Tetesan hujan di jendela terdengar sama tidak sabarannya dengan gemuruh yang menemaninya. Seorang pria di balik selimut jelas sudah menyadari itu sejak setengah jam yang lalu. Ia meraung samar dari bawah gundukan, mengutuki hari selasa ini seperti ia biasa mengutuki senin dan teman-temannya.
Di luar begitu gelap, betapapun jam di langit kamar Naruto berusaha menyakinkan bahwa matahari sedang berada di titik tertingginya sekarang, di balik gumpalan kumulonimbus tebal berbahaya di atas sana.
Dengan malas dan sedikit gemetar, sebuah lengan mencuat dari dalam gundukan bed cover berusaha meraih pakaian yang berserakan di lantai tepat di kaki ranjang, menariknya kilat masuk ke dalam selimut. Naruto tidak ingin seluruh kulit telanjangnya menyentuh udara menggigit tanpa pertahanan sama sekali. Ia mengenakan kaos, sweatpants pendek, kaus kaki bahkan kardigan tidurnya semuanya dari dalam selimut, sebelum ia menyambar sendal rumah dan melangkah keluar dari kamarnya.
Siaran berita segera terproyeksi di tembok ketika ia duduk di atas kursi tinggi dapur, digamitnya kopi hangat yang disediakan untuknya sebelum mencerna berita yang dipajang.
Konoha diguyur hujan deras selama satu minggu ini. Hokage sampai meminta langsung agar awan-awan besar itu bisa ditiup ke tempat lain sebelum seluruh kota kebanjiran dan para android berjamur.
Ngomong-ngomong soal android, Naruto berpikir bahwa model terbaru robot manusia itu semakin lama semakin menggelikan.
Kulit mereka kini tidak lagi terbuat dari silikon melainkan cangkokan kulit manusia asli, dari mayat. Mereka membuat aliran listrik di bawah kulit semirip mungkin dengan suhu dan sifat pembuluh darah manusia, kata mereka tidak akan lama lagi android akan bisa mengekspresikan rasa malu dengan wajah memerah ―seolah itu ada gunanya. Naruto bahkan belum bisa berhenti merasa mual jika mengingat kembali trend android bayi dua tahun lalu yang benar-benar bisa buang hajat dan muntah. Menjijikkan!
Mau sejauh apa mereka bereksprimen dengan mesin-mesin itu? Pikir Naruto.
Tidak bisakah mereka membiarkan android-android itu sebagai sebatas alat saja? Untuk membantu pekerjaan? Dan bukannya demi estetika semu yang perlahan-lahan menggantikan peran manusia sungguhan?
"Pada akhirnya mereka akan kesulitan membedakan android dan manusia, lalu mulai merindukan masa lalu dimana semua orang yang mereka temui adalah manusia tulen." Pecah Naruto pada dapurnya.
"Ujar seorang Hikikomori," sahut sebuah suara dari dapur.
"Mantan, oke? Aku sudah bergabung dengan kehidupan sosial. Berhenti menggunakan lelucon itu lagi." Sungut Naruto pada sosok di seberang meja. Seorang pria tinggi dengan apron yang menyelimuti tubuh tebalnya.
Sembari meletakkan kembali kopinya, Naruto sekilas memerhatikan bahwa sosok itu hari ini tengah mengenakan setelan jas navy yang dipasangkan dengan dasi gelap yang sangat rapi di bawah apronnya, sangat di luar kebiasaan sosok tersebut, yang artinya pria itu pasti akan ikut bertugas dengan Naruto hari ini. "Kau yang menyetir hari ini." Sahut Naruto.
Ia juga harus segera bergegas.
[new program: dowloading...]
Pria di balik meja dapur berbalik. Di kedua tangannya omelet dan potongan apel segar nampak begitu menggiurkan. "Yes, Sir." Jawabnya formal. Mengangguk sopan lalu tersenyum. Iris mata itu terdistraksi oleh cahaya merah sebelum kembali semula ke warna onyx. Ia hanya mengedip pelan menyingkirkan distorsi kecil itu ke dalam sistemnya. Kemudian menatap lurus Naruto tanpa berkedip ketika pemuda itu mengambil potongan besar omelet hangat dan menyuapkan ke dalam mulutnya.
Naruto tidak risih. Lagipula memangnya apa yang akan dipikirkannya sambil memandang penuh kebisuan begitu? Paling cuman memperkirakan rute tercepat yang akan mereka lewati ke kantor atau bagaimana cuaca siang ini hingga petang nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart Core (18+)
FanfictionRevisi ulang: "Tidak semua orang senang dengan keberadaan android. Terlebih jika mereka dibuat terlalu menyerupai manusia luar dan...bawah." -Ini beneran direvisi ulang. Bahkan judulnya pun direvisi haha. -Buat yang penasaran, ini terinspirasi dari...