Four

1.4K 259 8
                                    

"Maaf." Jungkook tertunduk dalam. Tak berani menatap mata Hyori yang sudah berkaca itu. Jelas gadis itu terguncang hingga hanya sanggup mengungkapkan segala kekecewaan juga kemarahannya lewat tatapan mata.

Jungkook tahu kalau tatapan mata itu sedang menghakiminya sehingga ia pun sama sekali tidak berusaha untuk menatapnya.

"Kenapa kau lakukan ini?" tanya Hyori dengan suara datar, tetapi menyimpan banyak luka.

"Maaf." hanya kata itu yang bisa kembali terucap dari mulut Jungkook.

"Kau tahu, kau lebih busuk dari sampah. Bagaimana bisa kau melakukan ini?"

"Aku berpikir temanmu yang waktu itu telah menyadarkanku. Jadi, daripada aku lebih menyakitimu lagi, lebih baik kita akhiri sekarang. Aku minta maaf."

"Jadi, apa yang Taehyung Oppa bilang itu benar? Kalau kau memang pria brengsek. Kau menjadikanku bahan taruhan?" Napas Hyori kembang kempis tak beraturan seolah emosinya telah menggelegak di dalam dada.

"Kurasa dia menyukaimu. Dia marah saat mendengar aku menjadikanmu sebagai taruhan dengan teman-temanku. Itu alasan dia memukulku."

"Kau memang sampah!"

Hyori berlari meninggalkan Jungkook yang masih terdiam. Pria itu menghela napasnya lega.

"Lebih baik seperti ini. Aku memang sampah," ujarnya kemudian berbalik pergi, bersikap seolah tidak pernah terjadi apa-apa.

Hyori terpukul. Jiwanya terguncang. Ia labil. Mungkin itu pertama kalinya ia mengalami titik tersulit dalam hidupnya. Ketika ia membutuhkan sosok itu, tapi dia tidak ada. Sesal itu kembali menyergapnya.

Malam itu ia menangis sejadi-jadinya di bawah bantal. Berharap semoga keesokan hari keadaan akan menjadi lebih baik baginya.

~♥♥♥~

Sudah diputuskan. Hyori telah berpikir semalaman di sela deru isak tangisnya yang teredam. Ia harus minta maaf pada Taehyung atas perlakuannya tempo hari. Taehyung pasti marah dan tersinggung karena Hyori lebih memercayai si brengsek Jeon Jungkook itu ketimbang Taehyung yang selama ini selalu baik padanya.

Bangun tidur, dengan wajah kusut dan mata sebab akibat menangis semalaman, Hyori pergi ke kamar Jimin dan bertanya apakah Taehyung sedang sibuk saat itu. Ia ingin sekali bertemu.

"Dia tidak memberitahumu?" tanya Jimin terkejut saat Hyori bertanya padanya.

"Beri tahu apa?"

"Dia akan ke Jepang hari ini. Penerbangan pertama, pukul delapan."

Aliran darahnya seolah berhenti. Berita apa yang ia dengar ini? Taehyung pergi ke Jepang?

"Dia---"

Hyori mulai merasakan napasnya sesak karena berjuta penyesalan dan rasa kehilangan seperti berhamburan di dadanya.

"Dia melanjutkan S2-nya di Jepang."

Dengan air mata yang menetes tanpa isakan, Hyori melirik ke arah jam dinding kamar Jimin. Pukul tujuh. Masih ada waktu, pikirnya.

Ia berlari dan terus berlari ke arah halte bus tanpa memedulikan teriakan Jimin yang mencegahnya pergi.

Ia harus bertarung dengan waktu. Sentuhan lembut tangan itu juga sepasang mata yang selalu menatapnya dari balik jendela kaca. Ia harus mendapatkannya kembali.

Meski sebenarnya ia tahu, ia sudah sangat terlambat.

~♥♥♥~

And i would risk it all for you, to prove my love is true

[END] LatenessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang