Dimana Dia?

979 171 9
                                    

Yuta duduk bersandar pada pohon di pinggir lapangan, melipat kakinya dengan satu tangan melingkar di bahu Winwin yang tertidur menyandar ke badannya.

Event sudah selesai, Panitia sudah membereskan peralatan yang tersisa dan kini mereka tengah beristirahat, ada yang makan beberapa makanan sumbangan dari stand dan ada pula yang membagikan konsumsi yang disiapkan Jaehyun.

Di depan sana ada Taeil yang ketiduran di depan pintu aula, beralaskan koran dan berselimutkan kardus bekas Aqua, malang sekali wakil ketua mereka itu karena ditinggal Ketua pada waktu-waktu kritis event.

"Eh lihat Kak Jaehyun enggak?" Yuta ngedenger salah satu anak seksi perkap nanya.

"Enggak. Kak Daniel juga ngilang kan dari tadi, kasihan pacarnya sampai nyari gitu" yang satu lagi menjawab.

Yuta juga baru sadar kalau saudaranya itu emang gak ada sejak siang tadi. Yuta terlalu sibuk sampai-sampai gak sadar soal keberadaan Jaehyun dan Daniel.

Winwin yang tadinya tidur merasa terusik gegara ponsel di sakunya bergetar, dia narik keluar ponselnya dan langsung nempelin ke telinga.

"Halo Pa?"

"Winwin dimana?"

Winwin ngucek matanya, berusaha bangun, "masih di kampus, baru selesai event"

"Win, Yangyang hilang"

Badan Winwin menegang, sontak tubuhnya duduk sempurna dan wajahnya pucat pasi. Adeknya ngilang, dan Papanya sendiri yang ngasih info ke dia.

"Coba kamu telepon supirmu, bantu cariin. Papa lagi perjalanan pulang dari kantor ini"

Winwin ngangguk, ngeiyain perkataan Papanya dan matiin sambungan telepon. Yuta yang sadar kalau Winwin gelisah langsung nenangin lelaki ringkih itu.

"Kenapa? Ada yang salah?" Tanya Yuta pelan.

"Adek Win hilang kak. Win harus telepon Pak Lee dulu, siapa tahu Pak Lee tahu" jawab Winwin panik sambil ngescroll kontak di ponselnya.

Yuta yang ngedenger itu ikut panik meskipun luarnya dia kelihatan anteng. Diam-diam Yuta ngedial urgent contact di ponselnya.

Papanya pasti bisa diandalin kalau ada masalah kayak ginian.

.

.

.

"Tuan muda tidak mau mencoba menelepon ke rumah dulu?"

"Enggak, makasih"

Entah untuk keberapa kalinya pelayan keluarga Dong itu nawarin ponsel buat Taeyong hubungin keluarganya, tapi selalu ditolak oleh Taeyong. Menatap mata si pelayan saja Taeyong tidak mau, ia terus menunduk menatap kakinya sendiri.

"Tuan muda yakin? Setidaknya tuan muda harus memberi kabar pada mereka" si pelayan, Yunho, menawari lagi.

"Mereka sudah ngejual Taeyong, Om. Apa lagi yang bisa Taeyong harapin dari mereka? Belas kasihan? Omong kosong" tandas Taeyong.

Yunho menghela nafas, dia tahu kok perihal masalah ini, Tuan Besar Dong menceritakan semua padanya dan mempercayakan keselamatan sementara Taeyong pada dirinya. Katanya biar kakak Taeyong selesaikan dulu masalah ini, baru kembalikan Taeyong ke keluarganya agar ia tidak terlalu tertekan.

"Bagaimana dengan kakak tuan muda? Mau menghubungi dia?"

Taeyong lagi-lagi ngegeleng, "Abang sibuk ngurus event, nanti kepikiran kalau tahu ada masalah kayak gini. Biarin aja"

"Lalu apa yang tuan muda mau lakukan sekarang?" Yunho bertanya lagi, siapa tahu ada sesuatu yang bisa dia lakukan supaya anak di depannya ini terhibur.

Lee's HouseWhere stories live. Discover now