Halo, saya Ladin dari Stagesnap.
Begitulah gue memperkenalkan diri setiap akan mewawancarai orang, atau lebih tepatnya musisi dan panitia untuk kebutuhan artikel gue.
Nama gue Ladinia Grandiflora. Biasa dipanggil Ladin. Entah darimana orang tua gue mendapatkan nama Ladinia, karena setelah gue cari di Google, Ladinia nggak ada maknya. Sedangkan Grandiflora diambil dari sinonim nama latin bunga soka. Nama latin bunga soka sebenarnya adalah Ixora javanica, tapi entah kenapa orang-orang juga menyebutnya Ixora grandiflora.
Gue kuliah di Fakultas Seni Rupa dan Desain, di institut terbaik bangsa. Tebak aja kira-kira di kampus mana, hehehe. Gue mengambil jurusan seni rupa murni, membuat gue familiar dengan hal-hal berbau seni.
Tapi jauh di dasar hati, passion gue bukan seni, apalagi menjadi seniman yang bisa produktif menghasilkan karya. Passion gue sangat beragam, mulai dari jurnalistik, fotografi, visual art, dan hal-hal seputar itu.
Yang semua itu gue wujudkan ketika gue bergabung di Stagesnap, sebuah music media yang basisnya di Bandung, di mana kerjaan gue adalah sebagai reporter dengan pekerjaan sampingan sebagai stage photograper. Gue lompat dari gig ke gig, dari album release party sampai konser besar, dari band independen hingga band komersil dan mancanegara.
Gue cinta pekerjaan ini.
Kalo gue bilang ada privilege yang gue punya untuk terjun di dunia ini, memang benar adanya. Mas Sean yang mengenalkan dunia ini pada gue.
Seanza Pentandra, kakak laki-laki gue yang sangat protektif dan akan selamanya menganggap gue anak kecil. Oh ya, dan sebentar lagi mau menikah. Doain lancar, ya.
Dari dulu dia memang gig-hopper, datang dari acara musik ke acara musik satu untuk memotret musisi yang tampil dan mengulas acaranya. Lalu dia mengunggah hasil fotonya di blog, bersama dengan hasil ulasannya yang ternyata dilirik oleh Rollingstone Indonesia. Iya, majalah musik ternama yang sudah berakhir masa kejayaannya di tahun 2018 lalu.
Mas Sean direkrut menjadi kontributor lepas di sana, makanya dia semakin rajin datang ke acara-acara musik. Namanya semakin naik saat ulasannya tentang album Efek Rumah Kaca menjadi ulasan yang paling banyak dibaca, membuat Rollingstone Indonesia juga semakin diakui integritasnya.
Dia akhirnya menjadi tim redaksi majalah tersebut. Gue ikut bangga, karena gue tahu gimana dia dulu cuma iseng datang ke gigs demi hobinya.
Waktu Mas Sean sibuk jadi tim redaksi itulah, gue dikenalkan pada dunianya.
Waktu itu gue lagi di puncak kebosanan karena nggak punya kegiatan seru selain kuliah. Orang tua gue cukup protektif, melarang gue ikut macam-macam kegiatan karena kelewat khawatir. Mungkin dari situ Mas Sean kasihan dengan keadaan gue, jadilah dia mengajak gue hunting foto di salah satu micro gig.