Waktu, keadaan, ketetapan, keterpaksaan membuat manusia berubah.Dulu sejauh apapun dia pergi, kemanapun dia berlari, walau aku tidak melihatnya sekalipun dia terasa dekat buatku.
Setiap apapun yang keluar dari mulutnya memberi kebahagiaan tersendiri untukku, semua sikap manja, dewasa, bijak yang dia punya membuat aku nyaman sekalipun aku tidak berada disebelahnya.
Setiap jari jarinya lembut menyentuh wajahku hanya satu yang terlintas di pikiranku " Tuhan aku bahagia bersama dia", tanpa aku berfikir keadaan akan berubah sangat cepat tanpa kita sadari, tanpa kita sempat bersyukur atas setiap kebahagiaan yang pernah ada di hidup kita.
Kini sedekat apapun dia, bahkan memeluk dia untuk menyalurkan rasa rindu ini sangatlahlah bisa, tapi aku tidak bisa melakukanya karena apa semua telah berubah.
Kini setiap apapun yang keluar dari mulutnya bukan membuat bahagia seperti dulu tapi yang keluar hanya kecewa dan membuat aku berfikir "oh iya aku lupaa, semuanya sudah berubah" dan aku hanya tersenyum miris merasakan perubahan pada dirinya.
Setiap sentuhan jari jarinya yang lembut dulu, sikap sikap yang membuat ku sangat nyaman perlahan telah lenyap diganti dengan sikap menyebalkan dan dingin.
Tanpa sadar masing masing dari kita membuat tembok yang sangat kokoh untuk melindungi diri kita masing masing, dia membangun tembok yang kokoh agar perasaannya tidak tumbuh lagi untukku, dan aku membangun tembok yang kokoh untuk menjaga diriku sendiri dari kekecewaan yang muncul dari sikap dan cara bicara dia kepadaku.
Kita adalah dua orang yang saling mencintai, memahami, melengkapi tapi terpaksa berpisah karena ketetapan, takdir yang membuat kita tidak bisa bersatu, membuat kita terpaksa saling membenci walau sebenarnya kita saling peduli.
Membuat kita hanya mampu menatap dalam diam tanpa bisa mengungkapkan apa yang ingin kita bicarakan.
Karena kita...
terlalu takut untuk jatuh cinta lagi, takut saling menyayangi lagi, takut saling peduli lagi.
Hanya untuk menghindari dipisahkan lagi, untuk saling melupakan lagi, untuk saling membenci lagi, untuk membangun tembok kokoh yang sangat menyakitkan untuk kita lagi.Karena tidak ada seorang manusia pun yang ingin moment atau kenangan yang paling menyedihkan bagi mereka terulang lagi.
Begitupun kita...
Tbc
Jangan lupa vote dan komen
KAMU SEDANG MEMBACA
Angin Dan Bulan
No FicciónTakdir terlalu jahat untuk kita, kadang kita harus merelakan yang besar untuk dapat yang lebih besar. Dan harus pernah kehilangan supaya kita tidak terhilang.