"Bagi saya, Lentera adalah rumah."
Lentera adalah rumah.
Jelasnya penuh lantang, suaranya bergaung bebas di ruangan. Tatap mata menuju jenuh sedang beberapa mulut tampak berbincang. Notasi 2 siang bukanlah waktu yang tepat untuk mendengarkan masalah fotograf dengan sekelebat bayang-bayang di literatur tua. Si adam memang menjelaskan tentang maksud dibalik suatu potret usang, dengan warna gelap yang dominan, juga gelita masa lalu yang merenggut cahayanya secara keseluruhan. Namun dibanding penjelasan, para mahasiswa sejagat hanya menatap parasnya yang rupawan.
Jevon, hanya dinikmati atas rupa.
Tapi si gadis terpaku, terdiam pada notasi bisu. Ada sesuatu yang menggelitik, di dalam hatinya ada yang menganggu. Ia termasuk makhluk yang keukeuh kalau jam 2 siang hari bukanlah waktu yang tepat untuk menerima materi. Bahkan oleh asdos muda yang tampan rupawan, tidak.
Namun, hatinya tetap penuh gaung di antara sepi.
Sekarang, maukah kamu percaya kalau Lentera bisa menyebrangi waktu?
Menembus sekat, dan bercengkerama dengan orang di masa lalu.
Tawanya, tangis mereka.
Lentera bukanlah gadis biasa. Andai Jevon tahu.
Andai Jevon tahu, mereka telah bertemu, 50 tahun dari waktu yang bergulir sekarang.
"Dan dibalik kilau lampu, kemilau ibukota dengan hamparan luas aspal jalanan. Ia kukuh, tanpa terhapus maupun terkikis sedikitpun eksistensinya. Di segala cuaca, sukarela menjadi saksi bisu berbagai peristiwa.
Namanya adalah Lentera."
Sekalimat terakhir dikumandangkan di antara siang terik, Jevon mengakhiri sesi mengajarnya. Ruangan dengan petak tidak seberapa itu penuh dengan suara, walau yang ia dengar tidaklah seberapa.
Hanya,
Namanya adalah Lentera.
Namanya adalah Lentera.
Dia
Namanya Lentera.
Segulir kisah menuju masa lampau, di mana garis takdir mereka berjalan bersisian tanpa bersinggungan.
Kamu, percaya takdir?
Terdengar mustahil jikalau dikata ia berhasil mempertemukan diri dengan yang menetap di masa lalu. Hidup di antara dua waktu, senantiasa menjadi saksi bisu.
Namun, alam raya memang begitu. Menyediakan titik temu tanpa alasan yang jelas. Mempertemukan mereka dalam lingkar waktu yang berbeda. Dengan perasaan sama, juga cerita yang tidak diperdengarkan.
Mari, kuperdengarkan sedikit.
Tentang suara hati dari Lentera.
-
Jevon Aliaksa Samudera
Nurmala Rayu Lentera
Rakiel Gilang Yuanda
dilakonkan dalam :
LENTERA 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Lentera [ON-HOLD]
FanfictionDitulis dan dirajut kala bumi sedang merindu. ☽ / / antologi bumi raya, ON-HOLD