Disaat aku kehilangan harapan mereka datang
Seperti setetes air di padang pasir
Kehangatan ditengah badai salju
Secerah cahaya dalam kegelapan
Setitik harapan ditengah keputusasaan.
***
"kak Aeric benar-benar libur?", tanya Ana saat Vonny muncul di pintu depan dengan penampilan kacau, wajah pucat, dan kantung mata menghitam
"liburanku dimulai saat Felix memanggilku kesini", Aeric melemparkan pandangan sinis pada Felix yang sibuk dibalik konter dapur. Menyiapkan camilan untuk mereka bertiga.
"Kakak pasti sedang sibuk, kalau begitu tidak usah datang kemari", omel Ana. Namun rautnya terlihat khawatir dan merasa bersalah. Hal itu membuat Aeric tersenyum dan menatapnya lembut. Aeric bisa terlihat cuek, tapi pengecualiaan untuk sepupu kekanakanya satu ini.
"tidak, aku baru selesai mengerjakan tugas" jawab Aeric pendek"hari ini aku bebas kok", ia menngusak rambut ana yang berantakan
"Kakak pasti begadang kan", Ana mengomel, "kantung matamu punya kantung mata" bocah 18 tahun itu menguntip salah satu kalimat di kartun favoritnya.
"benar sekali," jawab Aeric, "kita akan main game?"
"iya mungkin. Selagi Felix sedang sibuk dengan microwave kesayangannya", jawab Ana sembari melirik Felix yang sibuk membuat popcron dengan microwave di depannya.
"oke, tapi izinkan aku nandi dulu ya", ucap Aeric, tangannya membuka mantel tebal yang tadi dikenakannya.
"kau benar-benar harus mandi, baumu busuk" komentar Ana
"ya, baumu juga busuk" sergah Aeric sambil merangkuk adik sepupunya itu.
"kakak lebih bau!", bantah Ana
"kalian berdua bau, cepat mandi"
***
"Alex,"
"ya kak" Alex menoleh pada kakaknya yang menghampirinya didepan rumah mereka. Alex mendudukkan dirinya, tangannya bergerak melepas sepatunya.
"kau baru pulang?, habis bermain dengan Ana? Bagaimana keadaanya?", tanya wanita itu lagi.
"tidak, aku habis ke apotek membeli obat untuk dino sakit. Padahal aku sudah berencana menemani Ana hari ini", sunggut Alex. Ia kemudian meletakkan sepatunya di rak.
Sebenarnya Alex ingin melemparkan sepatunya begitu saja. Tapi mengingat ada kakaknya disini, ia harus mrletakkan sepatunya dengan baik atau kakaknya ituakan menghadiahkan seperangkat omelan beserta jitakan di kepalanya.
"kak Sora?" Alex memanggil wanita yang 12 tahun lebih tua didepannya itu.
"kau tidak pergi bersama Ana hari ini?", tanya Sora memastikan, "temanmu ysng lain?"
"semuanya sibuk. Kami ada kegiatan masing-masing. Besok aku berencana mengunjungi rumahnya" jawab Alex
"oh, bicara tentang keadaan Ana. Ia terlihat baik sih.. Meski agak aneh", Alex berucap sambil melangkah ke dalam kamarnya.
Sora memandang punggung adiknya yang menghilang di balik bintu kamar. Ia tahu seberapa dekatnya Alex dan Ana. Apa jadinya jika Alex tahu mungkin ini hari terakhirnya mengobrol dengan Ana.
"besok Ana tidak ada dirumah Alex" lirih Sora.
***
Ting..tong
Aeric segera beranjak membuka pintu. Menampakkan seorang wanita berwajah ramah dan lesung pipi di pipi kanannya.
"oh, Aeric" sapa wanita itu.
"halo, sumbaenim", Aeric reflek membungkuk hormat.
"tidak usah seperti itu, ini bukan din rumah sakit" wanita itu tersenyum.
Aeric mengusap tengkuknya gugup "maaf,Sora nuna silahkan masuk".
Ana sedang tertidur di ruang tengah pun bangun, Ia melihat Sora sudah berada di depannya.
"apakah kau sudah siap Ana?" Tanya Sora ke pada Ana
Ana hanya terdiam sambil tersenyun menanggapi pertanyaan itu. Jika ia ditanyai pertanyaan itu jawabannya pasti belum.
Ia sangat takut,takut sekali.
Tetpi ia tidak ingin menyia-nyiakan semua perjuangan mereka, demi mereka ia harus bisa melewatinya.
"aku siap"
"jadi tolong jangan menghawatirkanku, aku tidak ingin membebani kalian" dengan senyun yang mekar di wajahnya itu.
Mereka hanya terdiam menatap Ana, yang mencoba berusah terlihat kuat diluar tetapi sangat rapuh didalam.
"baiklah kalu begitu ayu kita berangkat" kata Sora sambil mengacak-acak rambut Ana.
"Ayo!" seru Ana.
***
🙏😊

KAMU SEDANG MEMBACA
Please, Look at Me!
Romance"Biasanya gula itu manis, kok yang ini pahit" kata felix sambil mencubit pipi gadis yang ada di depanya. "Your smile make me feel happy" gumang Ana dalam hati sambil tersenyum memandang laki-laki yang ada di depannya.