Tanpa Tahu Apapun

10 0 0
                                    


Ada daerah di mana terdapat bangunan yang terbuat dari batu berjajar di jalanan, dan ada juga daerah yang penuh dengan bangunan kayu. Mereka sekarang sedang berada pada jalanan berbatu yang penuh dengan begitu banyak persimpangan, sehingga sulit untuk melihat ke mana arah tujuan mereka. Air berlumpur mengalir pada saluran air sempit di kedua sisi jalan yang luas, tapi tidak dalam jumlah besar. Bau busuk yang mungkin adalah limbah manusia tercium oleh hidung mereka, tapi setelah beberapa saat berjalan, hal tidak menyenangkan itu sudah tidak terasa lagi.


Hiyomu memimpin kelompok yang terdiri dari 12 orang menuju ke kota yang telah terlihat dari atas bukit. Menurut dia, kota ini disebut Altana. Kelompok ini melewati sejumlah manusia yang sepertinya adalah warga kota ini. Meskipun waktunya masih dini hari, kesibukan sudah terlihat di beberapa tempat pada kota ini. Penduduk kota menatap pendatang baru seolah-olah mereka adalah hewan yang eksotis. Tapi keduabelas orang ini juga melakukan hal yang sama karena para warga berpakaian cukup aneh.


Pakaian mereka jauh lebih sederhana, tanpa hiasan, dan agak lusuh dibandingkan dengan pakaian mereka sendiri.


"Tempat apa ini ..." si pria tak-pernah-susah memulai percakapan."Maksudku, apakah tempat ini seperti suatu negara yang asing?"


"Ahh ..." pria berambut berantakan memiringkan kepalanya ke satu sisi seolah-olah dia tahu jawabannya."Suatu negara asing. Negara? Tunggu dulu, berasal dari negara manakah aku? Aneh, aku tidak ingat apapun. Aku juga tidak ingat alamat rumahku ... Kenapa?"


"Kau masih belum menyadarinya?" kata pria berambut perak dengan nada rendah."Aku juga tak ingat apapun kecuali namaku."


Pria itu terganggu oleh cara bicara si pria berambut perak."Tak ingat apapun", konotasi kalimat itu berbeda jika dibandingkan dengan: "aku sudah lupa". Mungkin hal yang sama juga terjadi pada pria berambut perak, yaitu ketika dia mencoba mengingat memori tertentu, itu hilang begitu saja tepat ketika dia hampir mengingatnya kembali.


"Nama?" pria berambut berantakan memukul dadanya."Namaku Ranta ... Tapi errr, aku tidak ingat apa-apa lagi. Memoriku hilang? Serius nih?" Nada bicaranya terdengar seperti orang bijak yang berbicara pada seorang pelawak*.

[*Catatan penerjemah: Ciu tidak yakin, tapi sepertinya makna kalimat di atas adalah Tsukommi, yaitu suatu acara lawak yang melibatkan pembicaraan antara si pintar dan si bodoh. Orang yang pintar menyatakan beberapa hal yang bijaksana dan logis, lantas si bodoh meresponnya dengan lugu. Humor terjadi ketika kesalahan klasik diucapkan oleh si bodoh, lantas si pintar menghajarnya begitu saja (biasanya dengan menggunakan tumpukan kertas yang cukup kaku). Nah, nada bicara si pintar ketika menyatakan sesuatu biasanya terkesan sedikit sombong dan dia sudah tahu bahwa si bodoh akan segera meresponnya dengan keliru, kemudian dia akan menghajarnya dengan senang hati. Sedangkan bagi si bodoh, nada bicaranya terkesan sedikit ragu-ragu karena takut salah, namun tidak jarang bagi si bodoh merespon dengan percaya diri, namun tetap saja salah.]

"Kalau begitu ..." pria itu pun merasa bahwa dirinya sedang memainkan peran sebagai si bodoh. Dia melakukannya tanpa sengaja, dan ia sedikit menyesalinya, tapi ia tidak bisa berhenti sekarang."Kedengarannya seperti.... Kau mengalami amnesia.....atau....... sejenisnya"


"Hei." Ranta mendesah."Jika kau hendak memerankan si bodoh, maka lakukan dengan lebih........ yahh, kau tahu lah. Katakanlah dengan lebih percaya diri. Jika kau mengucapkannya dengan ragu-ragu, maka lawakannya tidak akan lucu dan tak seorangpun mau tertawa. Ah, sudahlah, biarkan saja.... Lantas, siapakah namamu?"


"Kau.....'membiarkannya saja'?", dia memerankan si bodoh.... tidak.... lebih tepatnya, dia memang benar-benar bodoh. Namun.... siapakah namanya? "Namaku ... sepertinya namaku Haruhiro."

Hai to Gensou no GrimgarWhere stories live. Discover now