"Namanya selalu terlintas difikiranku, entahlah namanya terlalu senang duduk dalam fikiranku"
Hari ini ada pelajaran penjas,dan jauh di dalam hati Alisha berharap untuk bertemu dengan kakak senior nya di lapangan.
Entah kenapa semesta seperti lagi berpihak kepada Alisha bagaimana tidak ia bertemu lagi dengan sosok yang tampan itu, yang selalu menjadi bayang bayang Alisha saat ini, namun Alisha tak berani untuk menanyakan namanya.
"Tuhan kau ciptakan dia pakai apa hingga ia selalu terlihat mengagumkan setiap harinya" Alisha membatin.
Ternyata dari sisi lain ada seorang anak perempuan yang memperhatikan Alisha,melamun dengan senyum simpulnya, hal itu lah yang membuat gadis ini mendekati Alisha
"Dorrr!!" kejut Dinda untuk membuyarkan lamunan Alisha.
"Astaga Dindaa suka sekali membuat aku terkejut" sahut Alisha dengan raut muka yang masih terkejut.
"Ya lagian kamu sha dari tadi melamun terus, aku cuma mau menawarkanmu untuk ikut ekskul basket"jawab Dinda dengan sedikit rasa bersalah karena telah membuat Alisha terkejud.
"Seperti aku engga ikut Din, makasih ya udah nawarin" jawabnya dengan tulus
Jam pelajaran penjas pun selesai,ternyata ada pengumuman dari kantor bahwa hari ini pulang cepat dikarenakan guru akan rapat.
"Haduh pulang naik apa nih,mana papa lagi pergi keluar kota" Alisha bergumam
Ternyata ada yang mendengarkan gumaman Alisha, ia adalah Renaldi Putra, Ren adalah teman satu kelas Alisha.
"Ribet banget sih, pulang sama aku aja gimana? Mau ga?" tanya Ren untuk memberi tumpangan
Sebenarnya Alisha mau menerima tawaran Ren,tapi di lain sisi ia tak ingin melukai hati pacarnya ren, yang juga satu kelas sama mereka.
Tampa jawaban Alisha,Ren langsung bilang seperti ini "Kenapa diam,oh pasti kamu ga enakkan ya sama Fathira?,ga usah difikirin dia sudah pulang lagian dia tidak akan marah karena kita hanya sebatas teman" jawabnya dengan panjang
"Kalau memang benar begitu,ayok kita pulang" jawab Alisha dengan rasa khawatir karena takut Fathira marah kepadanya
Akhirnya mereka pulang bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twilight happiness
عاطفيةAku menggantungkan harap, rasa, kepada nya, hingga pada suatu saat ia seolah menghempaskan harapanku, oh tidak aku yang salah bahkan dari awalpun dia tak pernah memberiku harapan
