"Ternyata pertemuan tak sengaja itu, awal dari segalanya. Adalah matamu yang pertama kali berbicara sebelum akhirnya aku jatuh. Ya, aku jatuh pada pandangan pertama"
Stasiun Malang, 1997
Suasana stasiun kota pagi itu sangat ramai. Banyak orang yang sibuk berlalu-lalang, ada yang menunggu kedatangan kereta, ada yang hanya mengantar kerabat. Entahlah, yang jelas kereta pun silih berganti saling datang, singgah sejenak sebelum akhirnya pergi.
Tak terasa sudah hampir setengah jam duduk menunggu kedatangan kereta logawa jurusan Jember namun yang ditunggu tak kunjung datang.
Menunggu memang membosankan. Belum lagi jika yang ditunggu tak kunjung memberikan kepastian. Lelah.
"Kereta Logawa dengan rute pemberhentian terakhir Jember akan segera tiba di stasiun Malang dalam waktu 5 menit. Periksa barang bawaan anda, dan terimakasih telah menggunakan jasa kereta Api Indonesia"
Terdengar suara tanda pemberitahuan bahwa kereta tujuan akan segera datang. Bergegas bersiap, dan berjalan menuju arah datangnya kereta.
Diseberang sana, terlihat seorang perempuan bertubuh mungil. Namun ia membawa barang bawaan yang sangat banyak. Mungkin perempuan itu ingin membawakan buah tangan untuk kerabatnya. Atau mungkin?
Kereta sudah datang.
Namun ketika hendak menuju gerbong kereta, mata ini masih tertuju pada perempuan yang ada di seberang sana. Kasian pikirnya.
Tanpa basa-basi langsung ia arahkan langkah kaki ini ke padanya. Membantu perempuan itu untuk membawakan barang bawaannya naik ke atas kereta.
Setelah diatas kereta, diluar dugaan ternyata hampir semua kursi telah terisi. Hanya tersisa 2 kursi kosong di ujung sana.
Laki-laki itu menoleh kebelakang, sambil tetap membawa barang bawaan perempuan tadi. Kedipan laki itu mampu memberi isyarat bahwa ada kursi kosong.
Perempuan itu mengikutinya dibelakang, sambil masih diselimuti rasa heran.
Mereka berdua duduk berhadap-hadapan.
"Ini barangnya, mau taruh diatas ?"
"Emm, nggak usah disini saja. Terimakasih ya, sudah membantu"
"Sama-sama"
Sempat terjadi keheningan beberapa saat sebelum akhirnya. Sang lelaki itu menjulurkan tangan sambil mengenalkan dirinya.
"Kenalkan, Kuncoro Yuwono. Kamu?"
"Dwi"
"Dwi?"
"Dwi Puji Astuti. "
"Nama yang cantik. Ngomong-ngomong mau kemana, Dwi? Kok barangnya banyak banget."
"Ke Lumajang. Kalau kamu?"
"Wah deket dong, kalau aku ke Jember"