i.

748 80 51
                                    

Jaehyun terikat dengan Winwin

-dan Jaehyun benci itu.

-멍청이-

"Jaehyun, bagaimana harimu?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jaehyun, bagaimana harimu?"

Jaehyun hanya menatap malas Winwin yang sudah berada diatas ranjang mereka, Winwin sudah siap dengan lingering putih berenda rendah.

"Mencoba menggodaku?"

Winwin terdiam.

Jaehyun hanya terkekeh, ia keluar kamar dengan bantingan pintu. Tapi sebelum itu, ia berkata

"Dasar jalang."

Cukup menyakitkan, Jaehyun tahu itu. Istrimu sudah membersihkan rumah, tetap membuat makan malam walaupum tidak memakannya, menyiapkan air panas yang kini mendingin, dan tetap ingin melayanimu. Parahnya kamu membalasnya dengan cacian.

Jaehyun memang bejat.

Ia pulang seperempat malam dan meninggalkan rumah kembali. Menyalakan mobilnya dan mengarahkannya menuju kelab malam.

Mengendarainya dengan kecepatan kencang, menuju rumah-nya. Dimana ada teman seperbejatnya, seks komersial, bahkan minuman fermentasi yang beragam. Itu rumah Jaehyun-karena Jaehyun masih muda, ia masih butuh bermain bukan sebuah hubungan serius.

Dalam benak Jaehyun, masih terbesut bagaimana nasib Winwin yang langsung ia tinggalkan. Ia pikir seharusnya Winwin melihat dunia luar, tidak terpusat hanya Jaehyun saja. Winwin selalu ada untuk Jaehyun dengan segala kebejatannya, ia tetap membantu Jaehyun saat mabuk berat, membersihkan segala kekacauan yang ia perbuat, dan berbohong kepada Ny. Jung bahwa ia bahagia bersama Jaehyun.

Winwin seperti Shimchange. Tokoh dongeng klasik Korea, terlalu menyayangi satu orang hingga rela mengorbankan segalanya.

Winwin memang bodoh.

Seharusnya ia membuka hati, menggugat cerai, dan hidup bahagia. Bukan melayani Jung Jaehyun.

Pikiran tentang Winwin membuat perjalanan terasa cepat, sekarang Jaehyun sudah sampai.

Senyuman di bibir Jaehyun melebar, kakinya segera masuk.

-

"Dasar jalang"

Blam

Winwin termenung. Ia kaget, selama ini tidak ada yang merendahkan Winwin serendah itu.

Ia lelah menangis.

Ia menyibakkan selimutnya, melangkah mendekati cermin. Membolak-balikkan badannya sambil sesekali menampilkan ekspresi sensual.

"Kukira.. Jaehyun menyukai perempuan seperti ini.."

Winwin menyentuh cermin yang menampilkan wajahnya. Terdiam merenung memperhatikan pantulan wajahnya, mengamati segala bentuk yang Tuhan ciptakan untuknya.

Dan secara tiba-tiba, ia memukul cermin itu tepat di pantulan wajahnya.

Tenaga yang ia pakai tidak main-main, cermin besar itu langsung retak. Jari-jari Winwin terluka, bahkan meneteskan darah tiada henti.

Ia kesal dengan dirinya, mengapa tidak dapat menjadi seseorang yang Jaehyun cintai.

Padahal Winwin sudah meniru penampilan gadis yang ditiduri Jaehyun tempo lalu.

Winwin hanya terlalu keras kepala, jika permasalahan yang sesungguhnya adalah Jaehyun tidak suka Winwin. Bukan tentang masalah cara berpakaian. Tetapi masalahnya hanya di Winwin dan ikatan pernikahannya itu.

Menangis meraung-raung di dalam kamar mandi, membiarkan darah terus mengalir.

Winwin memang tolol untuk mencintai bajingan seperti Jaehyun

-

Dilain tempat, Jaehyun sedang asik meminum likuid fermentasi berkali-kali.

Matanya menjalar kemana saja. Melihat surga dunia seperti remaja dengan baju pendek ataupun penari yang meliukkan badannya di tiang.

"Kau disini Jung?"

Itu Xu Minghao, rekannya.

"Bukan aku sedang di neraka."

Xu Minghao hanya mendengus kesal. "Moonshine satu, tuan" Teriak Minghao kepada bartender itu.

"Ada apa?"

Minghao mengerutkan dahinya. "Apanya?"

"Memesan alkohol dengan kadar yang tinggi. Uri Minghao sedang ada masalah?"

"Uri Minghao? Maaf aku hanya milik Junhui."

"Terserah, jadi ada apa?"

"-dia sedang stres. Dia jarang pulang. Bahkan lebih senang dengan kertas sialannya itu."

Jaehyun tau siapa yang dimaksud temannya, Wen Junhui.

"Kertas sialan itu yang membuatmu bisa membeli Balenciaga tiap bulan"

Minghao hanya mendecih kesal. "Jung Jaehyun memang tidak mengerti apa itu cinta."

"Memang tidak."

"Persetanlah"

Minuman Minghao datang, ia langsung menegak setengahnya. "Kabar Sincheng bagaimana?"

"Baik-baik saja."

"Lalu kenapa disini?"

"Bosan saja dirumah"

Minghao hanya terkekeh, "bajingan"

"Aku anggap itu sebagai pujian"

"Aku anggap itu sebagai pujian"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
멍청이 -jaewinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang