Ngopi Lah!

43 3 6
                                    

Drrrt...! Drrrt...! Drrrt...!

"Halo?"

"Kamu baru bangun ya?"

"Udah dari tadi lah anjir, nelepon malah nuduh aku. Ini udah jam berapa lagian... jam 7."

"Hahaha, sorry. Kamu lagi ngapain emang sekarang?"

"Ini baru aja mau jemur. Kenapa emang?"

"Udah sarapan belom?"

"Belom, hehe."

"Belom kan? Yauda, temenin aku ke Starbucks yuk. Sekalian kamu beli sarapan."

"HAH? APA? STARBUCKS? Tepungku, kamu ga lagi tidur sambil jalan kan ya? Mana ada Starbucks pagi jam 7 gini udah ada yang buka?"

"Tapi aku lagi pengen banget minum kopi dan yang kepikiran cuman kopi di Starbucks, ga pengen kopi di tempat lain."

"Kamu tuh kalo lagi kepengen banget, bisa ngelebih-lebihin aku ngidamnya ya."

"Ssstt! Aku bukan ibu-ibu hamil."

"Yauda bentar, aku jemur baju dulu. Sabar ya, ga perlu nelepon lagi, nanti aku kabarin."

***

[Pinkie]
{Send location - Starbucks Coffee Adisutjipto Airport}

[Vin]
Bandara ?

[Pinkie]
Iya.
Yg buka jam segini cuman Starbucks di bandara.
Ada sih di Kaliurang, tapi ga ada tulisan Open atau Close-nya, mending skip.

[Vin]
Ya udah yuk

[Pinkie]
Yakin???

[Vin]
Yakin
Ayo

[Pinkie]
Aku ada kelas pagi loh jam 8.

[Vin]
Aku ga ada
Udah , nanti aku anterin

[Pinkie]
Gila Anda.
Kita ke bandara cuman mau ke Starbucks-nya, bloody hell.
Awas ya kalo aku sampe telat bahkan ngelewatin jam toleransi.

[Vin]
Ngga ..
Ayo , aku otw kost kamu

[Pinkie]
...
Aku udah siap daritadi sih.

***

"Eh gila ini udah mau jam masuk, Vin..." keluh Pinkie sambil mengecek layar Handphone-nya.

Vin hanya menunjukan seulas senyumnya, melihat pacarnya ini khawatir seperti ini sebenarnya adalah hiburan tersendiri baginya. Pinkie memang jarang terlihat khawatir, tapi kalau sudah begitu, ia tidak akan berhenti mengeluh.

"Pakai BCA bisa?" tanya Vin pada petugas yang melayaninya.

"Bisa, mas."

"Ok..."

***

"Vin, kamu ga berencana buat minum kopinya di sini kan ya?" tanya Pinkie lagi. Ini sudah yang ke sekian kalinya Pinkie bertanya, bertanya, dan terus bertanya.

"Pesanan atas nama Vin!"

Vin segera beranjak dari bangkunya, "Sebentar."

Diam-diam ia tersenyum. Dua cup sudah di genggamannya, satu untuk dirinya dan satu untuk pacarnya.

"Nih," katanya sambil menyodorkan satu cup berisi Matcha Tea, kelihatannya, "biar kamu ga khawatir terus kayak gini."

Pinkie terdiam selama se persekian detik, lalu seketika ekspresinya berubah sumringah.

Vin tertawa melihat wajah Pinkie. Tawanya sampai menyebabkan ia terbatuk-batuk.

"Lagian siapa suruh ketewa kenceng banget," celetuk Pinkie, namun tanpa ada nada tersinggung dalam suaranya.

Masih dengan senyuman lebar di wajahnya, Vin berkata, "Muka kamu itu loh. Tadi kusut banget kayak baju belum disetrika, sekarang ceria kayak matahari baru terbit."

"Hehe." Mendengar perkataan Vin barusan, Pinkie hanya dapat membalasnya dengan senyum lebar (juga). Ya... kenyataannya memang demikian 😂

Ting...!

Hening. Tidak ada yang bersuara di antara mereka sementara Pinkie membaca pesan yang masuk ke Handphone-nya.

"Vin..."

"Apa?" Kali ini tak ayal Vin merasa resah lagi. Pasti pacarnya ini akan kembali khawatir.

"Aku ga jadi ada kelas pagi dong! Yeaaayy!" sorak Pinkie semakin gembira.

Vin sontak terkejut, sekaligus senang, "Serius? Kita nge-date dulu sebentar di sini ga apa-apa dong berarti?"

"Anjay ya bahasanya, 'nge-date'. Pagi banget begini dan di bandara pula."

Vin terkekeh, "Ga apa-apa, biar beda."

***

[Vin]
Tftm .
Thanks for this morning

[Pinkie]
Tftm too Vin!
Thanks for the Matcha! ^^

Dan Vin pun hanya dapat tertawa sekaligus menggelengkan kepalanya heran.
















.
.
.


















¡Hola! people!!!!!! Lama ga ketemu ane, hueheheheh. Ane nyaris lupa kalo punya buku ini di Wattpad. Mumpung ane lagi istirahat baca, ane mau lanjut nulis di sini.

Campuran tuh, ada versi telepon, chat, sama cerita gua jadiin satu 👍🏽

Tepung MyZhennan | Vin周Where stories live. Discover now