|2| Kecewa

1.4K 107 5
                                    

Musim hujan kali ini, gaada yang menarik sama sekali buat Eunha. Kegiatannya cuma; sekolah, makan, minum, mandi, belajar.

Lima kata itu yang sedang diprioritaskan oleh Eunha di akhir tahun sekolah ini. Terkadang, Eunha ngerasa capek sama yang dia lakuin demi prestasi.

Ya.

Prestasi.

Eunha pengen ngeraih satu prestasi yang bikin dia bangga dari hasil jerih payah Eunha selama ini.

Bukan tiga besar. Tapi nomor satu.

Eunha bohong sama perasaannya kalau dia bahagia ngeliat Chaeyeon dapet posisi nomor satu siswa berprestasi di sekolah.

Sekali lagi.

Itu bohong.

Eunha kecewa sama dirinya sendiri dan berpikir bahwa dia belum berusaha sebaik mungkin untuk meraih prestasi yang diinginkan Eunha selama sekolah.

Bohong kalau Eunha gak pernah kesel sama Chaeyeon. Setiap kali Chaeyeon dapet gelar Juara 1 siswa berprestasi di sekolahnya, Eunha cuma bisa pura pura ikut bahagia dan ngucapin selamat ke Chaeyeon sambil nahan air mata karena Eunha kesel sekaligus kecewa sama diri sendiri.

Eunha tau kalau dia salah karena dia terlalu obsesif sama prestasi yang pengen banget dia raih dari tahun pertama SMA. Tapi, Eunha selalu kalah satu langkah dibandingkan Chaeyeon, sahabatnya sendiri.

Dan disinilah Eunha.

Bergelut dengan rumus fisika kimia di meja belajarnya.

Hatinya nggak sejalan sama pikirannya.
Pikiran Eunha lelah, tapi hati Eunha sama sekali belum puas sama hasil yang dia raih.
Sayangnya, Eunha lebih memilih hatinya dan Eunha bekerja terlalu keras. Pikiran Eunha yang udah gak bisa diajak kompromi dipaksa untuk menuruti kemauan hatinya.

"Cukup, ha. Aku tau kamu capek".

Suara berat itu menghentikan semua aktivitas yang Eunha lakuin di meja belajarnya. Pulpen yang tadinya Eunha pegang, kemudian jatuh diatas buku yang terletak diatas meja belajar. Eunha berjalan menghampiri Jungkook didepan jendela balkon kamarnya.

"Ngapain Kook? Tidur, udah malem". Eunha berkata sambil membuka jendela kamarnya supaya lebih jelas mendengar suara Jungkook dari balkon kamar.

"Harusnya aku yang ngomong gitu sama kamu, Ha. Apa salahnya, sih, istirahat sebentar?". Jungkook berkata dengan sedikit intonasi tegas sambil natap mata Eunha dengan tajam.

Melihat Eunha yang dari tadi diem dan nunduk, membuat Jungkook sedikit merasa bersalah. Akhirnya, Jungkook membuka lebar jendela kamar Eunha, untuk memudahkan Jungkook supaya bisa masuk ke kamarnya. Kemudian berdiri tegap di hadapan Eunha yang masih nunduk diam tanpa suara.

"Butuh pelukan?"

Eunha mengangkat kepalanya menatap Jungkook kemudian mendekat dan memeluk Jungkook erat tanpa aba-aba. Nafas Eunha sedikit nggak teratur dan terdengar sedikit isakan dari bibir Eunha.

"Hiks.. Aku takut gagal lagi, kook, hiks..."

Eunha berkata masih sambil memeluk Jungkook erat. Dan membiarkan baju Jungkook basah karena air matanya. Jungkook nepuk nepuk punggung Eunha berusaha untuk nenangin sahabatnya sedari kecil.

"Kamu itu selalu nomor satu di hati mama dan papa, Ha. Mereka berdua pasti seneng banget ngeliat kamu dari surga karena anak mereka yang cantik mulai tumbuh dewasa dengan segudang prestasi lain dan-"

Jungkook menghela nafasnya.

"Aku selalu bangga sama kamu".

Perkataan Jungkook membuat Eunha lebih tenang. Eunha masih sedikit terisak dan dalam posisi yang sama sedari tadi. Jungkook ngebiarin Eunha nangis di pelukannya karena Jungkook tahu kalau Eunha merasa terbebani selama ini.

Together-Forever/97LineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang