1

9 0 0
                                    

Renata bergegas pergi setelah tugasnya selesai, tanpa menoleh lagi kebelakang ia langsung pergi meninggalkan ruangan itu. Setibanya di lobi dia mengecek jam di ponselnya, ternyata sudah pukul dua dini hari, tak mungkin ada kendaraan umum yang akan melintas. Ia menghela nafas sambil melanjutkan kembali langkahnya, kembali membuka ponselnya mencoba menghubungi seseorang yang mungkin bisa membantunya pulang kekosan.

“Halo. Lo dimana? Bisa jemput gue sekarang?”

“.....”

“Gue di halte depan Pondok Mawar.”

“.....”

“Yaudah gue tunggu ya.”
Renata menghela nafas lega, untung saja ada orang yang bisa ia hubungi di saat-saat seperti ini, jadi ia tak perlu takut tidak bisa pulang karena tidak ada angkutan umum. Hampir setengah jam ia menunggu sampai akhirnya yang di tunggu tiba di hadapannya.

“Lo habis dari mana sih ko lama banget?”

“Sori sori gue tadi di kosnya Ambar. Yaudah cepet naik keburu subuh kalo lo kebanyakan tanya.” Renata menuruti perintah laki-laki di depannya, ia naik ke atas motor lalu mengenakan helm yang di sodorkan oleh pria itu.

Motor melaju dengan kecepatan yang lumayan tinggi, kedua manusia yang menungganginya hanya diam tak ada yang membuka suara dan memilih menikmati dinginnya angin malam yang menerpa tubuh mereka.

“Mau sampai kapan lo gini terus Re?” Tanya si pria pengendara motor ketika mereka sampai di depan gerbang rumah kos Renata.

“Hmm mungkin bakal seterusnya gini Ren.” Jawab Renata sambil memberikan helm yang tadi ia gunakan.

“Emang lo gak sayang apa sama diri lo sendiri?”

“Pertanyaan lo terlalu sulit buat gue jawab. Ya udah gue masuk ya, gue juga butuh istirahat.” Kata Renata sambil berlalu meninggalkan si pria.

**
Renata Ressilia Dwi Putri Hadinata atau yang lebih di kenal dengan Renata Ressilia saja. Gadis cantik yang entah bagaimana ceritanya bisa terjerumus kedalam kerasnya dunia malam. Tak ada satu pun yang tahu bahwa Relia yang menjadi seorang primadona malam dengan harga selangit adalah seorang gadis berusia delapan belas tahun yang bahkan naasnya masih duduk di bangku sekolah menengah atas.

Ini sudah memasuki dua tahun sejak pertama kali ia menginjak tempat dimana semua orang tak peduli dengan yang namannya tuhan. Renata jelas saja dengan mudah menjadi bintang di sini, dengan wajah khas anak blasteran, bentuk badan ideal, dan senyum yang menarik namun mematikan. Bahkan saat malam pelelangannya dulu, dia memecahkan rekor sebagai wanita termahal Mami Rion si wanita tua yang tak lain adalah pemilik klub malam dan tempat prostitusi terbesar di kota ini.

***

Dering alarm membangunkannya. Sebetulnya jika boleh dia tak ingin bangun pagi hari ini, kepalanya terasa berat dan berdentum. Namun, sayangnya hari ini Renata tetap harus bangun dan ke sekolah karena ada jadwal remedial untuknya dan guru mata pelajaran yang bersangkutan sudah mewanti-wanti agar Renata langsung remedial hari ini, karena jika tidak maka tidak akan ada lagi kesempatan untuk remedial, sebab Renata sudah lima kali meminta waktu.

Dengan malas dan mata yang masih sangat beler Renata beranjak dari tempat tidurnya yang nyaman dan melangkahkan kakinya menuju kamar mandi. Belum sempat masuk kedalam kamar mandi Renata menatap pantulan wajahnya yang sangat kusut, make up tebal yang tak sempat di hapusnya semalam terlihat sangat kacau, eye shadow dan mascara yang tampak luntur kemana-mana, bedak yang luntur di beberapa tempat, dan lipsticknya yang tak lagi membingkai bibir indah Renata. Ada tatapan sendu yang muncul saat Renata memperhatikan pantulan dirinya namun dengan cepat dia tepis dan segera melanjutkan apa yang sempat tertunda tadi.

Tak sampai lima belas menit kemudian Renata sudah keluar dari kamar mandi dengan wajah yang lebih layak dan lebih segar. Usai berpakaian ia segera menuju dapur untuk mengambil beberapa lapis roti dan mengolesinya dengan selai cokelat, lalu mengambil sekotak susu dan di masukan kedalam kantong samping tas sekolahnya, setelah di rasa siap Renata segera turun dan sukurlah taksi online yang ia pesan sudah sampai.

Sepanjang perjalanan Renata hanya diam menatap kosong keluar jendela. Pikirannya melayang ke kejadian semalam. ' Emang lo gak sayang apa sama diri lo sendiri?' Pertanyaan yang entah kenapa terus terngiang-ngiang di telinganya.  Pertanyaan yang bahkan ia sendiri tak tahu apa jawabannya. Karena satu sisi dirinya merasa lelah namun sisi yang lain belum menginginkan untuk menarik diri dari kubangan hitam itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 27, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mr. SunshineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang