Sorry

121 13 1
                                    

Kalau biasanya Dayana yang datang untuk membantu Gani, sekarang sebaliknya. Gani tiba-tiba datang ke toko bunga milik Dayana tanpa memberitahu. Membuat si pemilik toko itu bingung.

"Memangnya hari ini kita ada janji?" tanya Dayana.

Gani tidak menjawab tapi mengambil sekop kecil di tangan Dayana. "Aku mau bantu kamu."

Dayana yang sempat kebingungan akhirnya melepaskan tawa sehingga berbalik menjadi Gani yang kebingungan. "Kenapa? Aku serius loh mau bantu."

"Oke-oke, kamu bisa bantu pindahkan bunga yang itu ke dalam pot," kata Dayana sambil menunjuk ke sebuah tempat berisi bibit bunga.

Gani melakukan kegiatan yang diperintahkan oleh Dayana sebelum akhirnya. "ini dimin- GANI?!! KENAPA BUNGANYA JADI BEGITU?!"

Bagaimana Dayana tidak terkejut, semua bibit bunganya dipindahkan oleh Gani ke dalam satu pot.

"Kenapa? Salah ya?"

Dayana ingin marah tapi tidak jadi karena melihat wajah Gani yang penuh peluh dan kotor karena tanah. Rasanya tidak mungkin memarahi Gani yang memang tidak mengerti tentang tanaman dan juga sudah berniat untuk membantu.

"Maaf ya jadi kacau seperti ini," ucap Gani pada Dayana yang kini sibuk membereskan kekacauan itu.

° ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° °
"Darimana Gan?" tanya Ibu yang kebetulan sedang di teras rumah, "Itu celana sama sepatu kotor begitu."

"Emang jalanannya becek," kata Gani pura-pura bodoh.

"Sepertinya Gan, tadi kan turun hujan." Gani lega karena respon Ibunya itu.

"Masuk duluan ya bu," kata Gani.

"Gan, carilah pasangan baru. Jangan sendiri terus. Nanti dianggap jones loh." goda Ibu.

Gani hanya tersenyum. Ibu ini memang orang yang humoris tapi sewaktu-waktu akan sangat marah kalau anaknya melakukan kesalahan. Gani yakin kalau urusannya dengan Dayana itu hal yang salah, sehingga ia tidak berani untuk bercerita dan memilih untuk menyembunyikan semuanya.

"Maafin Gani, Bu," ucap Gani pelan dan hampir tidak didengar oleh Ibunya.

la douleur exquise -0.2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang