Buntu

1.3K 293 40
                                    

"Jadi, apa yang ingin kau bicarakan hingga mau jauh-jauh datang ke rumah hina ini?" Rahang Jaehyun mengeras mendengar sarkas yang dilontarkan Papanya.

Mengulas senyum culas, Jaehyun ngejawab pongah "ya, ada hal yang begitu penting sampai saya rela datang kesini dan membuat alergi saya kambuh"

Papanya terkekeh menghina, "tidak berkaitan dasar bodoh"

"Tentu saja berkaitan. Saya alergi omong kosong, dan rumah ini tidak ubahnya adalah sarang omong kosong; sama seperti pemiliknya" skak Jaehyun. Terimakasih pada Papanya yang kejam, anak sulung Jung itu jadi ikutan memiliki perilaku yang sebenarnya sebelas duabelas dengan sang Papa.

"Kau dan mulut kecilmu itu selalu minta kurobek memang. Sekarang cepat katakan apa yang kau butuhkan" Jaehyun ditatap sebegitu tajam, mengintimidasi namun sama sekali tidak digubris oleh anak itu.

"Saya butuh perlindungan dari anak buah anda" jawab Jaehyun to the point, ia merogoh ponsel lalu menyodorkannya pada sang Papa.

"Lindungi lelaki ini, dengan segala cara yang kau bisa sampai saya dapat mengumpulkan uang yang cukup" lanjut Jaehyun.

Papa Jaehyun menatap foto itu datar, sejujurnya ia penasaran akan siapa lelaki kecil yang tersenyum lebar di foto tersebut; khususnya saat lelaki kecil itu berada di rangkulan putranya yang juga tersenyum tidak kalah lebarnya.

"Berikan aku alasan untuk melindungi serangga itu"

Jaehyun mendengus kasar, "ia adalah aset saya, dan seingat saya dahulu sekali anda pernah bilang bahwa apa yang menjadi milik saya akan menjadi milik anda juga. Maka kali ini, saya ingin anda menjaga sementara aset saya itu hingga jangka waktu tertentu" Jaehyun menjelaskan.

"Dan sebelumnya, maksudmu dari mengumpulkan uang yang cukup adalah?"

"Itu lain kasus lagi, intinya saya butuh uang untuk melakukan sesuatu selama anda melindungi aset saya itu. Dan yang perlu anda lakukan adalah menjaga dia sampai saat itu" tegas Jaehyun.

Sang Papa menatap Jaehyun dingin, anaknya itu tampak berbeda dengan segala raut benci dan kekeraskepalaannya itu.

Yah, tapi masa bodoh, anaknya sudah dewasa sekarang; dan hanya itu saja yang penting.

"Aku menolak. Urusi urusanmu dan jangan libatkan aku, kau menolakku menjadi Ayahmu maka aku takkan berperan menjadi Ayahmu pula"

.

.

.

Penolakan. Jaehyun sebenarnya memang sudah merasa sangsi kalau Papanya bakal sudi ngebantu. Tapi entah kenapa dia ngerasa makin drop aja pas ditolak mentah-mentah seperti itu.

Yah, gimanapun ini persoalan tentang Taeyong dan Jaehyun menggantungkan perlindungan dari Papanya karena ia sendiri tidak berbakat bekerja di dunia gelap.

Jujur aja Jaehyun kalut, dia marah dan bingung. Otaknya belibet mikirin jalan keluar yang paling cepat, dan dia mutusin untuk gak pulang ke rumah dulu.

Lalu karena Jaehyun ngerasa pikirannya masih belum tenang buat balik ke rumah, akhirnya dia ngebelokin mobil ke panti asuhan.

Dia butuh ciuman dari Chenle atau pelukan dari Jisung untuk meredakan emosi.

"Hai, Hyun. You are here?" Sapa Mama Kwon begitu Jaehyun masuk ke ruang bermain sambil ngelepas jas nya.

Jaehyun ngedekat, terus meluk Mama Kwon dan nyium kedua sisi pipi wanita itu.

"Lele dan Jisung dimana Ma?"

Mama Kwon yang lagi mangku batita ngangkat tangannya terus nunjuk ke taman bunga di belakang, "main skuter sama adikmu"

Lee's HouseWhere stories live. Discover now