"Devan, ayo kejar dan tangkap aku kalau kamu bisa!" teriak seorang gadis kecil berambut hitam kecokelatan sambil berlari dan tergelak-gelak ketika seorang anak laki-laki seumurannya yang ia panggil Devan itu berlari mengejarnya mengitari pohon tua hingga terengah-engah.
"Huh..., sudahlah, aku menyerah. Kamu lari cepat sekali. Aku sudah lelah, Evelyn Magdalens," kata Devan kepada gadis kecil itu lalu mengelap keringat di dahinya dengan punggung tangannya.
"Dasar payah! Baru enam putaran saja kamu sudah lelah. Oh iya, dan satu lagi. Nama belakangku Maghelaens, bukan Magdalens!" gerutu gadis kecil itu sambil memanyunkan bibir mungilnya yang kemerahan. Devan berusaha untuk menahan tawa ketika melihat ekspresi sahabatnya itu.
"Ah, sudahlah. Ayo kita istirahat dulu di bawah pohon itu." Evelyn menarik tangan Devan dan menyeretnya ke bawah pohon tua yang baru saja mereka putari. Kemudian Devan duduk di atas rerumputan dan menyandarkan punggungnya pada batang pohon tua itu. Sementara Evelyn menyandarkan kepalanya pada bahu Devan. Saat itu Devan mencium aroma rambut gadis kecil keturunan Indonesia-Belgia itu yang mirip aroma marshmallow. Aroma ini membuatnya merasa semakin nyaman berada di dekat Evelyn. Ketika itu, perlahan mata Evelyn mulai berat, kemudian tanpa sadar ia tertidur di bahu Devan. Devan tersenyum memandang wajah Evelyn yang sedang tidur. Gadis kecil itu tertidur dengan sangat tenang bagaikan malaikat. Dengan hati-hati, Devan menarik Evelyn ke dalam pelukannya dan memeluknya semakin lama semakin erat seakan tak mau kehilangan sosok gadis kecil yang sangat ia sayangi itu.
YOU ARE READING
This Town
Teen FictionDevan dan Evelyn adalah sepasang sahabat masa kecil yang sangat karib hingga suatu saat muncul suatu perasaan kasih sayang lebih dari sekedar sahabat. Namun,ketika Devan mulai jatuh cinta pada Evelyn, Evelyn malah pergi dari hidupnya. Ingin sekali D...