah. Ia menatap papan tulis bening itu sambil memutar ulang kejadian yang terjadi 3 hari yang lalu.

3 Days ago.

"Di kabarkan sebuah kejadian yang baru saja terjadi di kota pusat Bangkok melibatkan 2 saudara yang dibunuh secara tidak manusiawi." Tay memutar bola matanya sambil memasuki jalur batas polisi meninggalkan para reporter yang sibuk menyiarkan berita.

"pelaku pembunuh ini sepertinya sama dengan pelaku pembunuh bulan lalu. Total pembunuhan kurang lebih 6 orang dengan 2 orang per bulan." Singto tiba-tiba ikut berjalan disebelah Tay tanpa basa-basi menjelaskan apa yang telah dia analisis, "pembunuh ini selalu meninggalkan jejak yaitu kain merah yang di balut di leher setiap korban," Tay meringis ketika melihat jasad korban yang sedikit mengenaskan dengan kain yang masih terikat di leher mereka masing masing. "Apakah sebenarnya motif pembunuhan ini? Mereka hanya anak kecil," Singto menaikkan bahunya tanda tak tahu, "berdasarkan korban yang lalu, tidak ada tanda kekerasan seksual yang telah terjadi di tubuh korban, hanya ada luka lucutan dan tusuk di berbagai tempat."

"apa ada tanda?"

Singto menggelengkan kepala dan menyerahkan seberkas file yang berisi hasil foto beberapa barang bukti, "hanya ada kain merah dan kita sudah pernah mencoba menganalisis kain tersebut namun sia sia. Pembunuh ini sepertinya sangat ahli," Tay membaca profile korban dan menahan nafas ketika melihat penjelasan umur mereka. "Apakah polisi sudah memebuat pengumuman untuk berhati hati kepada anak mereka untuk saat ini?" Singto mengangguk dan memberikan video dimana polisi memasang poster dan mensosialisasikan hal ini kepada penduduk sebelum tiba tiba dirinya terpanggil oleh rekan yang lain.

"Tay, kita menemukan bukti lain!" New, seorang polisi setempat yang Tay kenal baik sedari dulu memanggil dirinya dengan penuh semangat. Tay tersenyum sembari mengembalikan file ke Singto dan berlari pelan menuju New yang sedang memperhatikan tempat kejadian.

"kalau dilihat dari korban, banyak sekali bekas gulungan atau cekikan, dan kain merah tersebut mungkin saja salah satu kain yang mencekik korban tersebut. Kau ingat kasus pembunuhan berantai di Korea tahun 1986, mungkin saja pembunuh tersebut terinspirasi dari kasus yang pernah ia baca," Tay menaikan alisnya dan kembali memeriksa berbagai foto yang diberikan oleh New sembari memperhatikan korban. "Kau mungkin saja benar, namun bukankah agak gegabah untuk mengutip hasil milik orang lain, seakan-akan pembunuh ini benar-benar ingin dilihat oleh orang lain?" New menaikan bahunya dengan santai sambil menatap Tay dengan jahil, "tidaklah itu menyenangkan untuk menarik perhatian orang lain?" Tay tidak dapat berkata apapun kecuali menjitak New dengan fota yang ia pegang, "Hey fokus! kita sedang kerja!" bentaknya, namun New hanya menghiraukan Tay sambil berlari pergi keluar dari tempat kejadian.

Tay sekarang sendirian bersama korban yang masih tergeletak dengan darah yang masih berserakan di laintai, bau besi memenuhi ruang membuat Tay agak sedikit pusing teringat masa lalunya. Akhirnya Tay berjalan keluar sambil sekelebat memori menyakitkan memenuhi otaknya.

Hari itu Tay berjalan sendirian pulang dari rumah teman untuk belajar bersama. Udara di Thailand sangat dingin membuat Tay mendekap jaketnya lebih erat, Ia berharap untuk berjalan lebih cepat karna entah kenapa, malam itu terasa ganjil baginya. Tay berjalan secepat yang ia bisa, namun ia tiba-tiba mendengar suara gaduh yang berasal dari salah satu rumah kosong. Tay merasa takut, namun kakinya berjalan pelan mendatangi sumber suara yang terdengar agak aneh, ia bersembunyi di balik tumpukan besi, dan berusaha sebisa mungkin untuk tidak menimbulkan suara apapun. Bau besi memenuhi hidungnya ketika ia bersembunyi. Tiba-tiba suara tersebut terhenti untuk sementara namun terdengar lagi

"hik... hik," Tay bergidik begitu ia sadar ia berada sangat dekat dengan suara tersebut. Ia berusaha untuk melihat apa yang terjadi, namun tempat persembunyianya terlalu tertutup. Tiba-tiba terdengar suara sepatu yang berjalan dengan gegabah kearah Tay. Jantung Tay berdegup dnegan kencang. Ia menutup mata berharap suara tersebut itu akan berhenti namun alas, suara tersebut malah semakin mendekat. Tay menahan nafasnya agar siapapun atau apapun dibalik tempat persembunyiannya tidak mengetahui akan keberadaan Tay, dan akhirnya suara tersebut berhenti sebelum terdengar lagi, namun kali ini, suara itu menjauh. Tay bingung apa yang harus dilakukan kecuali akhirnya berjalan pelan keluar dari tempat peesembunyian kearah suara yang ia dengar tadi, dan jantungnya berderap begitu kencang begitu ia melihat seorang manusia tergolek tanpa nyawa dengan-

"TAY!" Singto berusaha membangunkan Tay dari lamunanya. Tay mengerjapkan mata dan ia dapat melihat Singto menatapnya dengan khawatir, "hei kawan, you okay?" Tay mengangguk dan berusaha mengatur nafasnya, "dengar Tay, apapun yang kau pikirkan, semua pasti akan baik-baik saja. Aku tidak tahu apa yang terjadi, dan tidak masalah jika kau tidak ingin memberitahu rekan mu ini, namun kita punya kasus yang harus kita pecahkan sebelum pembunuh ini memelan korban lain, jadi tolong, kau harus baik-baik saja okee?" Tay tersenyum dan mengalungkan lengannya di bayu Singto, "sorry, but yes, semuanya pasti akan baik-baik saja." Singto tertawa dan memberikan Tay sebuah kotak biru yang tampaknya tidak asing, "New memberikan ini kepada ku, katanya untuk Tay tercinta, tolong datang ke apartemen ku malam ini jika kaumasih ingin hidup." Tay tentu saja langsung menarik kotak tersebut dan menutup mulut Singto, "Ku harap kau tidak pernah lagi ada di samping ku," Singto hanya tertawa sambil berjalan pergi.

Polisi berlalu lalang di sekitarnya membuat Tay agak sedih karena jika sang pembunuh tidak di temukan, ada kemungkinan pembunuhan lain pasti akan terjadi lagi karna ini sudah kasus ke-7 membuat kasus ini adalah kasus terberat yang pernah Tay hadapi. Ia menghela nafas frustasi sembari membukan kotak biru kecil yang ia dapatkan dari New, salah satu anggota polisi di kota ia bekerja. Sejujurnya, Tay tidak mengharapkan untuk mendapatkan seseorang ketika ia berkerja terutama karna ia seorang detektif, Ia takut ia akan mebawa musibah bagi orang yang ia cintai namun New berbeda. Sejak mereka bertemu pertama kali di lapangan, Tay tidak dapat mengalihkan perhatiannya dari mata New yang begitu hangat sampai-sampai jantung Tay berlompatan tidak karuan.

"Gila," Tay menggeleng sambil tertawa dan buru-buru menutup kotak yang ia pegang, tanpa berpikir panjang, Tay langsung berteriak kepada rekan kerjanya yang sedang mengobrol dengan salah satu polisi, "Singto! aku ada janji dengan seseorang, jika sesuatu terjadi tolong langsung kabari." belum sempat Singto mengutarakan satu katapun, Tay sudah berlari dengan senang mengarah mobil miliknya dan mengemudi menuju apartemen yang ia sudah kenali dengan begitu baik.


























This maybe will take a while cause I need to do some research about the murder case, but I hope you all enjoy a Taynew detective au cause, to be honest, they deserve one ❤

-With Love, Jun.

PenumbraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang