Prolog

1.3K 38 2
                                    

Hari sudah hampir larut, namun kesibukan orang-orang tidak kunjung juga mereda. Terlebih di sebuah coffee shop, dimana para barista dan pelayan lainnya masih sibuk melayani pelanggan yang haus akan kopi, meskipun jam saat ini bukan jam yang tepat untuk meminum secangkir kopi. Perth, kota yang cukup sibuk di Australia.

Namun sosok seorang wanita menarik perhatian salah satu barista disana. Wanita tersebut duduk seorang diri di area luar sudah cukup lama dan di udara yang cukup dingin, ia hanya mengenakan sweater yang tipis.

"Kau lihat wanita di kursi luar? Sudah sekitar satu jam dia disana dan hanya memandangi cangkir kopinya. Berani bertaruh, kopinya sudah sangat dingin." Ericka, nama barista tersebut. Wanita tampan yang banyak di kagumi oleh pelanggan wanita yang datang ke coffee shop tersebut.

Merasa diajak bicara oleh Ericka, Xander, salah satu barista wanita sekaligus pemilik dari coffee shop yang tidak kalah tampan dari Ericka, menolehkan kepalanya dan memandangi wanita tersebut. Ia menatap tajam wanita itu dari balik mesin kopinya. Tak lama, secangkir kopi panas sudah berada ditangannya kemudian ia menuju ke area luar coffee shop.

Xander meletakkan cangkir kopi dihadapan wanita itu, namun sepertinya dia tidak menyadari kehadiran Xander. Wanita itu masih tetap terdiam sambil menatap cangkirnya yang masih utuh.

"Apa kopi kami tidak enak, nona?" Tanya Xander dengan suara beratnya. Hal itu membuat wanita tersebut tersentak kaget, ia mengangkat kepalanya hingga tatapan mereka beradu. 'God! She's so damn pretty'. Batin Xander.

"A-ah, maaf, aku.. Astaga! Aku bahkan belum meminum kopinya. Maafkan aku" Sesalnya seraya menggigit bibirnya yang tipis. Wanita itu sangat cantik, kulitnya putih bersih, hidungnya mancung, bola matanya berwarna hitam pekat, bibirnya merah, serta rambutnya yang panjang hitam terurai.

Xander tersenyum melihat tingkah wanita yang ia belum tau namanya itu, "ku buatkan yang baru, silahkan di nikmati".

" Terima kasih, uhm-"

"Xander, namaku Xander." Ia memperkenalkan dirinya.

"Oh, Xander, terima kasih banyak. Aku Wine, aku berasal dari Korea Selatan."

Bibir Xander kembali mengukirkan senyuman, tipis. Ia merasa senang karena dapat mengetahui nama wanita cantik itu. Jadi, dia berasal dari Korea, eh?

"Udara semakin dingin, kau tidak ingin masuk? Kau hanya mengenakan sweater tipis seperti ini."

Terlihat Wine sedikit menimbang ajakan dari Xander, namun ia menggelengkan kepalanya pelan. "Tidak apa, aku diluar saja, terima kasih tawarannya." Jawabnya sambil tersenyum, tapi senyuman yang terukir, seperti senyuman kehampaan.

Xander merasa ada yang tidak beres dengan jantungnya ketika melihat senyuman milik Wine, detik itu juga, ia merasa bahwa ia jatuh cinta pada Wine. Dan ia berjanji pada dirinya sendiri, bahwa dia akan menjaga Wine dan mencintainya sepenuh hati, meskipun nyawa taruhannya.

Only youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang