Komplek industri Hashirama Corp. lebih pantas disebut sebuah kota. Dengan ratusan blok. Tiap blok diisi rangkaian satu bangunan besar yang dikelilingi empat bangunan lain, setengah ukuran lebih kecil, di tiap sudutnya, persis pose manusia yang terbaring di tanah tanpa kepala. Yang terbesar adalah tempat android dirakit komponen per komponen. Dua bangunan di utara adalah pemasuk komponen, hardware di sudut kanan dan software di sudut kiri.
Keempat bangunan kecilnya masing-masing sebesar auditorium berkapasitas seribu orang. Sementara bangunan utama bagaikan dunia yang berbeda dibanding keempat kaki tangannya.
Pusat kota yang paling ketat penjagaannya, dimana android terbaik diciptakan, bahkan menurut desas-desus disanalah Hasrimana berusaha menyaingi popularitas Uchiha Corp dan android penghiburnnya. Semakin ke tepi, suasana semakin mirip dengan perkotaan normal pada umumnya. Apartemen-apartemen semi kumuh berjejer, diisi para pekerja-pekerja manusia dan juga android-android produksi Hashirama sebagai pembantu mereka. Gang-gang tidak jarang diisi oleh para pedagang-pedagang kecil dari luar kawasan indrustri. Menjajakan roti, buah hingga minuman untuk para pekerja yang sedang berkeliaran.
Beberapa anak kecil para pedagang dan juga anak gelandangan berlarian di kerumunan pasar yang hari itu begitu berlumpur oleh hujan deras yang mengguyur daerah kawasan industri sejak tadi pagi.
Lorong-lorong gelap oleh tingginya dinding dan gemuruh suara hujan merendam erangan menyakitkan dari seorang remaja yang dipukuli di dalam salah satu gang. Busuknya aroma tong sampah dan tumpukan plastik pembuangan sama sekali tidak membantu penderitaan remaja itu. Para bully tetap menghajar wajah dan rusuk-nya seolah tendangan-tendangan boots mereka semenit yang lalu sudah tidak menyisakan sakit disekujur tubuhnya yang ringkih.
Kedua mata birunya sudah sangat lebam namun tidak juga menunjukkan rasa takut. Ia justru menatap dengki pada keempat pria yang mengeroyokinya. Ia rasa itu salah satu penyebab mengapa mereka belum juga puas menghajarnya.
Seorang dari pemukul menjambaki rambut pirang kotornya lalu menghempaskan wajah itu dengan bogem besar ke tulang pipi. Kubangan besar lumpur terciprat ke segala arah ketika kepala remaja itu membentur tanah, mengaburkan pandangannya.
Ia sangat yakin nyawanya sudah tepat diujung lidahnya sekarang. Ia sudah bersiap. Namun suara salah seorang tukang pukul paling besar terdengar terhenyak tiba-tiba, si remaja pirang tidak begitu sadar apa yang terjadi padanya sampai ia menoleh ke ujung lorong.
Seseorang sedang lewat.
Itu bukan cuma seseorang. Tapi satu pria bersetelan jas dipayungi oleh android bertubuh besar sedang memperlambat langkahnya untuk menonton.
Tubuh android itu sangat kokoh, ia pasti bisa menumbangkan keempat pria brengsek ini dalam hitungan menit dengan menghantam mereka sekaligus ke dinding seperti kereta, pikir remaja itu.
Tangan kurus yang sangat kotor dengan sendirinya terulur ke depan, mencoba menghentikan sepasang pejalan kaki itu, remaja itu ingin berteriak, tapi tenggorokannya sakit sekali. Ia hanya bisa membuka mulut dan berusaha mengemis dengan kedua alisnya yang sudah nyaris tak terbentuk oleh bengkak dan lebam di wajahnya.
Uluran tangan itu begitu tinggi hingga si pemilik android bisa menyadari keberadaannya diantara kubangan lumpur di bawah kaki-kaki pria yang berdiri menghadap ke depan lorong.
Namun hanya sebatas itu saja. Si pria dan android besar penuh tenaga miliknya menghilang dari lorong.
Meninggalkannya menghadapi kenyataan.
Ia menoleh dengan amat lamban dan tak percaya kembali kepada empat pria yang sudah menunggunya dengan senyuman. Dan secepat rasa tak percayanya bercokol begitu dalam, sebuah hantaman paling keras melantak tepat di wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart Core (18+)
Fiksi PenggemarRevisi ulang: "Tidak semua orang senang dengan keberadaan android. Terlebih jika mereka dibuat terlalu menyerupai manusia luar dan...bawah." -Ini beneran direvisi ulang. Bahkan judulnya pun direvisi haha. -Buat yang penasaran, ini terinspirasi dari...