My First Day

3 0 0
                                    

~Adryana Pov

Pagi ini semuanya ceria. Orang tua mengantarkan anaknya ke sekolah. Guru guru siap menyambut kedatangan siswa. Disinilah sekolah ramah anak yang disukai semua.

Hari pertama masuk sekolah begitu menggoda. Guru dan siswa gembira. 

Apel pagi disiapkan pengurus osis. Pimpinan sekolah sudah siap berpakaian necis. Semua siap eksis di hari pertama masuk sekolah yg berpakaian klimis.

Sambutan disampaikan. Barisan diistirahatkan. Semua orang mendengarkan. Pengumuman dikabarkan.

Salam salaman digelar meskipun lebaran sudah kelar. Sambil berkelakar semua barisan bubar. Maju tak gentar menyalami guru yg tertawa lebar.

Sekolah menjadi tempat yang menyenangkan untuk semua. Kegiatan masa pengenalan lingkungan sekolah dibuka. Perwakilan siswa diminta memakai tanda peserta.

Setelah dilaksanakan apel pagi, semua siswa-siswi lama masuk kedalam kelas masing-masing. Sedangkan untuk yang baru, dibawa mengelilingi sekolah.

Setelah berkeliling, semua siswa-siswi baru berhenti di sebuah ruangan basket yang cukup besar. Merekapun disuruh duduk berbaris rapi ditengah lapangan, seperti biasa para anggota Osis mengambil alih semuanya.

"Tadi saya melihat ada yang masih memakai seragam SMP, mana orangnya?" Tiba-tiba salah seorang anggota Osis yang bernama Ridwan, aku melihatnya di nametag almamater nya, bertanya kepada kami semua.

Tak hanya aku, yang lain pun ikut celingak-celinguk mencari orang yang ditanyakan kakak osis itu. Dan tak lama, akhirnya orang yang dimaksud pun mengacungkan tangan.

Namanya Revandi, yang kubaca di tanda pesertanya. Rambut yang sangat rapi, dengan kacamatanya, dia terlihat pendiam dan tak terlalu banyak bicara.

"Bagus," senyum Kak Ridwan, "sekarang Push up" tiba-tiba dengan nada yang berbeda.

Tanpa basa-basi, anak itu pun langsung menerima perintah yang diberikan oleh para pengurus Osis itu.

Yaampun, dimulailah hari yang sangat berat. Sebenarnya aku sudah tau, itu semua hanya drama agar mambuat kami siswa-siswi baru ketakutan dan menguji mental kami semua. Tapi ya tetap saja, didepanku mereka terlihat sangat garang.

Tiba-tiba salah seorang Osis menghampiri kami, dia adalah osis paling tampan setelah ketua Osis yang tadi memberikan sambutan saat apel pagi tadi. Mata yang sedikit coklat, rambut sedikit ikal yang ditata sengaja acak-acakan. Dio Renando, nama yang kubaca dari Name tag di almamaternya.

"Kenapa bengong?"

Teriak Kak Dio menghancurkan ekspetasi ku, membuat seluruh peserta PPDB terkejut.

"Solidaritasnya mana? Kalian juga harus ikut Push up dong!" Lanjut Kak Dio sambil berjalan mengelilingi kami.

"Apaan sih? Yang salah kostum kan cuman Si revan itu, kok kita juga ikut dihukum." Ujarku menggerutu karena kesal.

Kamipun mengikuti instruksi yang diberikan Kak Dio, dengan hitungan yang diteriakkan oleh salah satu Osis yang lain.

"Kuharap hari ini segera selesai." Ujarku berharap.

Dan akhirnya waktu sudah menunjukkan pukul 11.40 dan sebentar lagi Adzan dzuhur. Kamipun di bubarkan dan segera pergi menuju masjid sekolah untuk melaksanakan sholat Dzuhur berjamaah.

Setelah selesai sholat Dzuhur berjamaah, kamipun diizinkan untuk pulang lebih awal. Tentu saja kami semua senang dan segera pulang.

Akupun menggandeng tas merahku, aku melihat sebagian orang dijemput oleh supir pribadi mereka dengan mobil mewahnya. Ada sebagian lagi yang hanya menunggu angkutan umum lewat, tanpa memikirkan jemputan siapapun.

Aku?

Aku lebih memilih naik angkutan umum, daripada harus diantar jemput oleh supir pribadi. Bisa dibilang aku adalah anak yang beruntung karena terlahir dari keluarga yang berkecukupan. Ayahku adalah seorang direktur utama di perusahaan besar di kota, dan Ibuku adalah seorang dokter di RS Betha Andika.

Aku tinggal salah satu rumah yang ada di area perumahan di kota, rumahku berada di Blok D2 No. 3. Rumahku tidak terlalu besar, hanya setinggi 3 lantai dan lebar nya tidak terlalu luas.

Dirumah, hanya ada aku, bi Ema selaku pembantu rumah tangga, dan Pak Yanto selaku tukang kebun dirumah kami. Kedua orang tuaku jarang dirumah, ayahku sekalinya pulang jam satu pagi dan berangkat lagi pagi. Ibuku jarang pulang, bahkan Ibuku kadang pulang satu bulan sekali karena dia adalah relawan kesehatan. Jadi Ibuku selalu pergi dinas keluar kota, bahkan keluar kota.

Aku sudah terbiasa hidup sendiri, dan aku diurus oleh Bi Ema dari kecil dan jarang diurus oleh kedua orangtuaku.

*****

Bantu Follow dan Share yah kak;-)
Dukungan kalian, menjadi motivasi untuk saya menjadi yang terbaik

FALL IN LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang